Institut fur Wirtschaftspolitik an der University of Cologne: Persaingan Pasar Sebagai Pilar Ekonomi Pasar Sosial Jerman
5.7. Institut fur Wirtschaftspolitik an der University of Cologne: Persaingan Pasar Sebagai Pilar Ekonomi Pasar Sosial Jerman
Institut Fur Wirtschafts Politik (IWP) didirikan oleh Profesor Dr. (HC) dr. Alfred Mueller Armack (pencetus gagasan ekonomi pasar sosial) dan Dr. (HC) Franz Geiss pada tahun 1950 sebagai lembaga penelitian independen dibawah Koln Universitat yang melakukan kajian-kajian terkait erat dengan berbagai kebijakan ekonomi. Lebih jauh lagi, dilakukan pula kajian-kajian politik dan kelembagaan yang dipercaya memberi dasar/landasan yang kuat bagi keberadaan dan berfungsinya sistem ekonomi pasar sosial. Saat ini IWP dipimpin oleh Profesor Dr. Juergen B. Donges sebagai direktur dan Profesor Dr. Johann Eekhoff sebagai sekretaris.
Ekonomi pasar sosial bertujuan menyeimbangkan prinsip-prinsip pasar dan prinsip- prinsip sosial. Ordo Liberalisme yakin bahwa hal ini penting untuk menciptakan mekanisme perlindungan sosial disamping kekuatan pasar yang dikendalikan oleh negara. Tujuan lain yang ingin dicapai oleh ekonomi pasar sosial adalah menciptakan dan membangun tatanan ekonomi yang dapat diterima oleh berbagai ideologi sehingga berbagai kekuatan didalam masyarakat dapat terfokus pada tugas bersama menjamin kondisi kehidupan dasar dan membangun kembali perekonomian. Inilah sebabnya kita dapat melihat bahwa ekonomi pasar sosial merupakan kompromi pada masa-masa awal pemerintahan Republik Federasi Jerman.
Undang-undang mengenai Bank Federal Jerman (German Bundesbank) dan undang- undang larangan terhadap hambatan kompetisi adalah dua diantara undang-undang penting yang dibuat pada saat itu. Tahun 1950 dapat dikatakan sebagai tahun pencapaian sukses dari sistem ekonomi pasar sosial, dimana salah satu indikatornya adalah tersedianya lapangan kerja yang memadai.
Pada tahun 1970-an pemerintah Jerman berupaya untuk memainkan peran yang lebih penting dalam perekonomian. Selama tahun 1980 Kanselir Helmut Kohl mencoba mengurangi peran negara yang sebagian besar telah berhasil dengan baik, tetapi reunifikasi Jerman membuat pemerintah kembali memperkuat peran negara dalam menata ekonomi mereka. Karenanya, kontradiksi antara istilah “sosial” dan “pasar” tetap menjadi faktor penting dalam dinamika perdebatan di Jerman.
Mengacu pada dualisme filosofis yang dianutnya, perekonomian Jerman sesungguhnya memiliki sifat konservatif sekaligus dinamis. Dikatakan konservatif dalam arti sistem tersebut dirancang berdasarkan tradisi Jerman yang memberikan porsi bagi peran negara dalam ekonomi dan sikap kehati-hatian dalam menangani investasi dan pengambilan resiko. Dikatakan dinamis dalam arti sistem tersebut mengarah pada pertumbuhan, meskipun hal tersebut dinilai lambat dan kurang spektakuler. Inilah realita model kombinasi antara keunggulan suatu sistem pasar dengan keunggulan dari sistem kesejahteraan sosial.
Pada tahun 1982, banyak diskusi berkembang tentang bagaimana ekonomi pasar sosial seharusnya berubah. Hal ini paling tidak mencakup tiga aspek; pada sisi kelompok Keynesian, mereka mempertahankan ”Globalsteuerung” dan ekonomi pasar sosial; pada sisi kelompok Milton Friedman, mereka menyatakan kegagalan dari peran negara Pada tahun 1982, banyak diskusi berkembang tentang bagaimana ekonomi pasar sosial seharusnya berubah. Hal ini paling tidak mencakup tiga aspek; pada sisi kelompok Keynesian, mereka mempertahankan ”Globalsteuerung” dan ekonomi pasar sosial; pada sisi kelompok Milton Friedman, mereka menyatakan kegagalan dari peran negara
Hasil perpaduan diskusi dari kelompok-kelompok tersebut dapat dijelaskan sebagai kombinasi antara Keynes dan Friedman. Pada tahun-tahun berikutnya perusahaan milik negara seperti Pos dan Telkom Jerman diswastanisasi dan kadar sosialnya pun diturunkan lebih ramping. Kemajuan ekonomi pada periode tersebut dapat dilihat sebagai hasil dari kombinasi kebijakan itu, tetapi juga disebabkan oleh situasi positif ekonomi dunia serta keberhasilan dari integrasi Eropa, suatu masa yang diakhiri dengan reunifikasi Jerman.
