Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir

(1)

RESPON MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN DI

KECAMATAN ONAN RUNGGU KABUPATEN SAMOSIR

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

ANANTA HIDAYAT PURBA 060902048

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, penelitian ini dapat penulis rangkumkan dengan baik, walaupun penulis sadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu dan kemampuan yang penulis miliki. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis mohon untuk adanya perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini, yang tentunya mengharapkan koreksi dan saran dari segenap pembaca sekalian.

Skripsi ini berjudul “Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir ”, yang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi pada program strata satu (S-1), Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Dengan segala keterbatasan penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya, pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan pembaca tentunya.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa bantuan, perhatian bahkan kasih sayang dari berbagai pihak yang bersifat moril maupun materil, maka dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(3)

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos. M.SP, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang tidak pernah bosan-bosannya membimbing, memberikan saran, kritik, bahkan semangat kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

4. Seluruh staf administrasi seperti Kak Zuraida, Bang Ria dan Kak Deby yang telah setia ada di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dalam memberikan informasi dan mempersiapkan segala kebutuhan penulis.

5. Seluruh staf pengajar FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah membimbing dan mengajar penulis selama masa perkuliahan.

6. Kepada Bapak Camat, Bapak Sek. Camat Onan Runggu, Nangboru Simbolon, dan seluruh pegawai dan staf di Kantor Kecamatan Onan Runggu serta perangkat desa yang ada di Kecamatan Onan Runggu atas bantuannya kepada peneliti selama melakukan penelitian di Kecamatan Onan Runggu.

7. Kedua orang tuaku, Bapak D. Purba dan Ibu J. br, Bangun yang telah merawat penulis dengan penuh kasih sayang serta telah banyak mengorbankan waktu dan materi yang tak terhitung nilainya guna keberhasilan penulis dalam meraih cita-cita.

8. Kepada kakakky Widha dan adikku Hadi untuk dukungan dan pengertiannya selama penulis berada dalam proses penyelesaian skripsi.


(4)

9. Seluruh keluarga besar Purba dan Bangun mergana yang selalu memberi dukungan yang luar biasa, terlebih di saat penyelesaian skripsi ini.

10.Buat sayangku Buat sahabat seperjuangan, Ari, Edo, Manuk, Rahmad, Fenny, Irene, Lista, Sando, Halim, Anul, Pandu, Dicky, Nobel, Rijal, Rio’07 dan yang lainnya yang tidak dapat dipersebutkan satu persatu, makasi buat kebersamaan kita selama ini.

11.Seluruh stambuk 2006, baik yang sedang berjuang untuk tamat maupun yang sudah tamat, semoga kita dapat menjaga persahabatan untuk membangun jaringan, dan saling mendukung satu sama lain.

12.Seluruh kawan-kawan seperjuangan selama jadi pengurus PEMA FISIP USU, Lintang, Bobby, Kumkum, Wallad, Tika, Selvi, Titin, Tino Antro, Suci, Dody”KPU”, Zikri, Bembeng dan seluruh kawan-kawan yang tidak dapat juga dipersebutkan satu persatu, makasi kawan-kawan buat kebersamaannya. What I care, I live on my own!!

13.Seluruh kawan-kawan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, baik yang masih aktif berkuliah maupun yang sudah menjadi alumni.

14.Seluruh responden yang telah membantu penulis selama ini dalam menjalankan penelitian. Penulis ucapkan banyak terima kasih atas data dan informasinya.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun banyak membatu dan memberikan dorongan moril maupun materil bagi terselesainya penulisan skripsi ini, penulis ucapkan banyak terima kasih.


(5)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi penulis telah semaksimal mungkin berusaha memberikan yang terbaik. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang benar-benar membangun, agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang membutuhkannya. Dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi perlindungan, kesehatan, dan berkatNya kepada kita semua.

Medan, Maret 2011

Penulis


(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : ANANTA HIDAYAT PURBA NIM : 060902048

ABSTRAK

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 106 halaman, 50 tabel, 3 lampiran serta 20 kepustakaan)

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Di Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Setelah program ini berjalan, sedikit banyak masyarakat yang mengalami dampak positif secara langsung. Masalah yang dibahas didalam skripsi ini adalah untuk melihat secara langsung bagaimana respon masyarakat terhadap PNPM-MP yang dilihat dari 3 variabel yaitu persepsi, sikap dan partisipasi.

Penelitian ini dilaksanakan pada kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menerima program dan merasakan dampak langsung dari program serta yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 97 orang dan instrument yang digunakan adalah angket. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil ini didukung oleh wawancara. Data yang diperoleh dari penelitian ini ditabulasikan dalam tabel tunggal kemudian dianalisis.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diketahui bahwa respon masyarakat terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah positif. Hal ini dapat dilihat dari tiga variable yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Berdasarkan hasil dari tiga variabel tersebut, rata-rata respon masyarakat terhadap PMPN-MP adalah positif, dimana nilai untuk persepsi yaitu 0,98, sikap dengan nilai 1 dan partisipasi dengan nilai -0,36.

Kata kunci : Respon, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan


(7)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : ANANTA HIDAYAT PURBA NIM : 060902048

ABSTRACT

Community Response Against the National Program for Community Empowerment in Rural Districts Self Onan Runggu Samosir regency

(Thesis consists of 6 chapters, 106 pages, 50 tables, 3 appendix and 20 literature)

Indonesia has the problem of poverty and unemployment. In Indonesia, one of the efforts made to improve the effectiveness of poverty reduction and job creation is the National Community Empowerment Program Mandiri. Once the program is running, slightly more people who have a positive impact directly. The problems discussed in this

essay is to see firsthand how the public response to the PNPM-MP visits of 3 variables, namely the perception, attitude and participation.

The research was conducted on sub Onan Runggu Samoisr District. The total population in this study are all people who receive the program and felt the direct impact of the program and that the samples in this study were 97 people and the instrument used was a questionnaire. The method used is descriptive method. These results are supported by interviews and field observations. Data obtained from this study are tabulated in a single table and then analyzed.

Based on the research and data analysis, it can be seen that the public response to the National Program for Community Empowerment Rural Self is positive. This can be seen from the three variables that is the perception, attitude and participation. Based on the results of these three variables, the average public response to PMPN-MP is positive, where the value is 0.98 for the perception, attitude and participation with a value of 1 with a value of -0.36.

Keywords: Response, the National Program for Community Empowerment Rural Self


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

ABSTRAK...v

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah... 9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian... 9

1.4 Sistematika Penulisan... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon ... 11

2.1.1 Persepsi...12

2.1.2 Sikap...12

2.1.3 Partisipasi...12


(9)

2.2.2 Pengertian Kesejahteraan Sosial...17

2.3 Masyarakat 2.3.1 Masyarakat dan Sejenisnya...18

2.3.2 Asal Masyarakat...19

2.3.3 Pengembangan Masyarakat ... 20

2.3.4 Model-model Pengembangan Masyarakat ... 24

2.3.5 Pemberdayaan Masyarakat ... 25

2.4 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan 2.4.1 Latar belakang ... 26

2.4.2 Tujuan PNPM-MP ... 28

2.4.3 Prinsip Pokok PNPM-MP ... 29

2.3.4 Prinsip lain PNPM-MP ... 30

2.5 Sasaran PNPM-MP 2.5.1 Lokasi Sasaran ... 31

2.5.2 Kelompok Sasaran ... 31

2.5.3 Pelaksanaan PNPM-MP ... 31

2.5.4 Pemberdayaan Masyarakat dan Prosesnya ... 32

2.6 Kerangka Pemikiran ... 33

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1 Defenisi Konsep ... 36


(10)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian ... 38

3.2 Lokasi Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi ... 39

3.3.2 Sampel ... 39

3.4 Tehnik Pengumpulan Data ... 41

3.5 Tehnik Analisa Data ... 42

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Kecamatan Onan Runggu ... 43

4.2 Letak dan Batas Wilayah ... 43

4.3 Keadaan Geografis ... 44

4.4 Keadaan Demografis 4.4.1 Luas dan Wilayah Penggunaan lahan ... 44

4.4.2 Pembagian Wilayah ... 45

4.4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

4.4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Rumah Tangga... 47

4.4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ...48

4.4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ... 49

4.4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendi... 50

4.4.8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjan ... .51


(11)

