DASAR YURIDIS PILPRES 2009
B. DASAR YURIDIS PILPRES 2009
Penyelenggaraan Pilpres 2009 mengacu pada 1 (satu) paket peraturan perundang-undangan Pilpres yang terdiri dari beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, dan peraturan- peraturan pelaksananya berupa peraturan dan keputusan KPU, serta putusan MK terkait dengan peninjauan undang-undang tentang Pilpres. Masing-masing peraturan perundang-undangan memuat ketentuan yang satu sama lain dipandang sebagai satu paket ketentuan hukum yang mengatur tentang apa dan bagaimana Pilpres 2009 harus diselenggarakan.
Beberapa hal penting tentang Pilpres 2009 yang diatur dalam masing-masing peraturan perundang-undangan di atas meliputi
3 Lihat Pasal 47 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
54 Jurnal Konstitusi , Volume 6, Nomor 3, September 2009
Refleksi Yuridis Pilpres 2009
sedikitnya 3 (tiga) isu pokok, yaitu: Pertama, prinsip-prinsip Pilpres yang bersifat konstitutif yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pilpres merupakan salah satu substansi penting yang diatur dalam UUD 1945 sebagai sesuatu yang bersifat konstitutif. UUD 1945 menegaskan bahwa untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden harus memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam undang-
undang. 4 Lebih lanjut dinyatakan bahwa pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dilakukan secara langsung oleh rakyat dalam satu pasangan, pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden hanya bisa diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik, pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden, dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden, dan tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden
dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam undang-undang. 5 Terkait dengan tata cara Pilpres, UUD 1945 menegaskan bahwa Pilpres yang merupakan genus dari Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali yang diselenggarakan oleh KPU dan diatur lebih lanjut
dengan undang-undang. 6
Berdasarkan beberapa ketentuan dalam UUD 1945 di atas, ada beberapa hal pokok yang masih harus diatur lebih lanjut dalam undang-undang terkait dengan penyelenggaraan Pilpres, yaitu syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 6 ayat 2), tata cara pelaksanaan Pilpres (Pasal 6A ayat 1 s/d 5), dan hal-hal lain yang berhubungan dengan Pilpres (Pasal 22E). Dengan kata lain, UUD 1945 belum mengatur secara rinci apa syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden, bagaimana tata cara
4 Lihat Pasal 6 ayat (2). 5 Lihat Pasal 6A ayat (1) s/d (5). 6 Lihat Pasal 22E.
Jurnal Konstitusi , Volume 6, Nomor 3, September 2009
Wacana Hukum dan Konstitusi
penyelenggaraan Pilpres, dan hal-hal lain yang terkait (sepanjang tidak bertentangan dengan UUD 1945) dengan Pilpres.
Kedua, ketentuan pokok yang bersifat regulatif tentang lembaga penyelenggara Pilpres yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu dan mekanisme pelaksanaan Pilpres yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden beserta putusan-putusan Mahkamah Konstitusi yang me-judicial review kedua undang-undang dimaksud.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu merupakan undang-undang yang mengatur hal-hal terkait dengan lembaga yang bertanggung jawab menyelenggarakan Pemilu termasuk didalamnya Pilpres yaitu KPU (KPU, KPU Propinsi, KPU Kabupaten, dan KPU Kota) beserta perangkat pendukungnya (PPK, PPS, PPLN, KPPS, dan KPPSLN). Undang- undang ini mengatur beberapa hal pokok, yaitu tugas, wewenang,
dan kewajiban KPU, 7 persyaratan anggota KPU, 8 pengangkatan dan pemberhentian anggota KPU, 9 mekanisme pengambilan keputusan KPU, 10 pertanggungjawaban, 11 panitia pemilihan dan persyaratannya, 12 kesekretariatan, 13 pengawas pemilu, 14 kode etik dan dewan kehormatan, 15 keuangan, 16 dan peraturan dan keputusan
penyelenggara pemilu. 17
Sedangkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden merupakan undang-undang yang mengatur tentang penyelenggaraan Pilpres. Secara khusus, undang-undang ini memuat aturan tentang asas,
pelaksanaan dan lembaga penyelenggara Pilpres, 18 persyaratan calon presiden dan wakil presiden dan tata cara penentuan pasangan calon
7 Lihat Pasal 8, 9, dan 10. 8 Lihat Pasal 11. 9 Lihat Pasal 12 s/d 31.
10 Lihat Pasal 32 s/d 38. 11 Lihat Pasal 39 s/d 41. 12 Lihat Pasal 42 s/d 56. 13 Lihat Pasal 57 s/d 69. 14 Lihat Pasal 70 s/d 109. 15 Lihat Pasal 110 s/d 113. 16 Lihat Pasal 114 s/d 116. 17 Lihat Pasal 116 s/d 118. 18 Lihat Pasal 2 s/d 4.
