S e n gke ta P e n gu a s a a n Ta n a h Lo k a s i P a s a w a h a n I

S e n gke ta P e n gu a s a a n Ta n a h Lo k a s i P a s a w a h a n I

Di Lokasi Pasawahan I, masyarakat mengerjakan tanah garapan di lokasi yang dikuasai Perum Perhutani. Status tanah yang dipermasalahkan, bahwa tanah negara bekas HGU dikuasai oleh Perum Perhutani. Letak tanah tersebut berada di 5 desa yang salah satunya adalah Pasawahan. Di Pasa- wahan, lokasi ini berada di bagian utara desa. Adapun 4 desa lainnya adalah Kalijaya, Cikaso, Cigayam, dan Banjaranyar, yang kesemuanya berada di Kecamatan Banjarsari. Luas tanah yang disengketakan 708,0440 Ha dengan penggunaan tanah menurut pihak perhutani untuk kawasan hutan. Sementara 30 Ha di antaranya telah digarap oleh masyarakat, ditanami palawija.

Penguasaan tanah oleh Perum Perhutani, kronologisnya sebagai berikut :

1. Areal tanah tersebut menjadi tanah negara bekas HGU No.1 dan 2 sejak tanggal 24-9-1980 berdasarkan Keppres No.32 Tahun 1979.

2. Selanjutnya diberikan HGU kepada PT. Agries NV berdasarkan SK Menteri Dalam Negeri Tanggal 31-8- 1981 No.SK.34/HGU/BA/1981.

3. Pada tanggal 15-6-1982 dibuat akta perjanjian peng- ikatan jual beli kepada PT. Raya Sugarindo Inti (PT. RSI) tetapi tanpa diikuti dengan permohonan ijin pemindahan hak, pembuatan akta jual beli dan balik namanya.

4. Pada tahun 1996, PT. RSI mengadakan Pengikatan Jual Beli dengan PT. Bukit Jonggol Asri (PT. BJA).

5. Ijin Pelepasan HGU kepada PT. Agries NV melalui PT. BJA berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.1-VII- 1997 Tanggal 24-1-1997.

6. Pada tanggal 9-9-1997 pelepasan HGU dari PT. Agries NV kepada PT. BJA.

7. Pada tanggal 9-9-1997 juga terjadi Pelepasan HGU kepada Negara dari PT RSI untuk kepentingan PT. BJA.

8. Pada tanggal 28-1-1997 PT BJA menyerahkan tanah kepada Perum Perhutani. Upaya pemerintah dalam penanganan masalah yang

sudah ditempuh adalah bahwa:

1. Pada tanggal 6 Mei 2006 telah diadakan dengar pendapat dengan instansi terkait melalui DPRD Kabupaten Ciamis sebagai fasilitator dengan hasil sebagai berikut:

a. Diadakan pembinaan kepada masyarakat melalui Program PHBM:

b. Memberikan penjelasan mengenai status tanah.

2. Telah ada kesepakatan antara Perum Perhutani dengan masyarakat pada tanggal 6 Agustus 2001 yang difasilitasi oleh Tim Terpadu Penanganan Masalah Kabupaten Ciamis sebagai berikut:

a. Hutan sebagai aset negara harus diselamatkan:

b. Secara ekologi, masyarakat harus menjaga konservasi:

c. Menjaga keamanan tanaman Perum Perhutani dan Masyarakat:

d. Apabila ada yang merusak tanaman, diberikan per- ingatan sebanyak dua kali dan selanjutnya akan dikeluarkan sebagai penggarap:

e. Surat Penunjukan Garapan diterbitkan oleh Perum Perhutani.

Solusi yang sudah ditempuh, sesuai dengan kesepakatan tentang Surat Penunjukan Garapan yang dikeluarkan Perhutani melalui Rekomendasi Bupati Ciamis.

Lo k a s i P a s a w a h a n II

Lokasi Pasawahan II terletak di bagian selatan desa. Lokasi ini dikenal sebagai bekas HGU PT. Cipicung Pasawahan.

Riwayat penguasaan tanahnya:

1. HGU Nomor 1 bekas erfpacht Nomor 158 Desa Pasa- wahan dan HGU bekas erfpacht Nomor 165 Desa Kersa- ratu, atas nama Mohammad Suleman, dikuasai dan di- miliki oleh PT. Cipicung Pasawahan.

2. Penguasaan tanah tersebut berdasarkan Jual Beli dari NV. Tambaksari pada Tanggal 6-12-1956 Nomor 31 yang telah berakhir sampai Tanggal 15-8-1986, 17-7- 1993 dan 8-9-1990.

3. Permohonan perpanjangan HGU nya dilakukan pada Tanggal 11-3-1998 Nomor 060/CP/III/1998 dan diper- baharui permohonannya pada Tanggal 3-4-1998 ber- dasarkan Rekomendasi Bupati Tanggal 10-01-1992 dan Rekomendasi Dinas Perkebunan Tanggal 30-7-1998, serta Fatwa dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Barat Tanggal 19-3-1998 Nomor 540-2593. Permasalahan tanah muncul dengan adanya permohonan

masyarakat Bojongsari dan Pasawahan untuk Hak Milik Atas Tanah, dengan anggapan bahwa tanah tersebut sudah menjadi tanah negara dan telah ditelantarkan oleh pihak pengusaha. Upaya penanganan yang telah dilakukan adalah dengan diada- kan rapat di Bojongsari yang dihadiri instansi terkait, dan dia- log antara masyarakat dengan pihak pengusaha serta instansi terkait pada tanggal 24-01-2000 dengan hasil sebagai berikut:

1. Masih adanya perbedaan terhadap pola kemitraan yang dianjurkan Kepala BPN Tanggal 23-2000 Nomor 500- 1617-KBPN antara masyarakat dengan pihak pengusaha:

2. Masyarakat dengan tegas memohon hak atas tanah negara dan memohon agar perpanjangan HGU ditolak karena dianggap tidak memberikan keadilan dan pem- berdayaan kepada masyarakat penggarap:

3. Telah ada kesepakatan dengan para penggarap yang diwakili oleh Sekretaris Jenderal SPP dengan pemohon HGU baru.

Solusi yang ditempuh dengan diadakan penyuluhan oleh pemegang HGU, dimana pemegang HGU baru melaksanakan pola kemitraan dengan para penggarap serta pemegang HGU yang baru agar mengajukan perpanjangan HGU. Sebagai tindak lanjut, agar segera diproses permohonan HGU baru.