4.5 Sarana dan Prasarana Kecamatan Onan Runggu ... 54

4.5.1 Sarana Rumah Ibadah ... 55

4.5.2 Sarana Pendidikan ... 56

4.5.3 Sarana Kesehatan ... 56

4.6 Lembaga Kemasyarakatan ... 56

4.7 Sistem Pemerintahan ... 57

BAB V ANALISA DATA 5.1 Karakteristik Identitas Responden... 60

5.2 Respon Masyarakat Terhadap PNPM-MP 5.2.1 Persepsi ... 68

5.2.2 Sikap ... 77

5.2.3 Partisipasi ... 85

5.3 Analisa Data Kuantitatif Responden Terhadap PNPM-MP... 95

5.3.1 Persepsi Responden Terhadap PNPM-MP ... 96

5.3.2 Sikap Responden Terhadap PNPM-MP ... 98

5.3.3 Partisipasi Responden Terhadap PNPM-MP ... 100

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan... 103

6.2 Saran... 104 DAFTAR PUSTAKA


(12)

LAMPIRAN


(13)

Tabel 1.1 Cakupan Wilayah PNPM-MP di Indonesia ... 8

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Kecamatan Onan Runggu ...45

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Rumah Tangga ...47

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk berdasarkan Agama ...48

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk berdasarkan Umur... 49

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Penddikan ...50

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk berdasarkan Pekerjaan ...51

Tabel 4.7 Komposisi Penduduk berdasarkan Suku Bangsa ...53

Tabel 4.8 Sarana Rumah Ibadah ... 54

Tabel 4.9 Sarana Pendidikan...55

Tabel 4.10 Sarana Kesehatan ...56

Tabel 4.11 Lembaga Kemasyarakatan ...57

Tabel 5.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ...61

Tabel 5.2 Karakteristik Responden berdasarkan Umur ...61

Tabel 5.3 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ...62

Tabel 5.4 Karakteristik Responden berdasarkan Asal Daerah...63

Tabel 5.5 Karakteristik Responden berdasarkan Agama ...64

Tabel 5.6 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan ... 65


(14)

Tabel 5.8 Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ...67

Tabel 5.9 Distribusi Responden Tentang Informasi PNPM-MP ...68

Tabel 5.10 Distribusi Responden Tentang Undangan Perkenalan Program

PNPM-MP ...69

Tabel 5.11 Distribusi Responden Tentang Pihak Yang Memperkenalkan

PNPM-MP. ...70

Tabel 5.12 Distribusi Responden Tentang Program PNPM-MP ...71

Tabel 5.13 Distribusi Responden Tentang Tahu Program PNPM-MP ...72

Tabel 5.14 Distribusi Responden Tentang Penjelasan, Tujuan dan Sasaran

PNPM-MP ...73

Tabel 5.15 Distribusi Responden Tentang Program PNPM-MP Yang Tidak

Dimengerti ...74

Tabel 5.16 Distribusi Responden Tentang Tujuan dan Sasaran PNPM-MP ... 75

Tabel 5.17 Distribusi Responden Tentang Ketidaktahuan Tujuan dan Sasaran

PNPM-MP ...76

Tabel 5.18 Distribusi Responden Tentang Plaksanaan PNPM-MP di Desa

Responden ...77

Tabel 5.19 Distribusi Responden Tentang sikap Responden Ketika Pertama Kali PNPM-MP Masuk ke Desa ...78


(15)

Tabel 5.20 Distribusi Responden Tentang Pengadaan Program PNPM-MP ...79

Tabel 5.21 Distribusi Responden Tentang Peningkatan kesejahteraan, Kesempatan Kerja dan Pembangunan. ...82

Tabel 5.22 Distribusi Responden Tentang Tanggapan Terhadap PNPM-MP ...83

Tabel 5.23 Distribusi Responden Tentang Kelanjutan PNPM-MP ...84

Tabel 5.24 Distribusi Responden Tentang Pandangan Orang Lain/Pihak Lain ...84

Tabel 5.25 Distribusi Responden Tentang Peniadaan PNPM-MP di Desa Responden ...84

Tabel 5.26 Distribusi Responden Tentang Keikutsertaan Rapat atau Penyuluhan Dari PNPM-MP ...85

Tabel 5.27 Distribusi Responden Tentang Frekuensi Kehadiran ...86

Tabel 5.28 Distribusi Responden Tentang Keikutsertaan Dalam PNPM-MP ...87

Tabel 5.29 Distribusi Responden Tentang Faktor Keaktifan Dalam PNPM-MP ...88

Tabel 5.30 Distribusi Responden Tentang Peranan Dalam Program PNPM-MP ...89

Tabel 5.31 Distribusi Responden Tentang Memenuhi Aturan Yang Ditetapkan...90

Tabel 5.32 Distribusi Responden Tentang Keterlibatan Dalam Perencanaan PNPM-MP ...91

Tabel 5.33 Distribusi Responden Tentang Keterlibatan Dalam Pelaksanaan PNPM-MP ...92


(16)

Tabel 5.34 Distribusi Responden Tentang Keterlibatan Dalam Pengawasan

PNPM-MP ...93

Tabel 5.35 Distribusi Responden Tentang Keterlibatan Dalam Evaluasi PNPM-MP ...94

Tabel 5.36 Persepsi responden Terhadap PNPM-MP ...97

Tabel 5.37 Sikap responden Terhadap PNPM-MP ...99


(17)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian

2. Surat Balasan Penelitian dari Kecamatan Onan Runggu


(18)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : ANANTA HIDAYAT PURBA NIM : 060902048

ABSTRAK

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 106 halaman, 50 tabel, 3 lampiran serta 20 kepustakaan)

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Di Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Setelah program ini berjalan, sedikit banyak masyarakat yang mengalami dampak positif secara langsung. Masalah yang dibahas didalam skripsi ini adalah untuk melihat secara langsung bagaimana respon masyarakat terhadap PNPM-MP yang dilihat dari 3 variabel yaitu persepsi, sikap dan partisipasi.

Penelitian ini dilaksanakan pada kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menerima program dan merasakan dampak langsung dari program serta yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 97 orang dan instrument yang digunakan adalah angket. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil ini didukung oleh wawancara. Data yang diperoleh dari penelitian ini ditabulasikan dalam tabel tunggal kemudian dianalisis.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diketahui bahwa respon masyarakat terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah positif. Hal ini dapat dilihat dari tiga variable yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Berdasarkan hasil dari tiga variabel tersebut, rata-rata respon masyarakat terhadap PMPN-MP adalah positif, dimana nilai untuk persepsi yaitu 0,98, sikap dengan nilai 1 dan partisipasi dengan nilai -0,36.

Kata kunci : Respon, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan


(19)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : ANANTA HIDAYAT PURBA NIM : 060902048

ABSTRACT

Community Response Against the National Program for Community Empowerment in Rural Districts Self Onan Runggu Samosir regency

(Thesis consists of 6 chapters, 106 pages, 50 tables, 3 appendix and 20 literature)

Indonesia has the problem of poverty and unemployment. In Indonesia, one of the efforts made to improve the effectiveness of poverty reduction and job creation is the National Community Empowerment Program Mandiri. Once the program is running, slightly more people who have a positive impact directly. The problems discussed in this

essay is to see firsthand how the public response to the PNPM-MP visits of 3 variables, namely the perception, attitude and participation.

The research was conducted on sub Onan Runggu Samoisr District. The total population in this study are all people who receive the program and felt the direct impact of the program and that the samples in this study were 97 people and the instrument used was a questionnaire. The method used is descriptive method. These results are supported by interviews and field observations. Data obtained from this study are tabulated in a single table and then analyzed.

Based on the research and data analysis, it can be seen that the public response to the National Program for Community Empowerment Rural Self is positive. This can be seen from the three variables that is the perception, attitude and participation. Based on the results of these three variables, the average public response to PMPN-MP is positive, where the value is 0.98 for the perception, attitude and participation with a value of 1 with a value of -0.36.

Keywords: Response, the National Program for Community Empowerment Rural Self


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kehidupan yang baik merupakan kehendak manusia yang paling hakiki. Tiada satu pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang dijalaninya untuk menjadi lebih baik – lebih sejahtera dan lebih bahagia – serta tidak mengharapkan akan merasakan kehidupan di masa depandengan lebih baik lagi. Namun sebaliknya, dinamika kehidupan manusia sendiri serta kemampuan alam untuk mendukung kebutuhan manusia agar mencapai kehidupan lebih baik itu ternyata sangat terbatas (Randy, Ryan, 2006:3).

