Free Software Foundation (FSF)

3.1. Free Software Foundation (FSF)

Pergeseran pemaknaan atas kekayaan intelektual sebenarnya terjadi di hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Termasuk juga dalam proses perkembangan dan inovasi komputer. Komputer dan sistem pendukungnya, awalnya dikembangkan dan dikelola oleh komunitas hacker. Penetrasi sistem kapitalisme dalam dunia komputer kemudian mengubah proses pengembangan dan inovasinya. pengetahuan yang awalnya terbuka, berubah menjadi tertutup dan

82 Ignatius Haryanto, Ibid, hal 52

83 GSP adalah that the U.S. government is reviewing this country's IPR practices under the Generalized System of Preferences trade program . Lihat www.iipa.com 83 GSP adalah that the U.S. government is reviewing this country's IPR practices under the Generalized System of Preferences trade program . Lihat www.iipa.com

Saat ini pemakai komputer bisa dengan mudah menggunakan software yang sudah jadi dan siap pakai dan tersedia di dalam komputer. Kondisi ini sangat berbeda perkembangan software pada tahun 1960-an dan tahun 1970-an. Saat itu software dikembangkan oleh peneliti di lingkungan perguruan tinggi dan

laboratorium milik perusahaan swasta 84 . Perkembangan komputer dan internet pada mulanya lebih banyak dilatarbelakangi untuk kepentingan mengembangkan

ilmu pengetahuan dan riset. Masa-masa awal perkembangan komputer (pengembangan ARPANET) didukung oleh semangat ini. Pada tahun 1969, Departemen Pertahanan Amerika Serikat divisi Advanced Research Project Agency (ARPA) mengembangkan ARPANET, yaitu jaringan komputer trans- kontinental berkecepatan tinggi pertama di dunia. Jaringan ini dikembangkan untuk menghubungkan ratusan perguruan tinggi, lembaga-lembaga pertahanan dan penelitian. Jaringan ini kemudian berkembang dan dikenal dengan nama internet. Salah satu tujuan dikembangkannya ARPANET adalah untuk menghubungkan komunitas programer komputer agar mereka dapat bertukar

program dan pengetahuan 85 . Internet yang menghubungkan jutaan komputer memudahkan kerjasama

para programer di seluruh dunia untuk mengembangkan software. Para programer memiliki kebiasaan saling menukar dan memberikan software kepada programer

84 Eric von Hippel & Georg von Krogh, Exploring the Open source Software Phenomenon:

Issues for Organization Science , Sloan School of Management, MIT, 2002.

85 George N. Dafermos, Management &Virtual Decentralised Networks: The Linux Project, tesis MA di Management of Durham Business School, United Kingdom. E- mail:

georgedafermos@bungo.com georgedafermos@bungo.com

Hacker culture merupakan perwujudan dari etika hacker yang menjunjung tinggi nilai-nilai sharing knowledge (saling berbagi pegetahuan). Manuel Castells menyebut etika hacker ini sebagai etika yang menantang perilaku kerja umat protestan yang melahirkan kapitalisme, sebagaimana dijelaskan Weber dalam The

Protestan Ethics and the Spirit of Capitalism 87 .

“But first and foremost the hacker ethic is a challenge to our society and to each of our lives. Besides the work ethic, the second important level of this challenge is the hacker money ethic-a level that Weber defined as the other main component of the Protestant ethic. Clearly, the "information- sharing" mentioned in the hacker-ethic definition cited above is not the dominant way of making money in our time; on the contrary, money is mostly made by information-owning. Neither is the first hackers' ethos-that activity should be motivated primarily not by money but rather by a desire to create something that one's peer community would find valuable-a common attitude. While we cannot claim that all present computer hackers share this money ethic or that it is likely to spread into society at large, as we can about their work ethic, we can say that it has been an important force in the formation of our time and that the hackers' debate over the nature of the information economy could lead to consequences at least as radical as those of their work ethic.”

Hacker culture ini tumbuh subur di Laboratorium MIT dimana cikal bakal internet dikembangkan. Hacker culture ini sangat memukau salah seorang hacker di Artificial Intelegence (AI) Laboratory - AI Lab, yaitu Richard Matthew Stallman (RMS). Richard Matthew Stallman lahir 16 Maret 1953, di Manhattan, New York. Stallman lulus jurusan Fisika Harvard University pada tahun 1974.

