Akibat Hukum Para Pihak dalam Kontrak Terapeutik

c. Asas Keadilan d. Asas Kemanusiaan e. Asas Keseimbangan f. Asas Perlindungan dan Keselamatan Pasien Walaupun hukum telah menetapkan 6 enam asas yang tercantum di dalam Undang-Undang yang mengatur khusus praktik kedokteran sebagai lex specialis yang mengikat para dokter dalam menjalankan profesinya, akan lebih bijaksana kalau dokter juga mematuhi kesemua asas yang telah disebutkan di atas sebagai asas yang dianjurkan oleh para pakar hukum untuk dipatuhinya. Karena kepatuhan dokter dalam memegang asas sebagai prinsip dasar pelaksanaan profesinya akan memayungi dokter tersebut dari tuntutan pasien yang mungkin bisa timbul dalam praktik sehari hari yang dilakukannya.

G. Akibat Hukum Para Pihak dalam Kontrak Terapeutik

Sebagaimana layaknya suatu perjanjian, maka kontrak terapeutik tersebut dapat digolongkan kedalam bentuk perjanjian untuk melakukan jasa tertentu. Bentuk perjanjian yang demikian itu oleh undang-undang membaginya dalm tiga macam yaitu : 1. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu. 2. Perjanjian kerja atau perburuhan. 3. Perjanjian pemborongan pekerjaan. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu adalah suatu perjanjian dimana satu pihak menghendaki dari pihak lainnya untuk melakukan suatu Universitas Sumatera Utara pekerjaan agar tercapainya suatu tujuan, untuk mana ia bersedia membayar upah, sedangkan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut sama sekali terserah kepada pihak lawan itu. Biasanya pihak lawan itu adalah seorang ahli dalam melakukan pekerjaan tersebut dan biasanya ia juga sudah memasang tariff untuk jasanya itu dan jasanya berupa upah yang biasanya disebut honorarium. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu ini biasanya terjadi antara lain; hubungan antara seorang pasien dengan seorang dokter, yang diminta jasanya untuk menyembuhkan suatu penyakit. 45 Sehubungan dengan kontrak terapeutik, maka para pihak dalam hal ini adalah pasien ataupun keluarga dari pasien disatu pihak dan dokter di lain pihak. Hukum perjanjian yang menganut sistem terbuka dan menganut asas konsensualisme, maka dalam kontrak terapeutik telah ada perjanjian antara dokter dengan pasien, dalam arti satu pihak terikat untuk melaksanakan prestasi, dan pihak pasien atau keluarganya mempunyai hak untuk pemenuhan prestasi. Pada kontrak terapeutik biasanya yang diperjanjikan antara lain tentang perawat, pengobatan, pemeriksaan dan tindakan medis lainnya. Jika transaksi terapeutik telah memenuhi syarat sahnya perjanjian, maka semua kewajiban yang timbul mengikat bagi para pihak, baik pihak dokter maupun pihak pasien. Akibat hukum dari suatu perjanjian pada dasarnya lahir dari adanya hubungan hukum karena suatu perikatan, yaitu dalam bentuk hak dan kewajiban. Pemenuhan hak dan kewajiban inilah yang merupakan suatu bentuk akibat hukum dari suatu perjanjian. Hak dan kewajiban inilah yang kemudian menimbulkan 45 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Op.cit., hal. 28. Universitas Sumatera Utara hubungan timbal balik antara para pihak, yaitu kewajiban pada pihak pertama merupakan hak bagi pihak kedua, begitu pula sebaliknya kewajiban dari pihak kedua merupakan hak bagi pihak pertama. Akibat hukum dari dilakukannya perjanjian tertuang di dalam pasal 1338 dan 1339 KUH Perdata sebagai berikut ; Pasal 1338 : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Pasal 1339 : Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang. Dari kedua pasal diatas dapat diambil pengertian sebagai berikut : 1. Perjanjian terapeutik transaksi terapeutik berlaku sebagai undang-undang baik bagi pihak pasien maupun pihak dokter, dimana undang-undang mewajibkan para pihak memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing sesuai dengan hal yang diperjanjikan. 2. Perjanjian terapeutik tidak dapat ditarik kembali tanpa kesepakatan pihak lain, misalnya ; karena dokter tidak berhasil menyembuhkan pasien atau kondisi pasien memburuk setelah ditanganinya, dokter tidak boleh lepas tanggung jawab dengan mengalihkan pasien kepada sejawat yang lain Universitas Sumatera Utara tanpa indikasi medis yang jelas. Untuk mengalihkan pasien kepada sejawat yang lain, dokter yang bersangkutan harus minta persetujuan pasien atau keluarganya. 3. Kedua belah pihak, baik dokter dan pasien harus sama-sama beritikad baik dalam melaksanakan perjanjian terapeutik. Wawancara dalam pengobatan harus dilakukan berdasarkan itikad baik dan kecermatan yang patut oleh dokter, dan pasien harus membantu menjawab dengan itikad baik pula agar hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dibuatnya transaksi terapeutik. 4. Perjanjian hendaknya dilaksanakan sesuai dengan tujuan dibuatnya perjanjian yaitu kesembuhan pasien, dengan mengacu kepada kebiasaan dan kepatutan yang berlaku baik kebiasaan yang berlaku dalam bidang pelayanan medis maupun dari pihak kepatutan pasien. Dokter harus menjaga mutu pelayanan dengan berpedoman kepada standar pelayanan medik yang telah disepakati bersama dalam rumah sakit maupun orgnisasi profesi sebagai kebiasaan yang berlaku, serta memikirkan kelayakan dan kepatutan yang ada di masyarakat. Untuk memberikan gambaran lebih jelas tentang transaksi terapeutik, maka akan dipaparkan kekhususan transaksi terapeutik dengan perjanjian pada umumnya sebagai berikut : 46 1. Subjek pada transaksi terapeutik terdiri dari dokter dan pasien. Dokter bertindak sebagai pemberi pelayanan medik profesional yang pelayanannya didasarkan pada prinsip pemberian pertolongan. Sedangkan 46 Salim HS, Op.cit., hal. 59. Universitas Sumatera Utara paien sebagai penerima pelayanan medik yang membutuhkan pertolongan. Pihak dokter mempunyai kualifikasi dan kewenangan tertentu sebagai tenga profesional dibidang medik yang berkompeten untuk memberikan pertolongan yang dibutuhkan pasien, sedangkan pihak pasien karena tidak mempunyai kualifikasi dan kewenangan sebagaimana yang dimiliki dokter berkewajiban membayar honorarium kepada dokter atas pertolongan yang telah diberikan dokter tersebut. 2. Objek perjanjian berupa upaya medik profesional yang mencirikan pemberian pertolongan. 3. Tujuan perjanjian adalah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang berorientasi kekeluargaan, mencakup kegiatan peningkatan kesehatan promotif, pencegahan penyakit preventif, penyembuhan penyakit kuratif, dan pemulihan kesehatan rehabilitatif. BAB IV BENTUK DAN PELAKSANAAN INFORMED CONSENT DALAM TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PRINGADI

A. Latar Belakang dan Pengertian Informed Consent