Masalah kemiskinan adalah salah satu masalah yang telah lama ada. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini, mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada zaman modern.

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas, dan pendayagunaan


(21)

(

Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang penanganannya membutuhkan keterkaitan berbagai pihak. Kemiskinan di Indonesia diiringi masalah kesenjangan baik antar golongan penduduk maupun pembangunan antar wilayah, yang diantaranya ditunjukkan oleh buruknya kondisi pendidikan dan kesehatan serta rendahnya pendapatan dan daya beli, sebagaimana tercermin dari rendahnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Penduduk dikatakan miskin apabila memiliki pendapatan berada dibawah kemiskinan yang dijadikan sebagai ukuran resmi kondisi kemiskinan di Indonesia ( Sumodiningrat, 2009 : 5).

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2009 sebesar 32,53 juta juta jiwa (14,15 %). Dibandingkan penduduk miskin bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta jiwa (15,42 %), berarti ada penuruna sebesar 2,43 juta jiwa. Selama periode Maret 2008 – Maret 2009 penduduk miskin didaerah perdesaan berkurang 1,57 juta jiwa, sementara didaerah perkotaan berkurang 0,86 juta jiwa. Sedangkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 adalah 37,17 juta jiwa (16,58%) dari total penduduk. Jumlah tersebut menurun 2,13 juta jiwa jika dibandingkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2006 sebanyak 39,30 juta jiwa (17,75%) dari total penduduk (BPS, 2009).

Penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara masih cukup banyak. Hasil survei sosial ekonomi nasional yang dilaksanakan pada bulan Maret 2007, menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di daerah ini sebanyak 1.768.400 jiwa, atau sebesar 13,9 persen terhadap jumlah penduduk seluruhnya. Namun demikian, kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan pada tahun 2006, karena


(22)

jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara menurun sekitar 211.300 jiwa. Pada tahun 2006, penduduk miskin Sumatera Utara sebanyak 1.979.702 jiwa, atau 15,66 persen dari jumlah penduduk saat itu.

Penurunan jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara sejalan dengan perbaikan indikator makro ekonomi Sumatera Utara. Pertumbuhan ekonomi triwulan pertama Sumatera Utara 2007, dari tahun ke tahun sebesar 8,44 persen, lebih baik dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,97 persen di periode yang sama. Pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tahun 2007 juga lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tahun 2006, yang tumbuh sebesar 2,89 persen. Dari sisi tenaga kerja, meskipun tingkat pengangguran masih sangat besar, namun menunjukkan penurunan dari periode sebelumnya. Tingkat pengangguran terbuka Sumatera Utara bulan Februari 2007 sebesar 10,63 persen, lebih rendah dibandingkan bulan agustus 2006, yakni 11,51 %. Adanya program upaya penanggulangna kemiskinan ini harus ditingkatkan agar target penurunan penduduk miskin pada tahun 2008 sebesar 11,40 % sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dapat tercapai (BPS Sumut,

2007).

Di Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja adalah Program Nasional Pemberdayaan (PNPM) mulai tahun 2007. Sebagai langkah awal, pelaksanaan PNPM tahun 2007 dimulai dengan dua program pemberdayaan masyarakat yang dinilai cukup besar dan efektif, yaitu Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang menjadi dasar bagi pengembangan PNPM di perdesaaan, dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP),


(23)

yang menjadi dasar bagi pengembangan PNPM di perkotaan

(http//www.pnpm-mandiri.or.id, diakses pada hari Kamis, 26 September 2010 pukul 17.16)

PNPM adalah suatu instrument pemerintah yang digulirkan untuk mencapai salah satu poin dari MDGs (Millenium Development Goals) yaitu pengentasan kemiskinan. Program ini akan menyatukan berbagai program yang dimiliki oleh berbagai departemen dibawah satu koordinasi tim penanggulangan kemiskinan. Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan PNPM Mandiri ini mulai tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri ini dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinanyang melibatkan unsur masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek, melainkan sebagai subyek dalam upaya penanggulangan kemiskinan (PNPM, 2007).

Secara umum, PNPM adalah suatu program yang memberdayakan masyarakat secara optimal dalam mengatasi problem-problem kemiskinan yang terjadi. Masyarakat diharapkan aktif dalam pemngambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah yang mereka hadapi. Dengan kata lain, dengan program ini, masyarakat hendaknya mandiri dan dapat menentukan sendiri apa yang harus dilakukan agar mereka terbebas dari kemiskinan.

Konsep PNPM Mandiri terus disempurnakan dengan tujuan peningkatan dan pengembangan penanggulangan kemiskinan dapat menyentuh langsung kebutuhan masyarakat. Sehingga mampu mengatasi dampak krisis keuangan


(24)

global karena melibatkan masyarakat sebagai pelaku aktif di bidang pembangunan.

Mulai tahun 2008, PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sector dan pemerintah daerah. Pelaksanaan PNPM Mandiri 2008 juga akan diprioritaskan pada desa-desa tertinggal (PNPM, 2007).

PNPM Mandiri bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan meningkatkan kesempatan kerja (infrastruktur, ekonomi produktif, dan pelatihan ketrampilan). Jumlah penerima PNPM Mandiri pada akhir Oktober 2008 di 3999 kecamatan mencakup 47.854 desa. Jumlah anggaran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang sudah disalurkan sampai Mid-November 2008 sebesar Rp.10 triliun (72,94%) dari Rp.13,7 triliun. Jumlah peserta aktif PNPM Mandiri sejak awal mencapai 41,3 juta jiwa dengan 14,1 juta jiwa terlibat langsung pada tahun 2008 (http//www.setneg.go.id, diakses pada hari Jumat, 27 September 2010 pukul 20.32).

Disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah menggantikan UU Nomor 22 Tahun 1999 menjadi tonggak pelaksana otonomi daerah dengan paradigma baru. Pemberlakuan UU ini tidaklah dimaksudkan sebagai upaya resentralisasi atau mengembalikan iklim politik dengan kekuasaan yang memusat. Namun didalamnya justru terkandung semangat penguatan makna desentralisasi dengan membuka peluang luas bagi daerah untuk merencanakan


(25)

dan melaksanakan pembangunan secara lebih baik, lebih mandiri dan terkoordinasi. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, tak dapat dipungkiri desentralisasi selama ini masih menimbulkan bias persepsi yang menjadi tantangan tersendiri. Pergesaran ketersediaan dana dan kewenangan pembangunan dari pemerintah pusat ke daerah membuat pelaksanaaan program lebih efisien dan tepat sasaran karena lebih dekat ke masyarakat sebagai sasaran akhirnya, dengan syarat adanya kemauan dan kemampuan pemerintah. Dengan demikian, perlua adanya dukungan peran dan fungsi pemerintah daerah dalam menjaga proses pembangunan yang mempuyai fokus pemberdayaan masyarakat. Kuncinya adalah bagaimana menyediakan mekanisme yang sesuai bagi daerah untuk berlomba memberdayakan masyarakat nya dalam menanggulangi kemiskinan dan melakukan pembangunan partisipatif, serta mengenyampingkan ego sektoral yang berdampak bagi masyarakat luas.

Sejalan dengan disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004, Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang dimulai pelaksanaannya sejak tahun 1998, semakin dewasa belajar dari pengalaman untuk melakukan transisi pengelolaan program pemberdayaan secara bertahap kepada pemerintah daerah. PNPM-MP merupakan lanjutan dari PPK, yang dimulai pada tahun anggaran 1998/1999, yang diawali pilot proyek di beberapa wilayah. Dengan demikian, hingga saat ini program telah berjalan selama 10 tahun atau telah memasuki tahun ke 11.

Masa transisi pengalihan PPK ke PNPM diawali pada tahun 2007 dengan nama PNPM-PPK, selanjutnya dimulai tahun 2008 secara penuh diterapkan PNPM-MP yang tergabung didalamnya beberapa program pemberdayaan


(26)

masyarakat dengan pola yang sama dicanangkan pelaksanaannya hingga tahun 2009.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP merupakan salah satu proyek pemerintah dalam menanggulangi kemisikinan yang bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia yang lebih mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin serta kelompok masyarakat yang kurang mampu. Program ini telah diluncurkan oleh Presiden RI, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 20 April 2007 di Provinsi Sulawesi Tengah.

PNPM-MP pada hakikatnya adalah gerakan nasional yang dijalankan oleh semua kalangan untuk menanggulangi kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dengan tujuan peningkatan kualitas hidup, kemandirian ditingkat kesejahteraan masyarakat.

