Penurunan Pengangguran

3.2. Penurunan Pengangguran

Salah satu elemen paling dasar dari keadilan ekonomi adalah emploimen (employment). Semakin tinggi emploimen (semakin rendah pengangguran), semakin kondusif ekonomi bagi perbaikan keadilan sosial. Dalam keadaan emploimen penuh (full employment) pertumbuhan berkelanjutan akan terjadi serentak dengan perbaikan keinklusifan, terutama karena dalam keadaan seperti itu sumber yang terbatas akan direalokasi ke kegiatan-kegiatan dengan produktivitas yang lebih tinggi dan upah cenderung naik progresif. Negara-negara Asia Timur yang sudah melewati perangkap pendapatan sedang, seperti Jepang dan Korea Selatan, maupun negara-negara yang sedang melewati perangkap itu menekan pengangguran ke tingkat alamiahnya (natural un-employment) melalui pertumbuhan tinggi yang berkelanjutan seraya menikmati pertumbuhan upah yang progresif.

Gambar 3.1 Statistik Tingkat Pengangguran di Indonesia Tahun 2000 – 2011

Sumber: CEIC Database, 2012

Indonesia menikmati dalam beberapa tahun terakhir penurunan pengangguran terbuka ke tingkat yang rendah sekitar 6 persen. Penurunan pengangguran ini adalah sebagian dari faktor yang menekan kemiskinan di Indonesia. Namun demikian, bagian besar dari angkatan kerja Indonesia bekerja dalam kegiatan-kegiatan yang rentan (vulnerable employment), yaitu kurang dari 20 persen angkatan kerja Indonesia masuk dalam kategori kegiatan dengan kerentanan yang sangat tinggi (very high vulnerability). Penurunan emploimen rentan merupakan tantangan prioritas bagi pembanguanan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek dan sedang. Untuk itu sangat diperlukan peningkatan pertumbuhan industri pengolahan yang kadang-kadang disebut sebagai reindustrialisasi.

Gambar 3.2 Statistik Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Febuari 2013

a tan,

arak Persewaan

sial dan Kehutanan,

dan Perikanan

Pertambangan

Pergudangan dan

Keuangan

Listr

Makan dan Jasa

Pertanian, Perkebunan,

Perdagangan, Rumah

dan Jasa Perusahaan Jasa Kemasy So Lembaga

Estate, Usaha

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Bagi negara yang berpenduduk besar seperti Indonesia, emploimen penuh hanya dapat dipelihara secara berkelanjutan jika industri pengolahan menyediakan lapangan kerja yang lebih besar dari yang ada sekarang di Indonesia. Reindustrialisasi seperti itu memerlukan hubungan industrial yang damai dalam arti bahwa pengusaha dan pekerja berikut organisasi-organisasinya dapat memelihara hubungan yang saling percaya. Dibawah hubungan industrial yang seperti itu biaya tenaga kerja satuan (unit labour cost) dapat dipelihara pada tingkat yang kompetitif secara internasional. Kenaikan upah dapat dilakukan secara berkelanjutan tanpa merugikan daya saing internasional, yaitu kenaikan yang tidak lebih tinggi dari kenaikan produktivitas.

Seperti tampak dari Gambar 3.2 diatas, 35 persen angkatan kerja di Indonesia masih bekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan. Sedangkan yang bekerja di sektor industri hanya 13 persen. Reindustrialisasi dimaksudkan untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar dan mengurangi tingkat pengangguran. Namun, industrialisasi yang berkualitas dan berkelanjutan membutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dari segi pendidikan, kesehatan, dan kewirausahaan. Berdasarkan World Development Indicatorstahun 2012, pendidikan rata-rata angkatan kerja di Indonesia masih rendah, walaupun berubah cepat. Lulusan sekolah dasar masih mewakili dengan persentase 53,50 persen dari total angkatan kerja pada tahun 2008.

Kotak 3.1 Hubungan Industrial

Dalam menciptakan hubungan industial yang damai yang perlu bagi perbaikan daya saing dibutuhkan hubungan positif semua pihak yang terkait atau berkepentingan atas keseluruhan proses yang ada di dalam industri. Walau dalam beberapa bahasan hubungan industrial sering lebih banyak dikaitkan dengan hubungan antar perusahaan dengan karyawan atau buruh, ia juga menyangkut aspek-aspek lain yang luas, termasuk campur tangan pemerintah.

Jerman merupakan negara yang berhasil menciptakan hubungan industrial yang damai, yang melibatkan tiga lembaga, pengusaha, buruh dan juga pemerintah yakni Deutscher Gewerkschaftbund (DGB – federasi serikat pekerja), Confederation of German Employer Organisations (BDA), dan Ministry of Labour and Social Affairs.

DGB merupakan sebuah federasi serikat pekerja yang memiliki peran yang vital, yaitu sebagai representatif dari pergerakan serikat pekerja di Jerman. Sedangkan misi utama BDA adalah aktif untuk mewakili kepentingan bisnis di bidang kebijakan sosial. Terakhir peran sentral pemerintah Jerman melalui Ministry of Labour and Social Affairs. The Basic Law menyatakan bahwa Jerman adalah negara federal dan sosial yang berdasarkan hukum. Negara memiliki kewajiban untuk menyediakan skema pendapatan minimum dalam rangka membantu masyarakat yang tidak mampu. Walau tidak hanya tiga lembaga saja, tetapi ketiga lembaga yang disebutkan diatas menjadi lembaga yang menjadi penggerak utama terciptanya hubungan industrial yang stabil dan harmonis di Jerman.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24