Prinsip Keidealan Proses Seleksi
1. Prinsip Keidealan Proses Seleksi
Dari keseluruhan kelemahan sistem dan mekanisme seleksi rekrutmen anggota komisi negara yang ada di Indonesia, ada beberapa catatan menarik. Pertama, model seleksi saat ini tidak sepenuhnya diletakkan dalam kerangka mekanisme checks and balances antara eksekutif dan legislatif. Misalnya dalam pemilihan anggota Bawaslu, Presiden tidak terlibat, dalam pemilihan Dewan Pers kedua organ tersebut tidak terlibat. Di samping itu, banyak juga komisi negara yang langsung berada di bawah Presiden, padahal secara karakter kewenangan sebaiknya bersifat independen dan karenanya dalam proses seleksinya melibatkan presiden dan DPR. Dengan kata lain perlu dirumuskan lebih jauh jenis-jenis komisi yang harus diletakkan dalam kerangka checks and balances antara Presiden dan DPR dan mana komisi negara yang diserahkana sepenuhnya kepada eksekutif.
Kedua, kelemahan yang dapat disimpulkan adalah kurang maksimalnya tingkat partisipasi masyarakat dalam proses seleksi,walaupun di dalam rekrutmen komisi negara tertentu seperti KPK, partisipasi LSM dan Partnership sudah maksimal. Dengan kata lain, belum ada sebuah sistem yang baku yang menjamin partisipasi publik dalam proses seleksi komisi negara. Oleh karena itu, perlu direkomendasikan sebuah model yang menjamin keterlibatan publik yang cukup dalam setiap tahapan seleksi komisi negara tersebut.
Ketiga, persyaratan untuk menjadi anggota komisi negara masih terlalu umum, sehingga mengundang kecenderungan job seekers dan berdampak tidak efektifnya proses seleksi dan tentunyaa juga menambah anggaran yang dikeluarkan. Oleh karena itu, model yang dikembangkan harus menjelaskan secara lebih konkrit syarat calon yang diajukan, sehingga secara otomatis mengurangi munculnya fenomena ‘job seekers’ dan pembengkakan biaya seleksi.
Berdasarkan analisis pada kelemahan sistem seleksi yang selama ini ada, maka dapat dirumuskan beberapa prinsip untuk model seleksi alternatif yang dapat dikaji kelebihan dan kekurangannya untuk akhirnya memilih model yang dianggap paling baik. Dengan prinsip ini, sistem seleksi yang ideal dibangun. Prinsip yang dikedepankan dalam menggagas proses seleksi yang ideal.
Jurnal Konstitusi , Volume 6, Nomor 3, September 2009
Beberapa prinsip tersebut adalah; Pertama adalah prinsip efektif dan efesien. Prinsip ini
menegaskan bahwa secara efektif, proses seleksi harus mampu mendapatkan anggota lembaga negara yang mampu di bidangnya dengan menggunakan sumber daya seefesien mungkin. Dengan parameter ini, maka apa yang dilakukan selama ini dengan membuka proses seleksi dengan terlalu terbuka (open recruitment) tidaklah efektif dan pada saat yang sama juga tidak efesien dalam mendapatkan calon anggota lembaga negara. Sistem terbuka telah membuat membludaknya pendaftaran dengan beban anggaran yang juga membengkak terhadap proses seleksi tersebut.
Seharusnya, ada mekanisme yang lebih ideal dalam hal tidak terlalu bertele-tele, kemudian juga tidak membebani keuangan negara dalam hal seleksinya. Prinsipnya, harus dengan model sesimpel mungkin, dengan hasil yang diidealkan seefektif mungkin.
Kedua, prinsip partisipasi. Prinsip ini adalah wajib ada dalam lembaga negara independen. Setiap unsur di negeri ini punya peran yang dapat disalurkan dalam model ideal sebuah seleksi. Yakni model yang dapat menampung aspirasi publik, namun pada saat yang sama tetap dalam koridor efektif dan efesien.
Ketiga, prinsip kenegaraan. Prinsip ini dimasukkan sebagai hal yang juga penting bahwa sebagai lembaga negara, kewenangan negara yang terejawantah melalui cabang-cabang kekuasaannya juga tetap diberikan peluang yang sama. Hubungan antar negara dan civil society tetap terjaga. Dalam artiam, dalam prinsip partisipasi yang memberikan kesempatan bagi civil society untuk berperan, namun juga memperhatikan peran negara. Apalagi, sebuah lembaga negara independen pada hakikatnya menjadi lembaga negara pembantu (state auxiliaty bodies) yang membantu peran-peran negara. Artinya, peran negara adalah hal yang mutlak di dalamnya.
Keempat, prinsip transparan dan akuntabel. Seluruh proses seleksi anggota lembaga negara ini harus dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Prosesnya lebih terbuka dan melibatkan banyak pihak agar keterjaminan transparan dan akuntabelnya dapat dilakukan.
Kelima, prinsip checks and balances. Karena ini merupakan pembentukan suatu lembaga negara maka harus ada keseimbangan
Jurnal Konstitusi , Volume 6, Nomor 3, September 2009 Jurnal Konstitusi , Volume 6, Nomor 3, September 2009
antar seluruh aspek negara. Harus ada prinsip keseimbangan antara peran negara dan masyarakat sipil secara checks and balances. Di dalamnya, juga harus ada keseimbangan antara cabang kekuasaan yang ada yakni legislatif dan eksekutif. Bahkan, juga harus ada keseimbangan di dalam masing-masing cabang kekuasaan tersebut. Di dalam ranah legislatif, harus ada keseimbangan peran antara DPR dan DPD.
Keenam, prinsip biaya ringan. Beban keuangan negara yang semakin tertekan karena adanya kewajiban untuk melakukan proses seleksi-seleksi ini harus ditekan. Untuk seleksi lembaga negara, harus mampu dirumuskan model yang efektif dan efesien dalam artian secara efektif mampu menghasilkan orang yang tepat, namun mampu efesien dalam penggunaan biaya.