PNPM-MP merupakan program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Bukan hanya dari cakupan lokasinya, namun juga jumlah pemanfaatnya. Sejak 1998, PNPM-MP telah dilaksanakan di lebih dari 58% desa di seluruh Indonesia. Hingga 2009, program ini menjangkau 50.201 desa termiskin di Indonesia.


(27)

Tabel 1. Cakupan wilayah PNPM-MP di Indonesia

Tingkat Wilayah

Cakupan Wilayah PPK/

PNPM-

PPK(1998-2007)

PNPM Mandiri Perdesaan

(2008)

PNPM Mandiri Perdesaan (2009)

Provinsi 32 30 30

Kabupaten 348 335 342

Kecamatan 2.668 2.230 3.908

Desa 42.319 34.032 50.201

Sumber data:

Jumat, 27 September 2010 pukul 20.55)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti merasa tertarik untuk melihat bagaimana respon masyarakat terhadap program PNPM-MP yang dilaksanakan pemerintah khususnya di Kecamatan Onan Runggu yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Samosir, yang terdiri dari 12 desa yang terdapat program PNPM-MP. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir”.


(28)

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan suatu langkah yang sangat penting karena langkah ini menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada hakekatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian ( Soehartono, 2008 : 23 ).

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang dikemukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana respon masyarakat terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui respon masyarakat terhadap PNPM-MP yang telah dilakukan pemerintah di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan kritikan dalam rangka pengembangan model, perumusan dan pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan yang dilakukan Pemerintah terhadap pengembangan masyarakat di daerah- daerah tertinggal.


(29)

1.5. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah : BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka pemikiran, defenisi komsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang lokasi penelitian, tipe penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis mengadakan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis yang penulis berikan sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Respon

Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Selain itu menurut Daryl Beum, respon diartikan sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi tingkah laku atau adu kuat.

Respon juga diartikan sebagai suatu proses pengorganisasian rangsang dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan proksimal tersebut (Adi, 1994:105).

Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon tidak terlepas pembahasannya dengan sikap. Dengan melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut.

Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan, dan prasangka, prapemahaman yang mendetail, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Dapat diketahui bahwa pengungkapan sikap melalui :


(31)

2. Penilaian

3. Suka atau tidak suka

4. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi 2.1.1. Persepsi

Meurut Morgan, King dan Robinson bahwa persepsi adalah suatu proses diterimanya suatu rangsangan (objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) dengan cara melihat dan mendengar dunia disekitar kita, dengan kata lain presepsi dapat juga didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami manusia (Adi, 2000 : 105).

Dari defenisi-defenisi yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses yang dimulai dari penglihatan dan pendengaran hingga terbentuk tanggapan yang terjadi pada diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya. Pengliatan dan pendengaran seseorang dapat dilihat dengan cara mencermati, memahami dan menilai segala sesuatu yang terjadi di dalam lingkungan sehingga terbentuk tanggapan dari dirinya (Mahmud, 1990 :55).

2.1.2. Sikap

Sikap adalah suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku dan cenderung untuk bertindak dan bereaksi terhadap rangsangan (Hudaniah, 2003 : 95). Sikap dapat dilihat melalui penilaian, penerimaan/penolakan, mengharapkan/menghindari suatu objek tertentu.


(32)

Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :

1. Sikap mempengaruhi prilaku. Dimana suatu sikap yang mengarah pada suatu objek memberikan satu alasan untuk berprilaku mengarah pada objek itu dengan cara tertentu.

2. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan beberapa pengalaman dan rajin dalam latihan.

3. Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap suatu saat dapat berubah meskipun relatif sulit untuk berubah.

4. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi.

5. Sikap tidak hanya terdapat satu jenis saja, melainkan memiliki beberapa jenis sesuai dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya.

6. Dalam sikap terdapat perasaan (Adi, 200:179). 2.1.3. Partisipasi

Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara aktif (dan terorganisasikan) dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap sosialisasi, persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemahaman, pengendalian, evaluasi sehingga pengembangan atau perluasannya. Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam proses pembangunan secara menyeluruh. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku dalam masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan ini akan membawa manfaat dan menciptakan pertumbuhan ekonomi didaerah (Suprapto,2007:8).

Partisipasi ditinjau dari fungsi yang diambil masyarakat (pelaku) untuk suatu kegiatan, fungsi yang dapat diambil oleh masyarakat dalam berpartisipasi antara lain :


(33)

1. Berperan serta dalam menikmati hasil pembangunan. Pembangunan yang sudah selesai dilakukan oleh pihak luar sehingga masyarakat tinggal menerima berupa hasil pembangunan, misalnya tempat wisata di Aek Sijornih Tapanuli Selatan. Partisipasi ini jelas mudah, namun menikmati belum berarti memelihara.

2. Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan, hal ini terjadi karena pihak luar masyarakat sudah mengerjakan persiapan, perencanaan dan menyediakan semua kebutuhan program. Masyarakat tinggal melaksanakan dan setelah itu baru dapat menikmati hasilnya, misalnya dalam membangun jalan, masyarakat ikut serta meratakan jalan dan menata/merapikan batu. Pemagaran rumah, masyarakat tinggal memasang alat-alat/bahan yang sudah disediakan, dll.

3. Berperan serta dalam memelihara hasil program. Funsi ini lebih sulit apalagi kalau masyarakat tidak terlibat dalam pelaksanaan. Sulit bukan saja karena tidak mempunyai keterampilan, tetapi yang lebih penting karena mereka marasa tidak memiliki program tersebut. Misalnya, biasanya masyarakat bersedia memelihara daerah wisata tersebut jika mereka ikut ambil bagian dalam pembangunan.

4. Berperan serta dalam menilai program. Fungsi ini kadang diambil masyarakat karena diminta oleh penyelenggara program dan masyarakat merasa program tidak sesuai dengan aspirasinya (Suprapto,2007:11).


(34)

2.2. Kesejahteraan Sosial

2.2.1. Defenisi Kesejahteraan Sosial

Istilah kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan “kesejahteraan masyarakat atau kesejahteraan umum”. Sedangkan tentang kesejahteraan kamus besar bahasa Indonesia menyebutkan : “Sejahtera artinya aman, sentosa, makmur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan dan kesusahan). Sedangkan kesejahteraan artinya keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup dan kemakmuran (Mahadi, 1993:550).

Oleh Walter A. Friedlander, mengutarakan bahwa konsep dan istilah kesejahteraan sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja dikembangkan sehubungan dengan masalah sosial dari pada masyarakat kita yang industrial. Kemiskinan, kesehatan yang buruk, penderitaan dan disorganisasi sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun masyarakat yang industrial dari abad ke 19 dan 20 ini menghadapi begitu banyak masalah sosial sehingga lembaga-lembaga insani yang sama seperti keluarga, ketetanggaan, gereja, dan masyarakat setempat tidak mampu lagi mengatasinya secara memadai.

Berikut ini beberapa defenisi yang menjelaskan arti kesejahteraan sosial. W.A Fridlander mendefenisikan :

“Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemampuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka


(35)

selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat” (Muhidin,

1984: 1-2).

Defenisi di atas menjelaskan :

1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem atau “organized system” yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.

2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya. 3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara, meningkatkan

“kemampuan individu” baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya.

Dalam Kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan pula :

“Kesejahteraan Sosial merupakan keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah dan sosial tertentu saja. Bonnum Commune atau kesejahteraan sosial adalah kesejahteraan yang menyangkut keseluruhan syarat, sosial yang memungkinkan dan mempermudah manusia dalam memperkembangkan kepribadianya secara sempurna” (Suparlan, 1989: 53).

Sementara itu Skidmore, sebagaimana dikutip oleh Drs. Budie Wibawa, menuturkan : “Kesejahteraan Sosial dalam arti luas meliputi keadaan yang baik untuk kepentingan orang banyak yang mencukupi kebutuhan fisik, mental, emosional, dan ekonominya” (Wibawa, 1982: 13).


(36)

2.2.2. Pengertian Kesejahteraan Sosial

Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat dalam UU No. 11 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut :

“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.”.

Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai upaya, program dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. UU No.11 Tahun 2009 dalam pasal 4, juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah di bidang kesejahteraan sosial, yang meliputi :

1. Menetapkan garis kebijaksanaan di bidang kesejahteraan sosial.

2. Mengembangkan kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial masyarakat. 3. Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan

sosial (Muhidin, 1984: 9-10).

