Latar Belakang dan Pengertian Informed Consent

paien sebagai penerima pelayanan medik yang membutuhkan pertolongan. Pihak dokter mempunyai kualifikasi dan kewenangan tertentu sebagai tenga profesional dibidang medik yang berkompeten untuk memberikan pertolongan yang dibutuhkan pasien, sedangkan pihak pasien karena tidak mempunyai kualifikasi dan kewenangan sebagaimana yang dimiliki dokter berkewajiban membayar honorarium kepada dokter atas pertolongan yang telah diberikan dokter tersebut. 2. Objek perjanjian berupa upaya medik profesional yang mencirikan pemberian pertolongan. 3. Tujuan perjanjian adalah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang berorientasi kekeluargaan, mencakup kegiatan peningkatan kesehatan promotif, pencegahan penyakit preventif, penyembuhan penyakit kuratif, dan pemulihan kesehatan rehabilitatif. BAB IV BENTUK DAN PELAKSANAAN INFORMED CONSENT DALAM TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PRINGADI

A. Latar Belakang dan Pengertian Informed Consent

Universitas Sumatera Utara Sejarah perkembangan Informed consent sebagaimana bentuknya sekarang adalah suatu doktrin yang telah mengalami suatu proses panjang. Dimana terdapat berbagai pendapat tentang asal-usul timbulnya informed consent ini. Ada yang mengatakan bahwa sumber dasar dari lembaga tersebut berasal dari falsafah moral, sosial budaya dan politik menjadi pengaruh yang dominan. Dan pada saat ini informed consent telah mendapat perhatian yang cukup besar sekali, baik dari kalangan profesi kedokteran, profesi hukum maupun masyarakat awam. Hal ini sebagai konsekuensi logis dari perkembangan yang ada dalam masyarakat, terutama meningkatnya kesadaran hak-hak masyarakat di bidang pemeliharaan kesehatan. 47 Bila melihat sejarah timbulnya informed consent di negara-negara barat, maka hanya dikenal hak atas consentpersetujuan saja. Kemudian dengan perkembangan politik dan hak-hak individu, barulah memperoleh tambahan akan hak informasi sehingga terbentuklah hak atas informed consent. Informed consent lahir karena ada hubungan teurapeutik antara tenaga kesehatan dengan pasiennya. Masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban masing-masing yang harus dihormati. Hak untuk menerima yang dimiliki seseorang akan bersinggungan dengan kewajiban pihak lain untuk memberi, demikian pula sebaliknya. Interaksi antara hak dan kewajiban inilah yang melahirkan hubungan hukum yang akan dan harus diatur oleh hukum agar fungsi hukum yaitu tercapainya keteraturan kepastian dan ketertiban dalam kehidupan manusia di dalam masyarakat dapat terwujud. Hak adalah wewenang, kekuasaan supaya berbuat sesuatu atau menuntut sesuatu, sebaliknya kewajiban 47 Husein Kerbala, Op.cit., hal.54. Universitas Sumatera Utara adalah tunduk pada, menghormati hak tersebut atau berbuat sesuatu yang diwajibkan oleh hak tersebut. Hak pasien sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan akan berhubungan dengan kewajiban tenaga kesehatan dan rumah sakit untuk menunaikan hak-haknya. Dalam konteks ini, adalah Hak Asasi Manusia HAM untuk memutuskan sendiri apa yang akan dilakukan terhadap dirinya sendiri, sehingga memunculkan doktrin informed consent. Di Perancis walaupun Nuremberg code sering sekali dikatakan sebagai asal mulanya informed consent, namun yurisprudensi Perancis memastikan kebutuhan untuk memperoleh informed consent baru pada tahun 1920. Opini ini dipastikan oleh Mahkamah Agung Perancis pada 28 Januari 1942, bahwa semua dokter mempunyai kewajiban fundamental terhadap negara untuk memperoleh persetujuan dari pasien terlebih dahulu. Informed consent terdiri atas kata informed artinya telah mendapatkan informasi dan consent berasal dari bahasa latin Consentio yang artinya persetujuan, izin, menyetujui, memberi izin wewenang kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi Informed consent adalah persetujuan atau izin oleh pasien atau keluarga yang berhak kepada dokter untuk melakukan tindakan medis pada pasien, seperti pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lain-lain untuk menegakkan diagnosis, memberi obat, melakukan suntikan, menolong bersalin, melakukan pembiusan, melakukan pembedahan, melakukan tindak-lanjut jika terjadi kesulitan, dan sebagainya. Selanjutnya kata informed terkait dengan informasi atau penjelasan. Dapat disimpulkan bahwa informed consent adalah persetujuan atau izin oleh pasien atau keluarga yang berhak kepada dokter untuk melakukan tindakan medis atas dirinya, setelah kepadanya oleh dokter yang Universitas Sumatera Utara