86 Jargon File 2001 Jargon File, version 4.3.1, 29 JUN 2001. Dapat diakses di: http://www.tuxedo.org/~esr/jargon/html/entry/hacker.html)

87 Linus Torvalds, Manuel Castells, Pekka Himanen, Hacker Ethic ((Excerpt), Random House Publishing Group, 2002

Selama masa kuliahnya, Stallman bekerja sebagai staf di AI Lab milik MIT. Disaat inilah Stallman belajar mengenai pengembangan Sistem Operasi.

Selama 10 tahun sejak 1971, RMS bergabung dengan AI Lab dan mengembangkan banyak program. Saat itu, AI Lab dianggap sebagai surga bagi para programer karena kebebasannya dalam menyebarluaskan pengetahuan. membuat dan mengembangkan program (programming) bagi hacker pada saat itu dianggap sebagai sebuah kepuasan dan tidak ada hal lain yang penting kecuali hal tersebut. Para hacker yang merasa sangat enjoy dengan situasi tersebut, merasa menemukan kenyamanan di AI Lab sehingga seringkali mereka enggan untuk pulang. Beberapa diantara mereka bahkan merasa bahwa AI Lab adalah rumah mereka.

Para hacker mendefinisikan diri melalui programming dan menjadikan hacker culture sebagai keyakinan mereka (Levy, 1984). Sebagai ilmuwan, hasil penemuan dan kreasi mereka -dalam hal ini adalah software- seharusnya tersedia bagi siapapun untuk dicoba, didaur ulang atau dikembangkan lebih lanjut agar percepatan perkembangan ilmu pengetahuan dapat terlaksana. mereka tidak pernah berpikir bahwa suatu hari, software akan menjadi komoditas dagang yang bernilai ekonomi tinggi.

Pada tahun 1980-an, Stallman mulai berhadapan dengan "musuhnya" hingga kini, yaitu "komersialisasi industri software". Ini berawal dari usaha beberapa hacker untuk mendirikan suatu perusahaan bernama Symbolics, yang mencoba untuk mengganti free software yang digunakan di Lab., dengan software buatan mereka. Pada 1981, Symbolic menyewa seluruh peneliti di AI Lab dan memperkenalkan sistem upah sebagai penghargaan dari software yang mereka Pada tahun 1980-an, Stallman mulai berhadapan dengan "musuhnya" hingga kini, yaitu "komersialisasi industri software". Ini berawal dari usaha beberapa hacker untuk mendirikan suatu perusahaan bernama Symbolics, yang mencoba untuk mengganti free software yang digunakan di Lab., dengan software buatan mereka. Pada 1981, Symbolic menyewa seluruh peneliti di AI Lab dan memperkenalkan sistem upah sebagai penghargaan dari software yang mereka

Symbolic memperkenalkan sistem upah sebagai penghargaan dari software yang mereka kembangkan. Sistem kerja ini sangat bertentangan dengan semangat para hacker di AI Lab, karena dengan adanya sistem ini, sumber kode (source code) diproteksi sebagai suatu suatu rahasia. Symbolic bahkan melarang AI Lab (termasuk para programer yang membuat software pesanan Symbolic) untuk melakukan hacker culture 88 .

Situasi yang demikian ini RMS merasa tertekan dan gelisah. Selama dua tahun, dari 1983 hingga 1985, Stallman berjuang menggagalkan usaha monopoli para programmer Symbolics. Sebelum akhirnya ia dibuat untuk menghentikan kegiatannya dan menandatangi perjanjian tertutup. Ia kemudian memutuskan untuk memulai sebuah perlawanan dengan satu tujuan: membangun kembali komunitas hacker dengan mengembangkan sebuah sistem operasi yang bebas. RMS sengaja memilih pengembangan sistem operasi, karena sebuah komputer

tidak bisa bekerja tanpa adanya sistem operasi 89 , seperti diungkapkannya: “with an operating system, you can do a lot of things with your computer.

Without an operating system, even if you have a lot of aplications you can do anything --you cannot run them without an operating system....”

