sifatnya adalah tambal-sulam. Padahal seperti kita ketahui bahwa berlakunya kebijakan yang bersifat tambal-sulam membuat tidak adanya kesinambungan dan
konsistensi dari peraturan dan pelaksanaannya, sehingga tujuan pengembangan usaha mikro dan kecil pun kurang tercapai secara maksimal. Salah satu pembenahan utama
yang diperlukan adalah dari aspek regulasinya. Sri, 2007.
2. 4. Sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan
Sasaran program nasional pemberdayaan masyarakat PNPM mandiri
pedesaan yang berpihak pada orang miskin. Menurut Zikrullah 2000 kemiskinan
adalah konsep yang cair, tidak pasti, dan mutidimensional. Oleh karena itu, banyak terdapat terminologi kemiskinan baik yang dikemukakan oleh pakar secara individu
maupun secara kelembagaan. Dalam pengertian konvensional, kemiskinan hanya dimaknai sebagai permasalahan pendapatan income individu, kelompok, komunitas,
masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan. Dengan teori ini, sekurang- kurangnya ada enam macam kemiskinan yang perlu difahami oleh pihak-pihak yang
menaruh perhatian terhadap penanganan kemiskinan, yaitu: 1 kemiskinan subsitensi, penghasilan rendah, jam kerja panjang, perumahan buruk, fasilitas air
bersih mahal; 2 kemiskinan perlindungan, lingkungan buruk, sanitasi, sarana pembuangan sampah, polusi, kondisi kerja buruk, tidak ada jaminan atas hak
pemilikan tanah; 3 kemiskinan pemahaman, kualitas pendidikan formal buruk, terbatasnya akses atas informasi yang menyebabkan terbatasnya kesadaran akan hak,
kemampuan dan potensi untuk mengupayakan perubahan; 4 kemiskinan partisipasi,
Universitas Sumatera Utara
tidak ada akses dan kontrol atas proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas; 5 kemiskinan identitas, terbatasnya perbauran antara
kelompok social, terfragmentasi; 6 kemiskinan kebebasan, stress, rasa tidak berdaya, tidak aman baik ditingkat pribadi maupun komunitas.
Menurut Cox 2004 bahwa seseorang dikatakan miskin jika tingkat pendapatannya hanya berada di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, upaya
penanganan kemiskinan yang dilakukan pada negara dunia ketiga baik oleh pemerintah maupun organisasi non pemerintah, kebanyakan hanya bertumpu pada
upaya peningkatan pendapatan. Itu sebabnya, berbagai upaya penanganan kemiskinan itu tidak menyelesaikan masalah dan cenderung gagal.
Menurut Sumodiningrat 2004 penentuan garis kemiskinan dengan menggunakan indikator ekonomi versi BPS, Bank Dunia,lembaga penelitian dan
pengkajian,yakni Garis kemiskinan dapat dihitung dengan tiga pendekata, yakni : 1 Pendekatan Produksi production Approach, misalnya produksi padi perkapita hanya
dapat menggambarkan kegiatan produksi tanpa memperhatikan pemenuhan kebutuhan hidup. 2 Pendekatan Pendapatan Income Approach, yakni pendekatan
melalui pendapatan rumah tangga.Pendekatan ini sangat baik, namun sering mengalami kendala yaitu dalam pengumpulan data pendapatan rumah tangga secara
akurat serta pencatatan terhadap jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap rumah tangga secara akurat. 3 Pendekatan Pengeluaran Expenditure Approach, yaitu
pendekatan yang digunakan untuk mengatasi pendekatan terhadap pendapatan. Tingkat pengeluaran ini dapat digunakan sebagai proxy atau pendekat dari
Universitas Sumatera Utara
pendapatan rumah tangga. Pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi adalah 2.100 kalori perkapitahari.