Untuk melaksanakan ketiga tugas pokok tersebut maka pemerintah meyelenggarakan usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial sebagai berikut :

1. Bantuan sosial kepada warga masyarakat yang kehilangan peranan sosial karena berbagai macam bencana (sosial maupun alamiah) atau akibat-akibat lain.

2. Menyelenggarakan sistem jaminan sosial. 3. Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial. 4. Pengembangan dan penyuluhan sosial dan


(37)

5. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan khusus untuk membentuk tenaga-tenaga ahli dan keahlian di bidang kesejahteraan sosial

2.3. Masyarakat

Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain (Hassan Shadily, 1993 : 47). Pengaruh dan pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya disini menjadi unsur yang sine qua non (yang harus ada) dalam masyarakat, bukan hanya menjumlahkan adanya orang – orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain.

2.3.1. Masyarakat dan Jenisnya

Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan yang tenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota – anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudka n menahan nafsu atau kehendak sewenang– wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa berarti tunduk kepada hukum–hukum yang telah ditetapkan (negara dan sebagainya ) dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu.

Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :

a. Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat tawanan dan sebagainya;


(38)

b. Masyarakat merdeka, yang terbagi pula dalam :

1. Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku, golongan, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaanya dalam keadaan terpencil atau tak mudah berhubungan dengan dunia luar ; dan

2. Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan (keagamaan) yaitu antara lain kongsi perekonomian, koperasi gereja dan sebagainya.

2.3.2. Asal Masyarakat

Bermacam–macam penyelidikan dijalankan, untuk mendapat jawaban tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar semua pendapat hanya merupakan kira–kira dan pandangan saja. Antara lain, orang berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua dipulau sunyi umpamanyas selalu ia akan tertarik kepada hidup bersama dalam masyarakat, karena:

a. Hasrat yang berdasar naluri ( kehendak diluar pengawasan akal ) untuk memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa ia mencari istri hingga masyarakat keluarga terbentuk;

b. Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan bersama, yang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung bersama–sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari – hari dengan tenaga bersama;


(39)

c. Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, yaitu mahluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya mencari teman untuk hidup bersama lebih suka dari pada hidup sendiri.

Lain dari pada Aristoteles, maka Bergson ( lahir 1895 ) berpendapat, bahwa manusia ini hidup bersama bukan karena oleh persamaan melainkan oleh karena perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya, demikian oleh karena pendapat ini berdasar kepada pelajaran dialektika, yang mencoba melihat kebenaran dalam kenyataan dengan mengadakan perbedaan dan perbandingan.

2.3.3. Pengembangan Masyarakat

Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri atas pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat,perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumber daya, pemantauan dan pemeliharaan hasil-hasil yang tercapai (Sumodiningrat, 2009:69).

Ada beberapa defenisi mengenai pengembangan masyarakat.

1. Defenisi dari PBB, pengembangan masyarakat adalah suatu proses dimana usaha masyarakat bertemu dengan usaha pemerintah untuk meningkatkan kondisi, baik kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.

2. Arthur Durkheim mengatakan, pengembangan masyarakat adalah suatu proses yang bertujuan untuk meningkatkan keadaan ekonomi dan sosial seluruh masyarakat dengan partisipasi aktif masyarakat.


(40)

3. Henry, mengatakan pengembangan masyarakat adalah suatu proses untuk menciptakan masyarakat yang sadar terhadap pembangunan dan menstimulir aktivitas yang tujuannya untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi terhadap kesejahteraan masyarakat.

Pengembangan masyarakat tergantung pada inisiatif dan kemampuan masyarakat lokal dalam menentukan alternatif pemecahan masalah. Kemampuan ini ditunjang oleh keterlibatan dari anggota masyarakat dalam kegiatan intervensi, sehingga perlu pembinaa kesadaran dan motivasi pada masyarakat lokal untuk mewujudkan kemampuan mereka dalam usaha bersama memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Berdasarkan pada jenis tantangan dan kesulitan yang berbeda dan spesifik pada masyarakat tertentu, menuntut adanya arah kegiatan yang berbeda, oleh sebab itu proses pengembangan masyarakat perlu memperhatikan karakteristik dan perkembangan masyarakat lokal. Pengembangan masyarakat menggambarkan suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa aspek penting. Keberadaan aspek tersebut sebagai persyaratan terlaksananya upaya pengembangan masyarakat. Aspek-aspek tersebut adalah :

1. Masyarakat sebagai unit kegiatan

Masyarakat sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam suatu lokasi yang sama dan mereka terikat kepentingan dan nilai-nilai yang sama. Terdapat berbagai jenis masyarakat yang ditentukan oleh berbagai tingkatannya dari masyarakat lingkungan desa, kota dan negara. Anggota masyarakat memiliki konsen dan kepentingan untuk kemajuan kehidupan yang lebih baik yang


(41)

menuntut keterlibatan dari semua anggota. Pengembangan masyarakat menempatkan masyarakat sebagai unit dari kegiatan mereka.

2. Inisiatif dan kepemimpinan lokal

Di dalam masyarakat terdapat sumber daya manusia yang dapat dikembangkan untuk kepentinagn masyarakat dalam mewujudkan keinginan akan perubahan dalam masyarakat lokal, harus memanfaatkan inisiatif dan kepemimpinan secara internal dari sumber-sumber tersebut.

3. Penggunaan sumber-sumber dari dalam dan luar

Sumber mengacu kepada berbagai kekuatan yang bermanfaat untuk mengadakan perubahan. Orang perlu memahami terlebih dahulu sumber-sumber apa yang tersedia, dimana dan bagaimana cara menggunakannya untuk memberikan manfaat yang optimal. Sumber tersebut bisa berasal dari dalam atau luar masyarakat lokal yang menggunakannya secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan.

4. Partisipasi secara inklusif.

Partisipasi secara inklusif berarti memberikan kesempatan kepada semua kelompok dan segmen dalam masyarakat untuk berperan serta dalam pengembangan masyarakat. Struktur masyarakat harus terbuka yang memungkinkan kelompok-kelompok baru menjadi bagian dari proses yang berlangsung. Diharapkan bahwa semua anggota masyarakat bisa memainkan peranannya dalam pengembangan masyarakat.

5. Pendekatan terorganisir, komprehensif sebagai konsep penyerta dari partisipasi inklusif.


(42)

Pendekatan komprehensif merupakan upaya untuk memusatkan perhatian terhadap situasi masyarakat yang luas tidak membatasi pada isu-isu dan perhatian tertentu yang dihadapi dengan menggunakan sekumpulan sumber-sumber yang luas. Pendekatan komprehensif mencoba untuk memperluas usaha masyarakat dalam pendekatan yang digunakan, kepentingan masyarakat. Pendekatan ini akan menghasilkan partisipasi yang luas dalam arti keterlibatan yang intensif.

6. Proses pengambilan keputusan secara demokratis, rasional, dan diorientasikan pada pencapaian tugas yang khusus.

Demokratis berarti keputusan diambil dengan suara mayoritas dan tiap orang memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menyalurkan pendapat mereka. Tidak ada kewenangan tunggal dan terpusat dalam pengambilan keputusan, namun perlu rasional untuk melihat sejauhmana keputusan tersebut logis dan dapat dilaksanakan. Keputusan diarahkan dalam pelaksanaan tugas yang spesifik.

Pada dasarnya unsur pokok pengembangan masyrakat adalah perencanaan dan integrasi masyarakat. Perencanaan itu merupakan proses untuk menentukan, menemukan dan memperjelas arti dari suatu masalah, meningkatkan hakekat ruang lingkup masalah, mempertimbangkan berbagai upaya yang diperlukan guna penanggulangannya, memilih upaya yang kiranya dapat dilaksanakan serta mengadakan yang sesuai dengan upaya yang telah dipilih.

Integrasi masyarakat, yaitu suatu proses dimana menerapkan sikap-sikap dan praktik-praktik kerjasama menghasilkan berbagai peningkatan dalan mengidentifikasi dengan masyarakat secara keseluruhan, minat dan partisipasi


(43)

dalam urusan masyarakat dan saling menukar nilai-nilai dan sarana-sarana untuk mengutarakan nilai-nilai.

2.3.4. Model-model Pengembangan Masyarakat.

Adapun model-model dalam pengembangan masyarakat sebagai berikut: 1. Pengembangan Masyarakat Total

Pengembangan masyarakat total adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.

