Basis Legal Lembaga Negara di Indonesia
B. Basis Legal Lembaga Negara di Indonesia
Di Indonesia, pola kelembagaan negara yang ada juga menunjukkan model pembagian kelembagaan seperti yang dikemukakan sebelumnya. Berdasarkan konsep trias politika, Presiden merupakan lembaga eksekutif, DPR dan DPD menjadi legislatifnya dan MA merupakan yudikatifnya. Lembaga lain seperti BPK dan Dewan Pertimbangan Presiden penunjang dari ketiga fungsi yang ada.
Dengan berdasarkan konsep negara, maka ada lembaga negara utama yang bekerja dalam konteks negara semisal BPK dan KPU. Lalu ada juga lembaga yang bekerja dalam ruang lingkup cabang kekuasaan eksekutif seperti Kepolisian dan Kejaksaan.
Berdasarkan independensinya, maka ada lembaga negara independen dalam artian bebas dari pengaruh cabang kekuasaan manapun, misalnya KY dan KPU. Sedangkan, ada ada juga
11 Asimow, hal. 2. Jurnal Konstitusi , Volume 6, Nomor 3, September 2009
lembaga eksekutif yang terkhusus menjadi perpanjangan tangan kekuasaan eksekutif seperti Dewan Riset Nasional dan Komisi Hukum Nasional.
Sedangkan jika didasarkan atas aturan kelahirannya, maka ada lembaga negara konstitusi karena tercantum secara langsung di dalam konstitusi, misalnya DPR, DPD, dan KY. Sedangkan, ada juga lembaga negara peraturan UU semisal KPK dan KPI. Tetapi ada juga yang lahir melalui aturan selain UU, semisal melalui Keputusan (beschikking) yakni KHN.
Pembagian berdasarkan independensinya menjadi menarik untuk ditilik lebih lanjut, apalagi jika dikaitkan dengan partisipasi masyarakat sipil di dalamnya. Prinsip independensi yang diterjemahkan sebagai bebas dari pengaruh cabang kekuasaan manapun telah menunjukkan urgensi adanya keterlibatan publik di dalamnya. Landasan hukum bagi lembaga harus menjaminkan keindependenannya, bahkan juga menjaminkan prinsip keterlibatan publik di dalam proses seleksinya. Sedangkan administrative agencies mutlak menjadi kewenangan yang dipegang oleh eksekutif dan berarti sangat bergantung itikad presiden untuk membuka kesempatan peran masyarakat sipil di dalam kelembagaan maupun proses seleksinya.
Komisi negara yang independen berdasarkan landasan hukum yang melahirkannya ini ada sekitar 11 di Indonesia, yaitu:
Tabel 1
Lembaga Negara Independen dan Dasar Hukumnya No. Komisi
Dasar Hukum
1. Komisi Yudisial Pasal 24B UUD 1945 & UU No. 22/2004
2. Komisi Pemilihan Umum Pasal 22E UUD 1945 & UU No. 12/ 2003
3. Komisi Nasional Hak Asasi Keppres 48/2001 – UU Manusia
No. 39/1999 4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha UU No. 5/1999 5. Komisi Penyiaran Indonesia
UU No. 32/2002 6. Komisi Pemberantasan Tindak
UU No. 30/2002 Pidana Korupsi (KPK)
Jurnal Konstitusi , Volume 6, Nomor 3, September 2009 Jurnal Konstitusi , Volume 6, Nomor 3, September 2009
No. Komisi Dasar Hukum
7. Komisi Perlindungan Anak UU No 23/2002 & Keppres No. 77/2003
8. Dewan Pers UU No. 40/1999 9. Lembaga Perlindungan Saksi dan
UU No. 13 Tahun 2006 Korban
10. Badan Pengawas Pemilihan Umum UU No. 22 Tahun 2007 11. Komisi Informasi
UU No. 13 Tahun 2008 Berkaca dari mekanisme yang ada dari keseluruhan lembaga
negara independen tersebut, maka pada praktiknya, setidaknya ada beberapa pola rekrutmen keanggotaan lembaga negara independen ini, yaitu;
1. Anggota komisi dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat atas
usul dari Presiden. Untuk melancarkan proses pemilihan calon anggota komisi, pemerintah membentuk panitia seleksi (pansel). Pansel terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat. Panitia ini kemudian yang melakukan seluruh tahap penjaringan dan penyeleksian calon anggota komisi dan hasilnya diserahkan kepada Presiden untuk diusulkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. DPR kemudian melakukan pemilihan terhadap calon anggota yang telah diusulkan oleh Presiden. Sebelum melakukan pemilihan, DPR terlebih dahulu akan melakukan
fit and proper test terhadap para calon. Setelah itu, pemilihan dilakukan melalui mekanisme voting. Terakhir, hasil dari DPR diserahkan kepada Presiden untuk disahkan. Seleksi dengan pola ini diterapkan pada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Komisi Pemilihan Umum dan Komisi Informasi.