2.5. Konsep Partisipasi Masyarakat
Menurut Bryants dan White Colorodow dalam Friedman, 2002 menyatakan bahwa di negara-negara dunia ketiga termasuk Indonesia partisipasi masyarakat
dalam pembangunan sangat diperlukan, sehingga masyarakat itu sendiri dapat mempengaruhi atau menentukan masa depannya, maka masyarakat harus dianggap
sebagai potensi pembangunan yang harus dibina, dipupuk dan ditingkatkan pengetahuan dan kemampuannya sehingga mau, mampu dan sadar dalam
kedudukannya sebagai pelaku atau subjek pembangunan. Dalam hubungan dengan hal tersebut Friedman juga menyatakan bahwa
dengan keterlibatan masyarakatpartisipasi masyarakat di dalam proses pembangunan juga mengandung makna pemberdayaan masyarakat dan sangat erat kaitannya dengan
pemantapan pembudayaan dan pengalaman demokrasi, atau “the empowerment approach, which is fundamental to an alternative development, please the emphasis
an auotonomy in the decision making of territorially organized communities, local self-reliance but not antrachy, direct participatory democracy and experi-mental
social learning”. Friedman, 2002 Dari perumusan ini dapat dikemukakan bahwa partisipasi sosial adalah:
1. Partisipasi seseorang ini dalam suatu kelompok sosial.
Universitas Sumatera Utara
2. Kadang kala terbatas pada partisipasi di dalam organisasi secara sukarela khususnya dalam pelaksanaan program atau kegiatan atau proyek masyarakat
diluar profesi seseorang atau pekerjaan tertentu. Menurut Marbun 2003 partisipasi adalah tingkat rasa keterlibatan dan
keikatan seseorang berkat sumbangan pikiran dan usulnya sehingga mereka bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri dan ikut berusaha mencapai sasaran
suatu tujuan organisasi. Simatupang 2001 mengemukakan pendekatan mengenai partisipasi
sebagai berikut: Partisipasi berarti apa yang dilakukan adalah bagian dari usaha bersama yang dijalankan bahu membahu dengan saudara-saudara sebangsa dan
setanah air untuk membangun masa depan bersama. Partisipasi berarti juga sebagai kerja untuk mencapai tujuan bersama di antara semua warga negara yang
mempunyai latar belakang kepercayaan yang beraneka ragam dalam negara pancasila atas dasar hak dan kewajiban yang sama untuk memberikan sumbangan
demi terbinanya dan terwujudnya masa depan yang baru. Partisipasi tidak hanya mengambil bagian dalam pelaksanaan rencana-rencana pembangunan tetapi juga
berarti memberikan sumbangan pengertian kita mengenai pembangunan itu, nilai- nilai kemanusiaan dan cita-cita mengenai keadilan sosial tetap di junjung tinggi.
Partisipasi dalam pembangunan berarti mendukung kearah pembangunan yang serasi dan martabat, keadilan sosial dan memelihara alam sebagai lingkungan
manusia untuk generasi-generasi yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Bahkan partisipasi merupakan hak dan kewajiban seorang warga negara untuk memberikan kontribusinya kepada pencapaian tujuan kelompok. Sehingga
masyarakat diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pembangunan dengan mengembangkan inisiatif dan kreatifitas.
Sumbangkan inisiatif dan kreatifitas dapat disampaikan dalam rapat kelompok masyarakat atau pertemuan-pertemuan baik yang bersifat formal maupun informal.
Dalam kelompok pertemuan-pertemuan itu akan saling memberikan informasi antara pemerintah dengan masyarakat. Jadi dalam partisipasi terdapat
komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat dan sesama anggota masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan yang dimaksud masyarakat adalah
sekelompok orang yang hidup bersama dan tinggal disuatu tempat tertentu yang menghasilan teknologi kemampuan untuk memanfaatkan lingkungannya sebagai
sumber penghidupan bersama menurut aturan tertentu. Menurut Imron 2005 bahwa: “Partisipasi adalah suatu term yang
menunjukkan kepada adanya keikutsertaan secara nyata dalam suatu kegiatan”. Menurut Muhajir dalam Imron, 2005 mengatakan menggolongkan partisipasi
masyarakat ke dalam tipologinya ialah partisipasi kuantitatif dan kualitatif, partisipasi kuantitatif menunjukkan kepada frekuensi keikutsertaan terhadap implementasi
kebijaksanaan sementara partisipasi kualitatif menunjukkan kepada tingkat dan derajat. Menurut Koentjoroningrat dalam Imron, 2005 menggolongkan partisipasi
masyarakat berdasarkan posisi individu dalam kelompoknya. Pertama, partisipasi
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dalam aktivitas bersama dalam proyek khusus; kedua, partisipasi anggota masyarakat sebagai individu adalam aktivitas bersama pembangunan.
2. 6. Studi Empiris Penelitian Terdahulu