jelasnya. Bila dalam penyampaian informasi terdapat kesenjangan yang besar antara bahasa pemberi informasi dengan bahasa penerima informasi maka besar
kemungkinan akan terjadi salah pengartian dan usaha untuk memberikan informasi tidak akan sesuai tujuan.
Dengan adanya informasi tersebut maka diharapkan persetujuan dari pasien, dalam arti izin dari pasien yang diberikan bagi dokter untuk melakukan
tindakan medis. Pasien punya hak untuk menolak atau memberikan persetujuan, sebab pasien punya hak asasi untuk menolak atau menerima pengobatan terhadap
dirinya. Persetujuan dari pasien dalam hal ini mempunyai arti yang cukup luas,
sebab dengan sekali pasien membubuhkan tanda tangan pada formulir persetujuan tindakan medik, maka dianggap bahwa pasien tersebut telah “consent” dan telah
memberikan wewenang bagi dokter untuk melakukan tindakan medik. Consent disini dapat diartikan bahwa pasien telah setuju terhadap tindakan medis yang
akan dilakukan dokter terhadap dirinya. Dengan adanya penandatanganan formulir persetujuan tindakan medik
maka punya konsekuensi yaitu telah tercapainya apa yang dinamakan sepakat para pihak yang telah mengikatkan diri, terjadi perjanjian untuk melaksanakan
tindakan medik. Persetujuan tersebut mempunyai kekuatan mengikat dalam arti mengikat secara hukum, sehingga dokter boleh menjalankan kewajibanya
memberikan informasi dan memberikan hak kepada dokter untuk melakukan tindakan medik.
B. Teori-Teori dan Bentuk Informed Consent
Universitas Sumatera Utara
Pada hakikatnya pengertian informed consent tidak boleh dihubungkan dengan atau dijabarkan dari upaya serta pemikiran untuk menghindarkan atau
membebaskan diri dari tanggung jawab resiko, dan atau semata-mata untuk dapat dilakukannya suatu tindakan secara sah, melainkan perlu dicari landasan filisofis
yang terlepas dari upaya dan pemikiran untuk mencapai tujuan tersebut. Adapun ketiga teori yang akan dikemukakan ini sehubungan dengan
eksperimen pada manusia di bidang kedokteran, antara lain :
51
1. Teori manfaat untuk pasien Het nut voor de patient als theorie over informed consent .
Di dalam Kode etik Medis disebutkan bahwa dengan dalil apapun seorang dokter tidak dibenarkan melakukan susuatu yang dapat melemahkan daya tahan
tubuh dan jiwa manusia kecuali untuk maksud terapeutik atau pertimbangan pencegahan semata-mata yang diperlukan demi kepentingan pasien. Dengan kata
lain setiap tindakan dokter termasuk penyelenggaraan eksperimen yang dilakukan tidak demi kepentingan pasien harus dilarang. Di dalam Kode Etik Fisioterapi
tentang hak pasienklien tertulis bahwa pasienklien berhak atas pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk yang terbaik dalam pemeliharaan kesehatannya.
Pandangan menganai hal yang baik dan bermanfaat bagi seorang pasienklien tertentu tidak sama antara pasien yang satu dengan pasien yang
lainnya dan hal ini bergantung pada situasi dan kondisi pribadi serta nilai yang dianut oleh pasien yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal tersebut pada
hakikatnya pemberian infomrmasi kepada pasien harus dilakukan sedemikian rupa sehingga pasien dapat berperan serta dalam proses pembentukan dan pengambilan
51
Veronica Komalawati, Peranan Informed Consent dalam Transaksi Terapeutik, Op.cit., hal. 111.
Universitas Sumatera Utara
keputusan bahkan secara aktif pasien menguasainya agar semaksimal mungkin keputusan tersebut dapat diperoleh manfaatnya.
