sekolah negeri di Kabanjahe dan merupakan pelatih tari Lima Serangkai. Penulis tidak terfokus pada satu informan saja tetapi juga mencari informan lain yang
terlibat dalam pertunjukan tersebut para penari, pelatih dan pemusik. Hasil wawancara dengan informan, penulis mengabadikan dalam pita
kaset MAXXEL 60 IEC TYPE I yang berdurasi 60 menit dan juga menggunakan tape Recorder Sony TCM-150. Selain itu penulis juga mengabadikan hasil
wawancara dalam pita kaset Mini DV MAXXEL dan Mini DV SONY yang berdurasi 60 menit dengan menggunakan Handycam JVC GR-D820E.
1.5.2 Studi Kepustakaan
Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, penulis juga mencari keterangan dan data-data dari berbagai sumber termasuk buku-buku, majalah,
koran dan sebagainya. Melalui segala keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki, data-data dan keterangan sengaja penulis cari sebanyak-banyaknya. Hal ini
penulis maksudkan untuk menjaring data dan keterangan yang dapat dipakai untuk melengkapi materi penulisan ini.
Mengingat buku-buku dan majalah yang berkenaan dengan tari Lima Serangkai tidak penulis temukan, maka akhirnya proses dan analisis data hanya
mengandalkan sumber-sumber yang ada. Studi kepustakaan hanya digunakan untuk mendukung proses dan analisa dari data-data yang telah ada. Diantaranya ,
yaitu buku Pilar Budaya Karo oleh Sempa Sitepu,dkk yang membahas tentang
adat istiadat Karo, skripsi mahasiswa Etnomusikologi seperti Arapenta Barus
tentang pemusik tradisional Karo, skripsi Flora Hutagalung yang membahas tentang tari Piring masyarakat Minangkabau, Indra Juli H. Hutapea tentang tari
Manulangat masyarakat Papak Suak Pegagan, jurnal penelitian, dan lain-lain. Berkaitan dengan materi penelitian ini penulis lebih mengarah kepada studi
kepustakaan mengenai seni pertunjukan dalam seni tari beserta elemen-elemen pokoknya.
1.5.3 Kerja Laboratorium
Semua data yang telah diperoleh dari penelitian lapangan dan studi kepustakaan akan dianalisis untuk selanjutnya diadakan penyeleksian agar selesai
dengan pembahasan sehingga menghasilkan suatu tulisan yang baik dalam melakukan penelitian. Ketika penulis terbentur pada masalah kekurang jelasan
data-data, maka untuk mengatasi hal tersebut penulis mengulang-ulang hasil rekaman yang telah dilakukan, kemudian dicatat dan diklasifikasikan.
Data-data yang penulis dapatkan kemudian disusun dan diatur kembali untuk mendapatkan hasil yang diperlukan. Pengumpulan data dilakukan secara
bertahap dengan melakukan beberapa kali pengamatan dan wawancara. Untuk mentranskrip musik, penulis melakukan perekaman dan kemudian hasil rekaman
didengarkan secara berulang-ulang, sehingga menghasilkan data yang akurat. Hasil rekaman diolah kembali dalam program Sibelius, untuk menuliskan bunyi
musik kedalam bentuk not balok secara rapi.
Hasil-hasil dari pengolahan dan analisis tersebut disusun secara sistematis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, sehingga hasilnya dapat dilihat
dalam satu bentuk laporan ilmiah atau skripsi.
BAB II LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA
2.1 Letak Geografis
Masyarakat Karo berada di daratan tinggi Tanah Karo yang sekarang menjadi wilayah administratif Kabupaten Karo. Secara geografis letak Kabupaten
Karo berada diantara 2°50’-3°19’ Lintang Utara dan 97°55’-98°38’ Bujur Timur dengan luas 2.127,25 Km². Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian
120-1400 M di atas permukaan laut. Kabupaten Karo memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli
Serdang •
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir •
Sebelah Timur dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun
• Sebelah Barat dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam
Kabanjahe merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Karo. Luas wilayah Kecamatan Kabanjahe adalah 44,65 km
2
, sebagian besar dari wilayah kecamatan ini digunakan sebagai tempat pemukiman penduduk, lahan
pertanian dan perkebunan. Kabanjahe memiliki batas-batas wilayah, yaitu: