Peranan Asas Konsesualitas dan Keterbukaan dalam Perjanjian

12. Dokter tidak dapat memaksakan kehendaknya karena pasien memiliki hak atas tubuhnya dan kebebasan untuk memilih perawatan yang ia butuhkan, karena hal tersebut akan menimbulkan akibat hukum.

E. Peranan Asas Konsesualitas dan Keterbukaan dalam Perjanjian

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat 1 KUH Perdata. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak. Yakni bahwa setiap orang bebas mengadakan perjanjian. Hal ini dikarenakan hukum perjanjian menganut sistem terbuka, yakni memberikan kebebasan seluas- luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja asalkan tidak melanggar ketertiban umum, dan kesusilaan. Asas ini merupakan kesimpulan dari isi Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, yang berbunyi bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Tujuan dari pasal di atas, bahwa pada umumnya suatu perjanjian itu dapat dibuat secara bebas untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, bebas untuk mengadakan perjanjian dengan siapapun, bebas untuk menentukan bentuknya maupun syarat-syarat, dan bebas untuk menentukan bentuknya tertulis maupun tidak tertulis. Universitas Sumatera Utara Jadi, dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja tentang apa saja dan perjanjian itu mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu Undang- undang. Kebebasan berkontrak dari para pihak untuk membuat perjanjian itu meliputi : a. Perjanjian yang telah diatur oleh Undang-undang. b. Perjanjian-perjanjian baru atau campuran yang belum diatur dalam Undangundang. Asas kebebasan berkontrak merupakan asas yang paling penting dalam hukum perjanjian, karena dari asas inilah tampak adanya pernyatan dan ungkapan hak asasi manusia dalam mengadakan perjanjian sekaligus memberikan peluang bagi perkembangan hukum perjanjian. Selain itu asas ini juga merupakan dasar dari hukum perjanjian. Asas kebebasan berkontrak tidak tertulis dengan kata-kata yang banyak dalam Undang-undang, tetapi seluruh hukum perdata kita didasarkan padanya. Suatu persetujuan medis akan timbul setelah pasien diberi penjelasan secara adekuat mengenai penyakitnya, akibat-akibatnya serta efek samping atau resiko yang bisa terjadi selama dalam perawatan atau proses penyembuhan penyakitnya.Izin perawatan ini disebut informed consent. Pemberian izin ini baru dapat diberikan setelah pasien mengetahui segala sesuatu tentang penyakitnya. Pasien berhak untuk memberikan atau menolak perawatan yang dilakukan oleh dokter, sepanjang keadaan pasien tidak dalam keadaan gawat darurat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, dikemukakan oleh Thiroux bahwa informed consent merupakan suatu pendekatan terhadap kebenaran, dan keterlibatan pasien dalam Universitas Sumatera Utara keputusan mengenai pengobatannya. Hubungan antara dokter dengan pasiennya, pada saat ini sudah berkembang menjadi hubungan yang sejajar dan merupakan partner kerja serta saling membutuhkan. Informed Consent ini merupakan dasar dari transaksi terapeutik yang harus dilakukan oleh dokter terhadap pasiennya dalam rangka memperoleh persetujuan upaya perawatan selanjutnya, baik berupa pengobatan, perawatan, maupun tindakan operasi. Informed Consent dapat dilakukan secara tegas atau diam-diam. Secara tegas dapat disampaikan dengan kata-kata langsung baik secara lisan maupun tertulis. Bahkan dapat dinyatakan dengan dengan sikap menyerah pada prosedur yang telah dispesifikasikan. Informed Consent baik dalam pelayanan medis maupun dalam penelitian kedokteran jika didasarkan pada prinsip hukum

F. Aspek Hukum Perdata dan Tanggung Jawab Pelaksanaan Informed Consent