56 Jurnal Konstitusi , Volume 6, Nomor 3, September 2009
Refleksi Yuridis Pilpres 2009
presiden dan wakil presiden, 19 pengusulan bakal calon presiden dan wakil presiden dan penetapan pasangan calon presiden dan wakil presiden, 20 hak memilih dan penyusunan daftar pemilih, 21 kampanye, 22 perlengkapan penyelenggaraan pemilu presiden dan wakil presiden, 23 pemungutan suara, 24 penghitungan suara, 25 penetapan hasil pilpres, 26 penetapan pasangan calon presiden dan wakil presiden, 27 pemungutan suara ulang, 28 penghitungan suara ulang, 29 dan rekapitulasi hasil penghitungan suara ulang, 30 pemilu presiden dan wakil presiden lanjutan dan pemilu presiden dan wakil presiden susulan, 31 pemantauan pemilu presiden dan wakil presiden, 32 partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu presiden dan wakil presiden, 33 penyelesaian pelanggaran pemilu presiden dan wakil presiden dan penyelesaian perselisihan hasil pemilu presiden dan wakil presiden, 34 dan ketentuan pidana. 35 Tidak kalah pentingnya dengan kedua undang-undang terkait dengan Pilpres di atas adalah adanya putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dari undang-undang terkait dengan penyelenggaraan Pilpres tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dan/atau memberikan penafsiran atas substansi beberapa pasal yang ada dalam undang- undang tersebut.
Putusan Mahkamah Konstitusi dalam perkara gugatan judicial review atas Undang-Undang 42 Tahun 2008 antara lain menyatakan bahwa Pasal 28 dan Pasal 211 tidak bertentangan dengan UUD 1945 namun dengan catatan ”sepanjang diartikan mencakup warga negara
19 Lihat Pasal 5 s/d 12. 20 Lihat Pasal 13 s/d 26. 21 Lihat Pasal 27 s/d 32. 22 Lihat Pasal 33 s/d 103. 23 Lihat Pasal 104 s/d 110. 24 Lihat Pasal 111 s/d 131. 25 Lihat Pasal 132 s/d 157. 26 Lihat Pasal 158. 27 Lihat Pasal 159 s/d 163. 28 Lihat Pasal 164 s/d 165. 29 Lihat Pasal 166 s/d 167. 30 Lihat Pasal 168 s/d 169. 31 Lihat Pasal 170 s/d 172. 32 Lihat Pasal 173 s/d 185. 33 Lihat Pasal 186 s/d 189. 34 Lihat Pasal 190 s/d 201. 35 Lihat Pasal 202 s/d 259.
Jurnal Konstitusi , Volume 6, Nomor 3, September 2009
Wacana Hukum dan Konstitusi
yang tidak terdaftar dalam DPT dengan syarat dan cara sebagai berikut:
1. Selain Warga Negara Indonesia yang terdaftar dalam DPT, Warga Negara Indonesia yang belum terdaftar dalam DPT dapat menggunakan hak pilihnya dengan menunjukan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku atau Paspor yang masih berlaku bagi Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri; 2. Warga Negara Indonesia yang menggunakan KTP harus dilengkapi dengan Kartu Keluarga (KK) atau nama sejenisnya; 3. Penggunaan hak pilih bagi Warga Negara Indonesia yang menggunakan KTP yang masih berlaku hanya dapat digunakan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang berada di RT/RW atau nama sejenisnya sesuai dengan alamat yang tertera di dalam KTP-nya; 4. Warga Negara Indonesia sebagaimana disebutkan dalam angka 3 di atas, sebelum menggunakan hak pilihnya, terlebih dahulu mendaftarkan diri pada KPPS setempat; 5. Warga Negara Indonesia yang akan menggunakan hak pilihnya dengan KTP atau Paspor dilakukan pada 1 (satu) jam sebelum
selesainya pemungutan suara di TPS atau TPS Luar Negeri setempat”. 36 Putusan ini merupakan sebuah terobosan hukum yang ditempuh oleh Mahkamah Konstitusi sehubungan dengan masih banyaknya warga negara yang telah memiliki hak pilih tetapi tidak atau belum terdaftar dalam DPT, sehingga pada hari pemungutan suara tetap bisa memberikan haknya di TPS setempat dengan menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK).
Ketiga, ketentuan pelaksana yang bersifat teknis tentang penyelenggaraan Pilpres berupa Peraturan-peraturan KPU seperti Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan KPU Nomor 45 Tahun 2009, Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Daftar Pemilih Untuk Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009, Peraturan KPU Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS dalam Pilpres Tahun 2009, Peraturan KPU Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pedoman Sosialisasi dan Penyampaian Informasi Pilpres, Peraturan KPU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengaduan dan Spesialisasi Teknis Sampul Kertas yang Digunakan Dalam Pilpres 2009, Peraturan KPU Nomor
50 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Peserta
36 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 102/PUU-VII/2009 tanggal 6 Juli 2009.
58 Jurnal Konstitusi , Volume 6, Nomor 3, September 2009
Refleksi Yuridis Pilpres 2009
Pemilihan Umum Dalam Penyelenggaraan Pilpres 2009, Peraturan KPU Nomor 53 Tahun 2009 tentang Perubahan Terhadap Peraturan KPU Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Pemungutan dan Penghitungan Suara Bagi Warga Negara Republik Indonesia Dalam Pilpres, dan Peraturan KPU Nomor 55 Tahun 2009 tentang Pedoman Audit Laporan Penerimaan dan Penggunaan Dana Kampanye.
Peraturan-peraturan KPU tersebut secara yuridis memiliki kekuatan berlaku dan mengikat dalam proses pilpres sepanjang dibuat untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan dan tidak dibatalkan oleh lembaga yang berwenang dalam hal
ini Mahkamah Agung, 37 sebagaimana diatur dalam Pasal 117 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 yang berbunyi ”Untuk menyelenggarakan Pemilu, KPU membentuk peraturan KPU dan keputusan KPU” dan ayat (2) yang berbunyi ”Peraturan KPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pelaksanaan peraturan perundang-undangan”.