Kelompok masyarakat secara umum memiliki kebiasaan, adat istiadat, tingkah laku, budaya, serta tradisinya sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh
Koentjaraningrat 1986:160 bahwa masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat tertentu yang bersifat kontiniu dan
terikat oleh rasa identitas bersama. Tari Lima Serangkai merupakan komposisi tari pada masyarakat Karo yang
dijadikan menjadi satu tarian yang menggambarkan rasa ekspresif dari pada masyarakat Karo untuk mengatakan keindahan.
1.4.2 Teori
Landasan teori yang dimaksud adalah sebagai pedoman berpikir dalam melaksanakan penelitian atau sebagai landasan dalam melaksanakan penelitian
yang merumuskan suatu uraian teoritis dari suatu masalah yang akan dipecahkan. Untuk pembahasan tari Lima Serangkai, penulis mempergunakan teori-teori yang
relevan serta mendukung tulisan sebagai acuan untuk menjawab permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini.
Menurut Murgiyanto 1996:156 kata seni pertunjukan secara umum memiliki arti tontonan yang bernilai seni, seperti drama, tari, musik yang disajikan
secara khusus di depan penonton. Dalam mendeskripsikan tari Lima Serangkai penulis juga menggunakan teori Milton Siger MSPI, 1996:164-165
7
yang menjelaskan bahwa pertunjukan selalu memiliki: 1 Waktu pertunjukan yang
7
Skripsi Sarjana Analisis Pertunjukan Tari Piring Pada Upacara Perkawinan Adat Masyarakat Minangkabau Di Kota Medan, oleh Flora Hutagalung 2009:11.
terbatas, 2 Awal dan akhir, 3 Acara kegiatan yang terorganisir, 4 Sekelompok pemain, 5 Sekelompok penonton, 6 Tempat pertunjukan dan, 7
Kesempatan untuk mempertunjukkannya. Bentuk adalah wujud dan susunan yang ditampilkan dan pengertian
penyajian yang kata dasarnya saji yaitu mempersembahkan, sedangkan penyajian mengandung arti yaitu proses, cara dan perbuatan menyajikan Kamus Besar
Bahasa Indonesia 2005:135,979. Dari pengertian diatas yang dimaksud dengan bentuk penyajian dalam penelitian ini adalah susunan cara menyajikan tari Lima
Serangkai pada masyarakat Karo. Bentuk penyajian tersebut dapat mengarah kepada elemen-elemen tari yaitu:
1. Tema
2. Gerak
3. Iringan Musik
4. Tata Rias
5. Tata Busana
6. Tempat Pentas
Fungsi adalah kegunaan atau tujuan. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia W. J. S. Poerwadarminta 1972:22, fungsi adalah pekerjaan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan. Menurut Soedarsono 1972:22, tari dapat berfungsi sebagai:
a. Sarana upacara keagamaan yang masih kuat dengan unsur
kepercayaan kuno.
b. Sarana untuk mengungkapkan perasaan emosional kegembiraan dan
pergaulan. c.
Sarana pertunjukan untuk memberikan hiburan atau kepuasan batin manusia.
Sejalan dengan pendapat Soedarsono bahwa tari Lima Serangkai termasuk dalam fungsi mengungkapkan kegembiraan, pergaulan, dan hiburan.
Bagi masyarakat Karo gerakan tari landek selalu berhubungan dengan perlambangan tertentu, yang menggambarkan sifat manusia hubungan dengan
individu maupun hubungan dengan kehidupan sosialnya. Gerak tari juga memiliki unsur-unsur pembentuk yang membuat tari Lima Serangkai menjadi indah dan
memiliki nilai-nilai estetis. Unsur pembentuk tari Lima Serangkai adalah: 1. Gerak endek gerak naik turun
2. Gerak jole gerak goyang badan 3. Gerak lampir tan gerak kelentikan jari
Untuk menggambarkan makna yang terkandung pada pertunjukan tari Lima Serangkai, penulis menggunakan pendekatan yang dikatakan Soedarsono
1972:81-98 yang mengatakan bahwa tari adalah seni yang memiliki substansi dasar yaitu gerak yang telah diberi bentuk ekspresif dimana gerakan itu memiliki
hal-hal yang indah dan menggetarkan persaan manusia, yang didalamnya mengandung maksud-maksud tertentu dan juga mengandung maksud-maksud
simbolis yang sukar untuk dimengerti. Dalam meneliti gerak tari tersebut terdapat teori Notasi Laban yang
membahas secara detail bentuk dan polanya, akan tetapi mengingat penulis tidak
memfokuskan secara detail pada gerak tari dan penulis tidak bergerak dibidang tari, maka dalam tulisan ini penulis akan menggunakan lambang-lambang umum
dan sederhana yang dapat mewakilkan pola gerak tari Lima Serangkai. Untuk membahas aspek musik, penulis menggunakan teori Bruno Nettl
1964:131 mengatakan bahwa untuk mendapatkan seluruh benda musikal harus dilakukan analisis: perbendaharaan nada, modus, ritem, nada dasar, bentuk, dan
tempo. Sesuai dengan landasan teori yang diuraikan di atas, penelitian dan
pengkajian Studi Deskriptif Tari Lima Serangkai Pada Masyarakat Karo merupakan ulasan menyeluruh dari berbagai aspek disiplin ilmu seni. Tari Lima
Serangkai memiliki makna sebagai ungkapan tertentu yang mewakili zamannya. Tari Lima Serangkai merupakan suatu pola budaya yang tumbuh dan dapat dikaji
dari dua kategori yakni sebagai produk dan proses. Sebagai produk budaya, dapat dikaji dari bentuk penyajian dan nilai estetisnya. Sedangkan sebagai proses
budaya yakni, tari Lima Serangkai bisa dipahami bahwa keberadaannya merupakan proses perilaku manusia beserta lingkup budaya yang mengiringinya.
1.5 Metode Penelitian