2. Perencanaan Sosial

Perencanaan sosial disini menunjuk pada proses pragmatis untuk menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan, kesehatan masyarakat yang buruk, dan lain-lain. Berbeda dengan pengembangan masyarakat lokal, perencanaan sosial lebih berorientasi pada tujuan tugas.

3. Aksi Sosial

Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses pendistribusian kekuasaan, sumber dan pengambilan keputusan. Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang seringkali menjadi korban ketidakadilan stuktur. Mereka miskin karena dimiskinkan, mereka lemah karena dilemahkan, dan tidak percaya karena tidak diberdayakan, oleh kelompok elit masyarakat yang menguasai sumber-sumber


(44)

ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan dan tindakan-tindakan actual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan dan keadilan.

2.3.5. Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemerintah untuk mendorong akselerasi penurunan angka kemiskinan yang berbasis partisipasi yang diharapkan dapat menciptakan proses penguatan sosial yang dapat mengantar masyarakat yang madani, sejahtera, berkeadilan serta berlandaskan iman dan taqwa (Sumodiningrat, 2009 : 60).

Sebagai tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hal yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto, 2005 : 60) .

Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dan pemerataan, tetapi konsep ini berpandangan bahwa dengan pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan.

Upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tiga hal :

1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi manusia berkembang. Titik tolaknya adalah penekanan bahwa setiap manusia dan masyarakat


(45)

memiliki potensi-potensi, kemudian diberikan motivasi dan penyadaran bahwa potensi itu dapat dikembangkan.

2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat dimana perlu langkah-langkah yang lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan serta pembukaan berbagai akses kepada peluang yang akan membuat masyarakat mampu dan memanfaatkan peluang. Pemberdayaan pada jalur ini dapat berupa pemberan berbagai bantuan produktif., pelatihan, pembangunan sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial dan pengembangan kelembagaan di tingkat masyarakat.

3. Pemberdayaan mengandung arti pemihakan pada pihak yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.

2.4. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP)

2.4.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktual dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran lebih di picu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multidisiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek penyadaran, peningkatan kapasitas dan pendayagunaan.


(46)

Mulai tahun 2007, Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM-MP adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan (PNPM-MP, 2007:2). Pendekatan PNPM-MP merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah penyediaan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisien dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat.

Visi PNPM-MP adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Adapun misi PNPM-MP adalah :

1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; 2. Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif;

3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal;

4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat;

5. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan (PNPM-MP,


(47)

Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM-MP, strategi yang dikemukakan PNPM-MP yaitu menjadikan rumah tangga miskin sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM-MP lebih menekankan pentingnya pemeberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM-MP dihrapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui PPK.

2.4.2. Tujuan PNPM-MP

Tujuan umum PNPM-MP adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. Tujuan khususnya meliputi :

1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan;

2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan pendayagunaan sumber daya lokal;

3. Mengembangkan kapasitas pemerintah desa memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif;

4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat;


(48)

6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerja Sama Desa (BKAD);

7. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.

2.4.3 Prinsip Pokok PNPM-MP

Dalam pelaksanaannya, PNPM-MP menekankan prinsip-prinsip pokok SiKOMPAK, yang terdiri dari :

1. Transparansi dan akuntabel, yaitu masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legal maupun administrasi.

2. Desentralisasi, yaitu kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.

3. Keberpihakan pada orang miskin, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok yang kurang beruntung.

4. Otonomi, yaitu masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.

5. Partisipasi, yaitu masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan.


(49)

6. Prioritas, yaitu pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumber daya yang terbatas.

7. Kesetaraan dan keadilan gender, yaitu laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.

8. Kolaborasi, yaitu semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

9. Keberlanjutan, yaitu setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan menjaga kelestarian lingkungan.

2.4.4. Prinsip Lain PNPM-MP

1. Bertumpu pada pembangunan manusia, yaitu setiap kegiatan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia seutuhnya.

2. Demokratis, yaitu pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.


(50)

2.5. Sasaran PNPM-MP 2.5.1. Lokasi Sasaran

Pada tahun 2009, lokasi sasaran PNPM-MP meliputi seluruh kecamatan perdesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Untuk tahun 2008, ketentuan pemilihan lokasi sasaran berdasarkan ketentuan :

a. Kecamatan-kecamatan yang tidak termasuk kategori “kecamatan yang bermasalah dalam PPK”

b. Kecamatan-kecamatan yang diusulkan oleh pemerintah daerah dalam skema kontribusi pendanaan.

2.5.2. Kelompok Sasaran

a. Rumah Tangga Miskin (RTM) di perdesaan b. Kelembagaan masyarakat di perdesaan c. Kelembagaan pemerintah local.

2.5.3. Pelaksanaan PNPM-MP

Pelaksanaan PNPM-MP berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Negara Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari sejumlah bantuan dan pinjaman dari Bank Dunia.

Pelaksanaan kegiatan PNPM-MP tersebut merupakan tahap dari seluruh rencana yang telah disepakati dalam pertemuan Musyawarah Antar Desa (MAD) dimana dalam pertemuan tersebut dilakukan untuk menetapkan usulan dan hal yang berhubungan dengan kebutuhan masyarakat serta rapat-rapat persiapan


(51)

pelaksanaan. Dalam pelaksanaan kegiatan ini perlu diperhatikan hal-hal penting sebagai berikut, yaitu :

1. Masyarakat merupakan pemilik kegiatan, sehingga keputusan pelaksanaan dan tanggung jawab ada pada masyarakat.

2. Masyarakat desa mendapatkan prioritas untuk turut bekerja dalam pelaksanaan kegiatan, terutama bagi RTM.

3. Apabila ada bagian pekerjaan yang belum mampu dikerjakan oleh masyarakat sendiri, masyarakat dapat mendatangkan tenaga trampil atau ahli dari luar sepanjang disepakati dalam musyawarah daerah dan kebutuhan tersebut di atas harus diperhitungkan dalam rancangan anggaran belanja kegiatan.

4. Penggunaan dana sesuai dengan rencana dan kegiatan agar mencapai hasil yang memuaskan serta selesai tepat waktu.

2.5.4. Pemberdayaan Masyarakat dan Proses Pembangunan

Melalui PNPM-MP, masyarakat tidak dijadikan objek melainkan subjek dari proses perubahan. Masyarakat harus menjadi pelaku utama dalam pembanguan, ini merupakan prinsip pembangunan yang berpusat pada rakyat. Perlunya restrukturisasi dalam system pembangunan social pada tingkat mikro (masyarakat lokal, kelembagaan) dan mikro (kebijakan) untuk mendukung prinsip pembangunan yang berpihak pada rakyat. Hal ini berimlikasi pada perlunya restrukturisasi system pembangunan social pada tingkat mikro, meso dan makro agar masyarakat lokal (tingkat mikro) dapat mengembangkan potensinya tanpa mengalami hambatan yang bersumber dari faktor-faktor eksternal pada struktur mikro dan makro. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan


(52)

masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat agar mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan.

Dalam program pemberdayaan masyarakat harus diperhatikan bahwa masyarakat setempat yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang tinggi sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya, adanya perasaan saling memerlukan di antara mereka, perasa, demikian yang pada dasarnya merupakan perasaan komuniti.

Dalam program pemberdayaan masyarakat penting juga diperhatikan modal sosial yang dimiliki masyarakat setempat. Karena modal sosial merupakan sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan dan di dalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan dipatuhi. Situasi ini akan menjadi kunci bagi keberhasilan program pemberdayaan yang terdapat dalam suatu daerah.

2.6. Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP) 2.6.1. Pengertian SPP

SPP merupakan salah satu bentuk kegiatan dari PNPM-MP yaitu pemberian permodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam.

2.6.2. Tujuan dan Ketentuan a. Tujuan Umum

Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar dan memperkuat


(53)

kelembagaan kegiatan kaum perempuan dan mendorong penanggulangan rumah tangga miskin.

b. Tujuan Khusus

1) Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar.

2) Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga pendanaan peluang usaha.

3) Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan.

c. Ketentuan Dasar

1) Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat mendapatkan pelayanan pendanaan kebutuhan tanpa syarat agunan.

2) Terlembagaan, artinya dana kegiatan SPP disalurkan melalui kelompok yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur yang sudah baku dalam pengelolaan simpanan dan pengelolaan pinjaman.