bersangkutan diberikan informasi atau penjelasan yang lengkap tentang tindakan itu. Mendapat penjelasan lengkap itu adalah salah satu hak pasien yang diakui oleh undang-undang sehingga dengan kata lain informed consent adalah persetujuan setelah penjelasan. Hal diatas sesuai dengan pengertian informed consent menurut Permenkes No 585 Tahun 1989 tentang persetujuan medik berasal dari dua hal dasar dari hak pasien, yaitu hak menentukan nasib sendiri dan hak untuk informasi medis, 48 Istilah informed consent secara implisit telah tercakup tentang informasi dan persetujuan. Persetujuan yang diberikan setelah orang yang bersangkutan diberikan informasi. informed consent ditafsirkan sebagai persetujuan tindakan medik adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang dilakukan terhadap pasien tersebut pasal 1. “Maksud dari informed atau memberi penjelasan di sini adalah semua keadaan yang berhubungan dengan penyakit pasien dan tindakan medik apa yang akan dilakukan dokter serta hal-hal yang perlu dijelaskan dokter atas pertanyaan pasien atau keluarga”. 49 Namun dalam pelayanan medik seringkali persetujuan tindakan medik dikaitkan dengan persetujuan atau izin tertulis dari pasien atau keluarga yang dahulu tindakan medik ini dikenal sebagai surat izin operasi, surat persetujuan pasien, surat perjanjian dan lain-lain istilah yang dirasa sesuai oleh rumah sakit atau dokter yang merancang surat tersebut. 48 Amri Amir, Bunga Rampai Hukum Kesehatan, Widya Medik, Jakarta, 1997, hal. 29. 49 Ibit. Universitas Sumatera Utara Setelah diterbitkannya Permenkes Nomor 585 Tahun 1989 tentang persetujuan tindakan medik tersebut, sudah banyak perubahan tentang pengertian dan pemahaman kalangan kesehatan mengenai informed consent. Appeibaum menyatakan bahwa informed consent bukan sekedar formulir persetujuan yang didapat dari pasien, tetapi merupakan suatu proses komunikasi. Tercapainya kesepakatan antara dokter-pasien merupakan dasar dari seluruh proses tentang informed consent. Formulir itu hanya merupakan pengukuhan atau pendokumentasian dari apa yang telah disepakati informed consent is a process, not an event. Informasi yang harus diberikan adalah informasi yang selengkap- lengkapnya yaitu informasi yang akurat tentang perlunya tindakan medik yang bersangkutan dan informasi tentang risiko yang dapat ditimbulkan. Menurut Leenen, sebaiknya isi minimal dari informasi dirinci, Leenen memberikan pendapat tentang isi dari informasi tersebut adalah : 50 1. Diagnosa pengamatanpengenalan terhadap gejala-gejala penyakit 2. Terapi, dengan kemungkinan alternatif terapi. 3. Tentang cara kerja dan pengalaman dokter. 4. Risiko-risiko langsung dan samping. 5. Kemungkinan perasaan sakit atau perasaan lainnya. 6. Keuntungan terapi. 7. Prognose ramalan tentang jalannya penyakit. Dalam penyampaian suatu informasi hendaknya terdapat suatu kesamaan bahasa atau semacam pendekatan untuk memberikan informasi yang sejelas- 50 Wila Chandrawila, Hukum kedokteran, Mandar Maju, Bandung, 2001, hal. 61. Universitas Sumatera Utara jelasnya. Bila dalam penyampaian informasi terdapat kesenjangan yang besar antara bahasa pemberi informasi dengan bahasa penerima informasi maka besar kemungkinan akan terjadi salah pengartian dan usaha untuk memberikan informasi tidak akan sesuai tujuan. Dengan adanya informasi tersebut maka diharapkan persetujuan dari pasien, dalam arti izin dari pasien yang diberikan bagi dokter untuk melakukan tindakan medis. Pasien punya hak untuk menolak atau memberikan persetujuan, sebab pasien punya hak asasi untuk menolak atau menerima pengobatan terhadap dirinya. Persetujuan dari pasien dalam hal ini mempunyai arti yang cukup luas, sebab dengan sekali pasien membubuhkan tanda tangan pada formulir persetujuan tindakan medik, maka dianggap bahwa pasien tersebut telah “consent” dan telah memberikan wewenang bagi dokter untuk melakukan tindakan medik. Consent disini dapat diartikan bahwa pasien telah setuju terhadap tindakan medis yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya. Dengan adanya penandatanganan formulir persetujuan tindakan medik maka punya konsekuensi yaitu telah tercapainya apa yang dinamakan sepakat para pihak yang telah mengikatkan diri, terjadi perjanjian untuk melaksanakan tindakan medik. Persetujuan tersebut mempunyai kekuatan mengikat dalam arti mengikat secara hukum, sehingga dokter boleh menjalankan kewajibanya memberikan informasi dan memberikan hak kepada dokter untuk melakukan tindakan medik.

B. Teori-Teori dan Bentuk Informed Consent