2. Anggota komisi dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat atas
usul komisi tersebut. Seluruh proses seleksi calon anggota komisi dilakukan oleh komisi yang bersangkutan. Biasanya proses seleksi ini dilakukan oleh sebuah panitia seleksi yang dibentuk oleh komisi terkait. Hasil seleksi calon anggota kemudian diserahkan kepada DPR untuk dipilih. Sebelum melakukan pemilihan, DPR terlebih dahulu akan melakukan
fit and proper test terhadap para calon. Setelah itu pemilihan dilakukan melalui mekanisme voting. Presiden, selaku kepala
Jurnal Konstitusi , Volume 6, Nomor 3, September 2009
negara, hanya meresmikan anggota yang telah dipilih oleh DPR. Seleksi dengan pola ini diterapkan pada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Pengawas Persaingan Usaha dan Komisi Penyiaran Indonesia.
3. Anggota komisi dipilih oleh DPR atas usul dari komisi lain. Pola ini diterapkan pada mekanisme pemilihan anggota Badan Pengawas Pemilu (bawaslu). Proses seleksi calon anggota Bawaslu dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan membentuk sebuah panitia seleksi. Hasil seleksi pansel diserahkan kepada KPU. KPU kemudian menyerahkan daftar calon anggota tersebut kepada DPR. DPR lah yang melakukan pemilihan. Sebelum melakukan pemilihan, DPR terlebih dahulu akan melakukan fit and proper test terhadap para calon. Setelah itu pemilihan dilakukan melalui mekanisme voting.
4. Presiden mengangkat anggota komisi atas persetujuan DPR. Proses seleksi calon anggota komisi dilakukan oleh pemerintah dengan membentuk panitia seleksi (pansel). Pansel yang kemudian melakukan proses penjaringan dan seleksi terhadap calon anggota komisi. Hasil seleksi pansel kemudian diserahkan kepada Presiden untuk dipilih dan ditetapkan sebagai anggota komisi. Sebelum memilih dan menetapkan anggota komisi, Presiden terlebih dahulu meminta persetujuan dari DPR. Pola ini diterapkan pada Komisi Yudisial dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.
5. Presiden mengangkat anggota komisi setelah mendapat
pertimbangan DPR. Pengusulan calon anggota komisi dilakukan oleh komisi negara tersebut melalui mekanisme seleksi yang dilakukan oleh komisi negara yang bersangkutan. Hasil seleksi kemudian diserahkan kepada Presiden. Sebelum menetapkan anggota komisi, Presiden terlebih dahulu meminta pertimbangan dari DPR. Pola seleksi seperti ini diterapkan pada Komisi Perlindungan Anak.
6. Khusus untuk Dewan Pers, anggotanya terdiri dari unsur wartawan, pimpinan perusahaan pers, tokoh masyarakat dan pakar komunikasi. Mekanisme pemilihan masing-masing unsur tersebut diserahkan kepada dua organisasi. Bagi anggota dari unsur wartawan dipilih oleh organisasi wartawan. Bagi anggota
Jurnal Konstitusi , Volume 6, Nomor 3, September 2009 Jurnal Konstitusi , Volume 6, Nomor 3, September 2009
dari unsur pimpinan perusahaan pers dipilih oleh organisasi perusahaan pers. Dan bagi angota dari unsur masyarakat dan pakar komunikasi dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers.
Dari keenam pola ini, ada beberapa ciri penting yang ditekankan dari proses seleksi lembaga negara independen ini. Pertama, pelibatan masyarakat sipil di dalamnya. Kedua, dilaksanakan langsung di bawah ranah kekuasaan kekuasaan negara. Inisiatif pengusulan dilakukan secara bergantian antara DPR dan Presiden, namun ada juga yang melibatkan lembaga itu sendiri dan melibatkan representasi segmen masyarakat tertentu. Ketiga, keanggotaannya keseluruhan merupakan proses seleksi dengan mekanisme yang sedikit beragam.