3) Keberdayaan, artinya proses pengelolaan didasari oleh keputusan yang professional oleh kaum perempuan dengan mempertimbangkan pelestarian dan pengembangan dana bergulir guna meningkatkan kesejahteraan.

4) Pengembangan, artinya setiap keputusan pendanaan harus berorientasi pada peningkatan pendapatan sehingga meningkatkan pertumbuhan aktivitas ekonomi masyarakat pedesaan.

5) Akuntabilitas, artinyadalam melakukan pengelolaan dana bergulir harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.


(54)

2.6.3. Sasaran, Bentuk Kegiatan dan Ketentuan Kelompok SPP a. Sasaran Program

Sasaran program adalah rumah tangga miskin yang produktif yang memerlukan pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan dasar melalui kelompok simpan pinjam perempuan yang sudah ada di masyarakat.

b. Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan SPP adalah memberikan dana pinjaman sebagai tambahan modal kerja bagi kaum perempuan yang mempunyai pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dan pinjaman.

c. Ketentuan kelompok SPP

Adapun ketentuan kelompok SPP adalah :

1) Kelompok perempuan yang mempunyai ikatan pemersatu dan saling mengenal minimal satu tahun.

2) Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana simpanan dan pinjaman yang telah disepakati.

3) Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana pinjaman yang diberikan kepada anggota.

4) Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung dengan baik.

5) Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara sederhana

(PNPM-MP, 2007 : 16-17).

2.6.4. Pelestarian dan Pengembangan Kegiatan a. Pelestarian Kegiatan


(55)

1) Adanya dana kegiatan SPP yang produktif dan bertambah jumlahnya untuk penyediaan kebutuhan pendanaan masyarakat miskin.

2) Adanya pelestarian prinsip PNPM-MP terutama keberpihakan kepada orang miskin dan transparansi.

3) Penguatan kelembagaan baik dalam aspek permodalan ataupun kelembagaan kelompok.

4) Pengembangan usaha terutama layanan kepada masyarakat dan permodalan.

b. Pengembangan Kelompok

Pengembangan kelompok SPP diarahkan sebaga lembaga pengelola simpanan dan pinjaman yang professional, akuntabilitas sehingga mampu menarik minat kerjasama lembaga lain sebagai lembaga penyalur dan pengelola pinjaman. Pengembangan kelembagaan kelompok SPP, secara badan hokum dapat menjadi Koperasi Simpan Pinjam (PNPM-MP, 2007 : 21).

2.7. Kerangka Pemikiran

Melalui PNPM-MP, pemerintah membuat salah satu kegiatan dari beberapa kegiatan yang ada dalam PNPM-MP yakni kegiatan SPP yang tujuan umum adalah untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan dan mendorong penanggulangan RTM. Sedangkan tujuan khusus kegiatan ini adalah mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar, memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga


(56)

melalui pendanaan peluang usaha, dan mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan.

Agar PNPM-MP berjalan lancar maka dibutuhkan partisipasi dari seluruh mayarakat, khususnya masyarakat miskin dan kelompok perempuan dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan. Baik itu kegiatan untuk memperbaiki sarana dan prasarana, pemberian modal kepada usaha kecil dan kegiatan SPP.

Hal ini dapat dilihat dari respon baik dari masyarakat yang merupakan wujud dari persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat. Masyarakat dapat memahami dan menilai positif, menerima dan juga mengharapkan suatu kegiatan yang telah dilaksanakan. Masyarakat juga hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan saling berinteraksi menurut sistem adat istiadat, hukum, agama maupun sosial budaya yang bersifat kontiniu dan juga terikat oleh suatu rasa identitas bersama.


(57)

Gambar 1.1

BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN

PNPM-MP

1. Perbaikan Sarana Dan Prasarana

2. Pemberian Modal Kepada Usaha Kecil

3. Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan

Masyarakat


(58)

2.8. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.8.1. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak, kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah penertian yang dapat mengaburkan penelitian.

Untuk memfokuskan penelitian ini maka peneliti memberikan batasan konsep sebagai berikut :

1. Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.

2. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain.

3. Pemberdayaan masyarakat yakni upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan yang dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

4. PNPM-MP adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan pemerintah sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program pananggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan nasyarakat. Program ini dilakukan untuk lebih mendorong upaya peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di perdesaan.


(59)

2.8.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasinya dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi, 2009:120).

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka dapat diukur melalui indikator-indikator atas dasar respon masyarakat terhadap PNPM-MP di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir, meliputi :

1. Sikap penerima program terhadap PNPM-MP meliputi penilaian, penolakan atau penerimaan serta suka atau tidak suka terhadap program;

2. Persepsi penerima program terhadap PNPM-MP meliputi pengetahuan tentang apa, bagaimana dan tujuan program; dan

3. Partisipasi penerima program mengenai keterlibatan dan keaktifan dalam pelaksanaan program.

Operasional mengenai PNPM-MP yang akan diukur berhubungan dengan respon masyarakat terhadap program, tingkat kepuasan terhadap PNPM-MP, pengetahuan masyarakat mengenai PNPM-MP, serta tingkat keterlibatan masyarakat terhadap program itu sendiri.


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan / melukiskan objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain – lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi,

1998:73).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu membuat gambaran secara menyeluruh tentang bagaimana respon masyarakat terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini dikarenakan salah satu kecamatan di Kabupaten Samosir yang terdapat program PNPM-MP. Peneliti ingin mengetahui sejauh mana PNPM-MP merealisasikan programnya di desa-desa terpencil di Sumatera Utara, khususnya di daerah Samosir.


(61)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda – benda, hewan, tumbuh – tumbuhan, gejala – gejala, nilai atau peristiwa berbagai sumber data yang memiliki karakter tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1998 : 141).

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kecamatan Onan Runggu yang terdiri 12 desa yang berjumlah 12.020 jiwa dan terdiri dari 3103 rumah tangga sebagai unit analisisnya.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah wakil dari populasi yang dianggap representative atau memenuhi syarat untuk menggambarkan keseluruhan dari populasi yang diwakilinya (Arikunto, 1998 : 120). Karena jumlah populasi melebihi dari 1000 orang, maka dalam penelitian ini pengambilan sampel memakai teknik pemakaian sampel Taro Yamane yang menggunakan rumus sebagai berikut :

n = N N . d2 + 1 Keterangan :

n : jumlah sampel N : jumlah populasi

d : presisi ( tingkat penarikan sampel ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95% )

Menurut rumus Taro Yamane diatas, maka : n = 3103


(62)

n = 3103

3103 . 0,01 + 1 n = 3103

31,03 + 1 n = 3103 32,03 n = 96,87 n = 97

Dari tehnik pengambilan sampel diatas, maka dapat ditentukan responden sebanyak 97 rumah tangga.

Dari 12 desa di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir, kegiatan PNPM-MP dilaksanakan di 7 desa. Untuk mempermudah penelitian, maka peneliti mengambil tehnik pengambilan sampel cluster purpose sampling, dengan rincian sebagai berikut :

1. Desa Pakpahan : 262 rumah tangga 2. Desa Tambun Sungkean : 236 rumah tangga 3. Desa Pardomuan : 322 rumah tangga Jumlah : 820 rumah tangga

Dari jumlah rumah tangga diatas maka penarikan sample dilakukan sebagai berikut :

1. Desa Pakpahan : 262 x 97 = 31 rumah tangga 820

2. Desa Tambun Sungkean : 262 x 97 = 28 rumah tangga 820

3. Desa Pardomuan : 322 x 97 = 38 rumah tangga 820


(63)

28 rumah tangga, Desa Pardomuan 38 rumah tangga, yang dibagi dari 820 rumah tangga.

3.4. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, dalam penelitian ini digunakan beberapa tehnik sebagai berikut :

a. Studi kepustakaan

Tehnik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah, surat kabar, dan majalah yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

b. Studi lapangan

Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu :

1. Kuesioner, yaitu tehnik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebar angket kepada masyarakat peserta jamkesmas yang menjadi responden.

2. Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

c. Data sekunder


(64)

3.5. Tehnik Analisa Data

Untuk merumuskan kesimpulan hasil penelitian, khususnya mengidentifikasi respon, penulis menggunakan skala likert, sehingga dapat diketahui hasil respon positif.