Reunifikasi Jerman tercatat sebagai perubahan besar yang menarik bagi proses pembelajaran dan analisis dinamika sejarah pembangunan perekonomian Jerman, khususnya tentang bagaimana pemerintah Jerman mengambil kebijakan ekonomi dan sosial, tidak hanya berfokus pada reunifikasi tahun 1990 sebagai momentum yang penting, tetapi terlebih pada penyatuan ekonomi dan keuangan pada waktu sebelumnya. Hal ini terjadi pada situasi pertumbuhan ekonomi dan angka utang negara yang rendah, yang pada awalnya diwarnai oleh euforia unifikasi secara umum dan terbukanya pasar baru di Jerman bagian Timur dan Eropa.
Dalam sistem ekonomi pasar sosial, persaingan bukanlah tujuan, melainkan merupakan alat untuk meraih kesejahteran sosial. Dalam hal ini, negara memberikan perlindungan dan jaminan kepada masyarakat melalui suatu peraturan hukum sosial yang jelas dan tegas. Sistem ekonomi pasar sosial memposisikan dirinya diantara sistem ekonomi “laisezz-faire” dan sistem ekonomi perencanaan dengan kerangka kerja regulasi yang jelas dan tegas oleh negara dalam kebijakan ekonominya, termasuk kebijakan moneter dan stabilitas mata uang. Tentu saja pemerintah akan melakukan intervensi sepanjang hal itu menghasilkan manfaat secara sosial.
Terdapat perbedaan yang jelas antara persaingan di satu sisi, dan perlindungan sosial di sisi yang lain, dimana adanya pembedaan atau pemilahan yang tegas inilah yang menciptakan efek kesejahteraan yang optimal. Dengan dibangunnya model kerangka
b e r p i k i r b e r u p a ke s i n a m b u n ga n a nta ra a s p e k e ko n o m i , e ko l o g i d a n b e r p i k i r b e r u p a ke s i n a m b u n ga n a nta ra a s p e k e ko n o m i , e ko l o g i d a n
Dengan Ekonomi Pasar Sosial (Soziale Marktwirtschaft), Jerman dewasa ini termasuk dalam kelompok yang termakmur diantara bangsa-bangsa. Sistem ini juga dikenal sebagai kapitalisme non-liberal, sama halnya misalnya dengan ekonomi Jepang. Beberapa hal yang menarik dalam sistem ini, termasuk:
a. Pengandalan persaingan yang sesempurna mungkin (sebebas mungkin dari kekuasaan oligopolistik maupun monopoli) dalam alokasi sumberdaya yang terbatas, sedemikian sehingga dicapai efisiensi alokasi yang setinggi-tingginya.
b. Kemitraan sosial antara serikat pengusaha dengan serikat pekerja yang secara berkelanjutan memecahkan persoalan-persoalan hubungan industrial yang saling menguntungkan dan kondusif dengan daya saing ekonomi Jerman di dunia.
c. Perdamaian sosial dalam arti hubungan yang stabil antara pekerja dan manajemen di dalam perusahaan yang bertumpu antara lain diatas perwakilan pekerja di dalam dewan pengawas perusahaan melalui kodeterminasi.
d. Bantuan sosial dan jaminan sosial yang berbasis asuransi sosial yang secara bersama-sama memberi rasa aman bagi warga negara menghadapi resiko- resiko sosial seperti resiko jatuh sakit dan kecelakaan, resiko pengangguran, dan resiko hari tua.
e. Upaya dan pengeluaran negara yang sangat memihak terhadap pemupukan modal sosial dalam bentuk kesehatan rakyat, pendidikan warga negara dalam sains maupun keahlian, dan infrastruktur sosial lain, seperti fasilitas-fasilitas umum (public space).
f. Keterbukaan perdagangan dan investasi yang dipadu dengan capacity building dan fasilitasi sedemikian sehingga perusahaan-perusahaan Jerman termasuk perusahaan kecil dan menegahnya dapat bersaing dalam ekonomi dunia yang terbuka.