Re s p o n Ke b ija ka n B P N d a la m P e n ye le s a ia n Ko n flik Agra ria Tris o b o
Re s p o n Ke b ija ka n B P N d a la m P e n ye le s a ia n Ko n flik Agra ria Tris o b o
Proses konfik antara masyarakat dan PT KAL ini ber- jalan cukup lama dan berlarut-larut. Pemerintah daerah telah mencoba untuk menjembatani dengan memfasilitasi per- temuan masyarakat dan pihak-pihak terkait. Pihak BPN sendiri yang mendapatkan mandat untuk penyelesaian kon- flik agraria dan pelaksanaan Program Pembaruan Agraria Nasional juga berusaha memberikan respon kebijakan untuk penyelesaian kasis ini.
Pada tanggal 12 Februari 2009 Divisi Tanah LBH Semarang melakukan audiensi dengan Kanwil BPN Provinsi Jawa Tengah berkaitan dengan Pendampingan Kasus Tanah Eks HGU PT. Karyadeka Alam Lestari. Dalam laporan kegiatan ini LBH Semarang menyatakan bahwa kasus tanah eks HGU PT. KAL diupayakan mencapai titik mediasi setelah sekian lama penyelesaian kasus tersebut tidak mem- buahkan hasil positif. Pertemuan ini merupakan hasil atau rekomendasi dari pertemuan sebelumnya yaitu pada tanggal
02 Februari 2009 di mana ada kebutuhan bahwa harus ada share tentang reforma agraria di Indonesia. Audiensi ini selain dihadiri jajaran Kanwil BPN, juga dihadiri LBH Semarang, Pemerintah Desa Trisobo dan petani Desa Trisobo. Pada kesempatan itu Kepala Kanwil BPN Jawa Tengah, Doddy Imran Cholid, menyampaikan bahwa dalam penyelesaian sengketa ini BPN tidak mementingkan LSM manapun. Sengketa ini sudah berlangsung lebih dari 6 (enam) tahun. BPN sudah membangun komunikasi dengan pihak perusahaan, bahwa persoalan pertanahan bukan merupakan persoalan persidangan tapi kesejahteraan masyarakat miskin.
Audiensi berlangsung pada saat BPN sudah sampai pada kebijakan penyelesaian konflik yang akan diambil untuk menangani kasus eks HGU PT KAL ini. Kebijakan yang diambil oleh BPN adalah menyetujui perpanjangan HGU PT KAL yang telah habis masa berlakunya pada tahun 2002, namun dengan mengeluarkan areal seluas 11,5 ha untuk dapat diredistribusikan kepada rakyat dalam rangka pelaksanaan Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN). Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Kepala Kanwil BPN Jateng me- nyampaikan rencana distribusi tanah seluas 11,5 ha tersebut kepada warga masyarakat Desa Trisobo yang masuk dalam kategori miskin. Beberapa kriteria rumahtangga miskin yang disampaikan Kakanwil BPN Jateng pada kesempatan audien- si ini adalah yang asetnya kurang dari 15 juta/KK, bekerja sebagai petani, tingkat pendidikan, (semakin rendah pen- didikan semakin berpotensi masuk kriteria masyarakat mis- kin), jumlah tanggungan keluarga (semakin tinggi tanggungan keluarganya semakin masuk kriteria masyarakat miskin).
Dalam kesempatan itu, Kakanwil BPN Jateng juga menyampaikan bahwa data sementara yang diberikan oleh Pemerintahan Desa ada 187 KK yang masuk kategori miskin. Data ini juga bisa dipadukan dengan data BLT. Ia mengakui bahwa tanah seluas 11,5 ha itu tidak akan mencukupi untuk 187 KK warga. Oleh karena itu, perlu dicari bentuk penge- lolaannya yang tepat dan tidak monokultur sehingga tanah seluas 11,5 ha itu bisa untuk menghidupkan aktivitas eko- nomi masyarakat banyak. Ia juga menyampaikan bahwa di atas tanah 11,5 ha itu terdapat tanaman karet yang nilainya hampir Rp 100.000 per pohon yang dapat dijadikan sebagai modal awal untuk masyarakat miskin.
Dalam perkembangannya, tidak lama setelah audiensi di atas BPN kemudian mengeluarkan sertifikat yang memper- panjang HGU PT KAL, termasuk lokasi di Desa Trisobo. Berturut-turut sertifikat itu adalah: SHGU No. 3 Kertosari,
SHGU No. 5 Kertosari, SHGU No. 6, SHGU No. 2 Trisobo dan SHGU No. 4 Trisobo tertanggal 16 Juli 2009 yang ber- intikan perpanjangan HGU PT KAL, termasuk yang berada di Desa Trisobo.
Adanya kebijakan semacam ini kemudian mendapat tanggapan kritis dari LBH Semarang. Salah satu kekhawatiran yang disampaikan adalah keterwakilan PPNT dalam penye- lesaian yang diupayakan oleh BPN. Bahkan LBH Semarang menengarai bahwa PPNT sama sekali tidak dilibatkan dan diabaikan dalam proses penyelesaian kasus ini yang dilakukan oleh BPN bersama pihak-pihak terkait.