(65)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1.Sejarah Kecamatan Onan Runggu

Kecamatan Onan Runggu dulu merupakan bagian dari Kabupaten Toba Samosir. Setelah terjadi pemekaran kabupaten di seluruh Indonesia maka Kecamatan Onan Runggu menjadi bagian dari kabupaten baru, yaitu Kabupaten Samosir. Kecamatan Onan Runggu merupakan kecamatan dengan tipologi Pemukiman Perdesaan yang masyarakatnya sangat dinamis dengan berbagai aktifitas yang beragam. Namun demikian, tingkat kepedulian sosial dan lingkungan masih sangat baik dalam mendukung program Pemerintah Kabupaten Samosir.

Kecamatan Onan Runggu mendapat perhatian baik oleh pemerintah kabupaten. Hal ini terlihat dari cukup banyaknya program yang dilaksanakan di Kecamatan Onan Runggu ini, seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.

4.2.Letak dan Batas Wilayah

Adapun Batas dari Kecamatan Simanindo adalah:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Simanindo 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Danau Toba


(66)

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Danau Toba

Kecamatan Onan Runggu adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir yang mempunyai orbitasi sebagai berikut:

Jarak ke ibu kota kabupaten : 43 km Lama tempuh ke ibu kota kabupaten : ± 2 jam

Lama jarak tempuh diukur dengan alat transportasi sepeda motor yang digunakan oleh peneliti.

4.3. Keadaan Geografis

Kecamatan Onan Runggu yang terletak di 2026’ – 2033’ Lintang Utara dan 98054’ – 99001’ Bujur Timur ini memiliki luas daerah 60,89 km2 yang terletak di pulau samosir. Kecamatan Onan Runggu memiliki luas yang paling kecil dari kecamatan-kecamatan lain yang ada di Kabupaten Samosir. Hal ini juga dapat dilihat dari peta pulau samosir atau Kabupaten Samosir.

4.4. Keadaan Demografis

4.4.1. Luas dan Wilayah Penggunaan Lahan

Luas keseluruhan dari Kecamatan Onan Runggu adalah seluas 60,89 km2 dengan penggunaan wilayah seperti terlihat pada tabel berikut:


(67)

Tabel 4.1

Penggunaan Lahan Kecamatan Onan Runggu

No Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1

2

3

4

Luas pemukiman

Luas bangunan pekarangan

Luas persawahan

Luas tanah kering

256

118

709

1064

Jumlah 2137

Sumber : Profil Kecamatan Onan Runggu 2009

Data Tabel 4.1 menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah lahan untuk tanah kering. Hal ini berarti bahwa Kecamatan Onan runggu memiliki sarana dan prasarana yang baik untuk warganya. Kemudian dapat dilihat luas persawahan lebih besar dari luas pemukiman, ini menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Onan Runggu adalah petani.


(1)

Tabel 5.37

Partisipasi Responden Program PNPM-MP

No Kategori Jumlah (Orang) Persentase

1

2

3

Positif

Netral

Negatif

30

2

65

30,92

2,06

67,01

Jumlah 97 100,00

Sumber: Hasil Kuesioner 2010

Tabel 5.41 menunjukkan bahwa terdapat 30 orang (30,92%) responden memiliki partisipasi yang positif terhadap program PNPM-MP di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir. Responden dalam kategori ini ikut serta secara aktif dalam kegiatan- kegiatan dalam sosialisasi, pelaksanaan, pemenuhan aturan yang berlaku dan keikutsertaan dalam program PNPM-MP. Responden yang berpartisipasi dengan netral sebanyak 2 orang (2,06%), hal ini menunjukkan bahwa tidak lebih dari sekali responden ikut berpartisipasi dalam program PNPM-MP. Terdapat juga 65 orang (67,01%) responden yang berpartisipasi negatif dalam program PNPM-MP. Mereka tahu manfaat, tujuan serta apa-apa saja program PNPM-MP, tetapi mereka tidak pernah sekali pun ikut berpartisipasi dalam program. Hal ini karena rendahnya tingkat perekonimian responden yang mengharuskan mereka harus bekerja setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidup


(2)

mereka. Sehingga kurang waktu atau kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan, memberikan penilaian terhadap PNPM-MP.

Berdasarkan data diatas, dapat dianalisis apakah partisipasi responden termasuk respon positif atau respon negatif, dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 pada respon netral, dan nilai -1 pada respon negatif, lalu dibagi dengan jumlah responden keseluruhan. Hasil akhir dapat dilihat apakah partisipasi positif atau negatif dengan adanya batasan nilai pada skala Likert.

Partisipsi positif : 30 × 1 = 30

Partisipasi netral : 2 × 0 = 2

Partisipasi negatif :

= -33/97 65 ×-1 = -65 +

= -0,34 (Partisipasi negatif karena berada di


(3)

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Dari hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa Respon Masyarakat Kecamatan Onan Runggu terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaaan dapat dilihat dari tiga variabel yaitu :

a. Persepsi

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa responden memiliki persepsi yang positif terhadap PNPM dengan nilai 0,98. Pengukuran persepsi dilihat dari pengetahuan dan pemahaman responden terhadap PNPM-MP.

b. Sikap

Sikap masyarakat Kecamatan Onan Runggu terhadap PNPM adalah positif dengan nilai 1. Pengukuran sikap ini dilihat dari tanggapan responden yang sangat antusias diadakannya program didaerah tersebut.

c. Partisipasi

Hasil analisa data menunjukan responden memiliki partisipasi yang positif dengan nilai -0,34. Pengukuran ini dilihat dari keterlibatan responden terhadap pelaksanaan aturan yang ada dalam PNPM-MP.

Berdasarkan hasil dari ketiga variabel diatas dapat dilihat nilai rata- rata – rata respon masyarakat adalah positif dengan nilai 0,56 (berada diantara 0,33 sampai dengan 1). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ”Respon


(4)

Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu” adalah positif.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, maka penulis memberikan saran- saran sebagai berikut :

1. Kepada pemerintah aparatur desa dan Kecamatan Onan Runggu agar tetap melaksanakan dan mendukung, karena program ini bertujuan untuk mendukung program pemerintah dalam pemgembangan masyarakat yang lebih baik. Respon masyarakat terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah positif namun kedepannya diharapkan dapat memperbaiki kekurangan dalam hal sosialisasi, pelaksanaan, perencanaan, kualitas dan kuantitas program.

2. Kepada Penerima Program PNPM-MP dan masyarakat yang merasakan danpak PNPM-MP secara langsung diharapkan tidak tergantung pada program ini saja, tetapi dapat menggunakan program ini sebagai kesempatan yang membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari- hari dan juga dalam meningkatkan kehidupan mereka. Diharapkan juga masyarakat dapat lebih berpartisipasi dalam kegiatan- kegiatan program tersebut, apalagi yang menyangkut kepentingan masyarakat itu sendiri agar mendapat hasil yang lebih maksimal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 1994. Psikologi Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta : Pineka Cipta.

Mahadi, Prof. 1993. Sosiologi. FH. USU, Medan

Muhidin, Syarif, Drs. 1984. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung.

Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama.

Sarwono, Sarlito. 1991. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta : PT. Bulan Bintang

Shadily, Hasan. 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta : Pembangunan

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama.

Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik : Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung : Alfabeta.

Sumodiningrat, Gunawan. 2009. Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa (Menanggulangi Kemiskinan Dengan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat). Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.


(6)

Suparlan, Y. B. 1989. Kamus istilah kesejahteraan Sosial. Pustaka Pengarang, Yokyakarta.

Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Wibawa, Budie, Drs. 1982. Sosiologi Pembangunan. Jakarta : Bina Cipta.

Sumber-sumber lain :

BPS, 2009

BPS Sumut, 2007

PTO PNPM-MP, 2007

diakses pada hari Kamis, tanggal 26 September 2010, jam 16:03

http//www.pnpm-mandiri.or.id, diakses pada hari Kamis, 26 September 2010 pukul 17.16

http//www.setneg.go.id, diakses pada hari Jumat, 27 September 2010 pukul 20.32

Jumat, 27 September 2010 pukul 20.55


Dokumen yang terkait

PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PEMBANGUNAN MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI KECAMATAN LAGUBOTI TOBA SAMOSIR

0 65 7

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Kampung Bilah Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu

0 57 124

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

4 59 100

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Study Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)

4 63 111

Analisis Pengaruh Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Stabat

3 40 135

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir

4 65 98

Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Pengembangan Sosio-Ekonomi Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

0 50 160

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (Studi Pada Simpan Pinjam Perempuan/SPP di Desa Napagaluh, Kec. Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil)

4 34 146

Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Pengembangan Kecamatan Di Kabupaten Aceh Utara...

0 33 3