Terhadap teori ini timbul keraguan, karena dalam teori ini digunakan asas manfaat bagi pasien yang berarti tertutup kemungkinan dilakukannya eksperimen
non terapeutik. 2. Teori manfaat bagi pergaulan hidup Het nut voor de samenleving als theorie
over informed consent . Teori ini dititikberatkan pada pandangan utilitis yaitu bahwa kemanfaatan
yang terbesar bagi jumlah yang terbesar. Pada teori ini penyelenggaraan eksperimen diperkenankan apabila didasarkan pertimbangan tertentu lebih banyak
manfaatnya daripada menghasilkan yang tidak baik dan apabila bersamaan dengan itu eksperimen ini secara keseluruhan lebih banyak menghasilkan manfaat
dibandingkan dengan kemungkinan yang dihasilkan dengan penerapan metode lain.
Pandangan para penganut teori ini terhadap pengertian manfaat tidak semata-mata dibatasi oleh pertimbangan ekonomis, namun nilai estetika,
kebudayaan, keagamaan dan psikologis harus dipertimbangkan pula. Perampasan kebebasan sejumlah kecil subjek eksperimen tidak begitu saja dapat di halalkan
berdasarkan pandangan manfaat sebesar-besarnya bagi sejumlah orang lain, dengan asumsi bahwa perampasan kebebasan seseorang dikategorikan sebagai
kejahatan besar. Apabila mutlak diperlukan untuk membenarkan eksperimen non
terapeutikmaka tidak dapat disangkal bahwa terdapat unsur tertentu pada asas manfaat bagi pergaulan hidup dalam membenarkan eksperimen itu. Hal ini berarti
Universitas Sumatera Utara
bahwa sepanjang eksperimen medis dilakukan bersama dengan pengobatan dan perawatan atau mempunyai tujuan terapeutik, maka manfaat bagi pergaulan hidup
di sini bukan hal yang harus diutamakan. 3. Teori menentukan nasib sendiri De zelfbeschikkings theorie over informed
consent . Menurut teori ini penentuan memaksimalisasi keuntungan bagi pergaulan
hidup telah menjurus ke arah pelecehan terhadap hak asasi yang tidak dapat diterima. Menahan informasi atau kebenaran dengan alasan bahwa informasi
tersebut akan menghambat proses pengobatan atau perawatan atau dikhawatirkan pasien akan menolak perawatan setelah diberikan informasi bukanlah merupakan
hal yang mendasar, oleh karena menolak pengobatan atau perawatan adalah hak pasien untuk dapat dilakukan atau tidak.
Dalam informed consent yang penting adalah komunikasi atau dialog antara dokterterapis dengan pasien harus berjalan dalam kejujuran, hal ini
seringkali terjadi dalam praktik di mana seorang dokterterapis dalam memberikan informasi harus membentuk atau merumuskan pendapatnya terlebih dahulu.
Namun apabila pemahaman pasien terhadap informasi yang diberikan masih diragukan, maka pasien harus dianggap belum cukup diberi informasi sehingga
dalam keadaan demikian pemberian informasi harus tetap dilanjutkan. Pada prinsipnya persyaratan memperoleh informed consent dalam
Pelayanan kesehatan tidak dibedakan dengan informed consent yang diperlukan dalam suatu eksperimen. Hanya saja dalam eksperimen suatu penelitian baik yang
bersifat terapeutik maupun non terapeutik yang menggunakan pasien sebagai subjek penelitian naracoba maka informed consent harus lebih dipertajam,
Universitas Sumatera Utara
sebab menyangkut perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, pencegahan terjadinya paksaan dan mencegah kesesatan serta penyalahgunaan
Keadaan. Oleh karena pada dasarnya informed consent mempunyai landasan etik dan hukum, maka tanggungjawab mengenai pelaksanaannya juga dapat dilihat
dari segi etik dan hukum. Ketentuan tentang informed consent sehubungan dengan Pelayanan kesehatan didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
585MEN.KESPER1989, yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab dokterterapis dan apabila dilaksanakan di rumah sakit atau klinik, maka rumah
sakit dan klinik yang bersangkutan ikut bertanggung jawab. Informed consent merupakan dasar dokter dalam melakukan penanganan
medik terhadap pasien. Dalam sebuah informed consent terdapat persetujuan yang harus ada, yang didalamnya memuat tentang persetujuan pasien terhadap tindakan
medik yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya. Sedangkan dilihat dari bentuknya, ada dua bentuk persetujuan tindakan medik atau informed consent
yaitu:
52
1. Tersirat atau dianggap telah diberikan implied consent. “Implied consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersitat,
tanpa pernyataan tegas”. Isyarat persetujuan ini ditangkap oleh dokter dari sikap dan tindakan pasien. Umumnya tindakan dokter disini adalah tindakan dokter
yang biasa dilakukan atau sudah diketahui umum. Misalnya, pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium, melakukan
suntikan pada pasien, melakukan penjahitan luka dan lain sebagainya. Sebetulnya
52
Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, EGC, Jakarta, 1999, hal. 68.
