1. Syarat subjektif yang meliputi syarat pertama dan kedua, artinya syarat
yang harus dipenuhi oleh subjek atau pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.
2. Syarat objektif yang meliputi syarat ketiga dan keempat, yaitu syarat yang
harus terpenuhi oleh objek perjanjian. Pembedaan keempat syarat tersebut menjadi syarat subjektif dan objektif
sangat penting artinya untuk melihat akibat yang timbul bila syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi dalam suatu perjanjian. Perjanjian yang tidak memenuhi syarat
subjektif mengakibatkan perjanjian tersebut dapat dibatalkan vernietigbaar. Jadi perjanjian yang diadakan tetap berlaku, selama belum diadakan pembatalan.
Permintaan pembatalan perjanjian dapat dilakukan oleh pihak yang tidak cakap menurut hukum baik oleh orang tua maupun walinya ataupun orang itu sendiri
apabila ia telah menjadi cakap dan oleh pihak yang memberi izin atau menyetujui perjanjian itu secara tidak bebas.
Perjanjian yang tidak memenuhi syarat objektif mengakibatkan perjanjian tersebut batal demi hukum van rechtswege nietig. Hal ini berarti sejak semula
secara yuridis, perjanjian itu tidak pernah ada dan tidak pernah ada perikatan antara para pihak dalam perjanjian itu.
E. Jenis-Jenis Perjanjian
Menurut Satrio jenis-jenis perjanjian dibagi dalam lima jenis, yaitu :
24
a. Perjanjian Timbal balik dan Perjanjian Sepihak
24
Ibid, hal. 31.
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian timbal balik Bilateral Contract adalah perjanjian yang memberikan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak. Jenis
perjanjian ini yang paling umum terjadi dalam kehidupan masyarakat. Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang memberikan kewajiban
kepada satu pihak dan hak kepada pihak lainnya. Pihak yang satu berkewajiban menyerahkan benda yang menjadi objek perikatan dan pihak
lainnya berhak menerima benda yang diberikan itu. b.
Perjanjian Percuma dan Perjanjian dengan Atas Hak yang Membebani Perjanjian percuma adalah perjanjian yang hanya memberikan
keuntungan kepada satu pihak saja. Perjanjian dengan alas hak yang membebani adalah perjanjian dalam mana terhadap prestasi dari pihak
yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lainnya, sedangkan antara prestasi itu ada hubungannya menurut hukum.
c. Perjanjian Bernama dan Perjanjian Tidak Bernama
Perjanjian bernama adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri, yang dikelompokkan sebagai perjanjian khusus, dan jumlahnya
terbatas. Sedangkan perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang tidak mempunyai nama tertentu dan jumlahnya tidak terbatas.
d. Perjanjian Kebendaan dan Perjanjian Obligator
Perjanjian kebendaan adalah perjanjian untuk memindahkan hak milik dalam perjanjian jual beli. Perjanjian kebendaan ini sebagai
pelaksanaan perjanjian obligator.
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian obligator adalah perjanjian yang menimbulkan perikatan, artinya sejak terjadinya perjanjian, timbullah hak dan kewajiban
pihak-pihak. Pembeli berhak untuk menuntut penyerahan barang, penjual berhak atas pembayaran harga, pembeli berkewajiban untuk menyerahkan
barang. Pentingnya pembedaan ini adalah untuk mengetahui apakah dalam
perjanjian itu ada penyerahan leverning sebagai realisasi perjanjian dan penyerahan itu sah menurut hukum atau tidak.
e. Perjanjian Konsensual dan Perjanjian Real
Perjanjian konsensual adalah perjanjian yang timbul karena ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak.
Perjanjian real adalah perjanjian di samping ada persetujuan kehendak juga sekaligus harus ada penyerahan nyata dari barangnya.
F. Wanprestasi dan Akibat-Akibatnya