Pada tahun 1984, RMS mewujudkan perlawanannya dengan membuat proyek sistem operasi bebas yang disebutnya GNU (GNU’s Not Unix). Unix

88 Dafermos, 2001: 19, Stallman, 1999:45.

89 Free software as Social Movement , Znet, wawancara Justin Pudor dengan RMS, 18 Desember 2005. Lebih lengkap lihat di www.znet.com 89 Free software as Social Movement , Znet, wawancara Justin Pudor dengan RMS, 18 Desember 2005. Lebih lengkap lihat di www.znet.com

dengan Unix, namun merupakan sistem operasi yang bebas 90 . Untuk melengkapi proyeknya, ia juga mengenalkan lisensi GNU General

Public License (GPL). Lisensi yang juga biasa disebut copyleft ini menjamin agar software bebas tetap bebas.

“Copyleft says that anyone who redistribute the software, with or without changes, must pass along the freedom to further copy and change it.

Copyleft guarantees that every user has freedom “ 91

Melalui mekanisme ini, source code sebuah program harus tersedia untuk umum dan bisa diakses oleh publik. Ketika seorang programer merilis hasil pengembangannya dengan lisensi GPL, ia juga harus merilis source code dari program tersebut. Dengan demikian, kode-kode dibawah lisensi GPL tetap bebas dan para programer komersial tidak bisa menyalahgunakan software bebas dan merilisnya sebagai proprietary software 92 .

Menurut FSF, copyleft tidak bertentangan dengan prinsip-prinisp copyright . Bahkan sebaliknya, copyleft justru menjamin kebebasan pengguna. Untuk me-copyleft sebuah program, pertama-tama seorang pengambang harus

90 Free Software Foundation (FSF) menggalang solidaritas internasional diantaranya dengan menggunakan situs internet www.gnu.org. Situs ini telah diterjemahkan oleh ribuan relawan dari

seluruh dunia dan telah diterjemahkan dalam 31 bahasa termasuk bahasa Indonesia. Untuk mendanai kegiatan mereka, FSF menggalang donasi dari publik. Sampai tahun 2003, 67 % dana mereka dapatkan dari donator perorangan.

91 what is copyleft? http://www.fsf.org/licensing/essays/copyleft.html,

www.gnu.org/copyleft/gpl.html, Stallman, The GNU Operating System dan Free Software

92 Lebih lengkap lihat di www.gnu.org 92 Lebih lengkap lihat di www.gnu.org

Pada tahun 1985, RMS kemudian mendirikan Free Software Foundation (FSF) 93 dan memulai gerakan free software. Istilah software bebas dalam gerakan

ini persoalan kebebasan, bukan masalah harga, uang atau lainnya. “Free software is a matter of liberty, not price. To understand the concept,

you should think of “free” as ini “free speech”, not as in “free beer”…”

Bebas menurut gerakan ini adalah kebebasan untuk menjalankan program, memodifikasi, mendistribusi ulang (re-distribusi) software original dan/atau software yang telah dimodifikasi. FSF menyebut kebebasan diatas

sebagai kebebasan utama, yang terdiri dari 4 kebebasan (4 freedom) 94 . Ke empat kebebasan tersebut adalah:

1. Kebebasan 0 (freedom 0), yaitu kebebasan untuk menjalankan program, sesuai yang diinginkan oleh pengguna.

2. Kebebasan 1 (freedom 1), yaitu kebebasan untuk mempelajari bagaimana sebuah program dapat berjalan dan menerapkannya sesuai

kebutuhan.

3. Kebebasan 2 (freedom 2), yaitu kebebasan untuk mendistribusikan ulang salinan dari sebuah software.

93 lihat daftar istilah 94 www.fsf.org

4. Kebebasan 3 (freedom 3), yaitu kebebasan untuk memperbaiki sebuah program dan merilisnya untuk kepentingan publik.

Keempat jenis kebebasan tersebut menuntut sebuah syarat utama, yaitu kertesediaan akses terhadap source code. Dengan keempat jenis kebebasan tersebut, pengguna memiliki kontrol penuh atas komputer yang mereka miliki dan dapat menggunakannya untuk membantu masyarakat. Berdasarkan jenis penerapannya, kebebasan 0 dan 2 dapat langsung diterapkan oleh semua pengguna dan memperoleh manfaat dari jenis kebebasan ini. Sedangkan kebebasan 1 dan 3 umumnya diterapkan oleh para programer, namun setiap orang dapat memperoleh manfaat dari hasil pengembangan/perubahan yang dilakukan oleh programer. Dengan demikian free software berkembang dibawah kuasa penuh para penggunanya.