Universitas Sumatera Utara
persetujuan jenis ini tidak termasuk informed consent dalam arti murni karena tidak ada penjelasan sebelumnya.
Implied consent bentuk lain adalah bila pasien dalam keadaan gawat darurat emergency sedang dokter memerlukan tindakan segera, sementara pasien
dalam keadaan tidak bisa memberikan persetujuan sedangkan keluarganya tidak ditempat, maka dokter dapat melakukan tindakan medik terbaik menurut dokter.
Jenis persetujuan ini disebut sebagai presumed consent, artinya bila pasien dalam keadaan sadar, dianggap akan menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter.
2. Dinyatakan Expressed consent. “Expressed Consent” adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau
tertulis, bila yang akan dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan yang biasa”. Dalam keadan yang demikian kepada pasien disampaikan terlebih
dahulu tindakan apa yang akan dilakukan supaya tidak terjadi salah pengertian. Dalam expressed consent persetujuan harus ada, persetujuan dimintakan
dokter terhadap pasien yang didalamnya terdapat informasi sebelum dilakukannya penanganan medik terhadap pasien. Bentuk dari persetujuan expressed consent
dapat berupa
: A.
Persetujuan lisan : Dokter dalam melakukan penanganan medik hanya membutuhkan persetujuan secara lisan saja dalam hal ini terhadap
tindakan yang tidak invasif tidak mengandung risiko yang besar. Segi praktis dan kelancaran pelayanan medis yang dilakukan dokter merupakan
alasan dari penyampaian persetujuan secara lisan. Misalnya, pemeriksaan dalam rektal atau pemeriksaan dalam vagina, mencabut kuku dan tindakan
lain yang melebihi prosedur pemeriksaan dan tindakan umum, persetujuan
Universitas Sumatera Utara
dilakukan secara lisan. Tetapi hendaknya dokter membiasakan diri untuk menulis atau mencatat persetujuan lisan pasien itu pada rekam medis atau
rekam kesehatan, karena segala kegiatan yang dilakukan oleh dokter harus dicatat dalam rekam medis termasuk persetujuan pasien secara lisan.
B. Persetujuan tertulis : Dokter dalam melakukan penanganan medik harus
mendapat persetujuan secara tertulis dari pihak pasien. Persetujuan dilakukan secara tertulis dilakukan terhadap penanganan medik yang
mengandung risiko seperti tindakan pembedahan atau prosedur pemeriksaan dan pengobatan yang invasif mengandung risiko yang
besar. Hal tersebut dinyatakan dengan tegas pada Pasal 3 1 Permenkes no.5851989. Persetujuan tersebut dalam bentuk formulir-formulir
persetujuan bedah, operasi dan lain-lain yang harus diisi umumnya dengan ditulis tangan. Dari segi hukum positif, formulir persetujuan ini
sangat penting sebagai bukti tertulis yang dapat dikemukakan oleh para pihak kepada hakim bila terjadi kasus malpraktek. Oleh karena itu,
pengisian data pada formulir itu harus tepat dan benar sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
53
C. Unsur-Unsur Yang Mendasari Hak Atas Informasi