pekerjaan yang dilakukan. Masing-masing posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh.
Beberapa posisi yang penting untuk penerapan ergonomi di tempat kerja adalah sebagai berikut:
1. Posisi berdiri Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi
siku, tinggi pinggul dan panjang lengan. 2. Posisi duduk
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut, garis punggung, jarak
lekuk lutut dan telapak kaki. Produktivitas kerja sangat dipengaruhi oleh performansi tenaga kerjanya.
Performansi tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu di antaranya adalah postur dan sikapgerakan kerja. Postur kerja yang tidak ergonomis akan
membuat operator merasa tidak nyaman dan menimbulkan terjadinya kelelahan. Postur posisi tubuh yang baik adalah dasar dari tempat kerja yang ergonomis.
Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan mengangkat dan mengangkut sudah menjadi suatu kegiatan yang tak terpisahkan pada diri manusia. Dalam dunia
kerja, kegiatan angkat dan angkut merupakan suatu hal pokok atau bisa disebut esensial, karena hampir di setiap pekerjaan dijumpai kegiatan angkat angkut.
Kegiatan angkat angkut biasanya dijumpai di perkebunan, pertambangan, perindustrian, pelabuhan, di pasar, bahkan di kantor pemerintahan maupun swasta.
Kegiatan mengangkat dan mengangkut dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :
1. Beban yang diperkenankan, jarak angkut dan intensitas pembebanan. 2. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turun.
3. Ketrampilan bekerja. 4. Peralatan kerja.
5. Ukuran beban yang akan diangkut. 6. Metode mengangkut yang benar.
Pekerjaan mengangkat dan mengangkut jika dilakukan dengan salah dapat menyebabkan resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
semakin tinggi. Bagian tubuh yang paling paling beresiko terkena dampak dari cara mengangkat dan mengangkut yang benar yaitu tulang belakang. Hal ini tentu
sangat berbahaya karena pada tulang belakang terdapat susunan syaraf yang menghubungkan syaraf sensorik dan motorik dengan pengatur syaraf pusat atau
otak. Disamping itu juga terdapat resiko lain yang dapat terjadi jika proses mengangkat dan mengangkut dilakukan dengan salah. Adapun contoh kerusakan
tulang belakang akibat teknik mengangkat dan mengangkut beban yang terlalu berat antara lain :
1. Over Exertion Lifting and Carrying yaitu kerusakan jaringan, tubuh yang diakibatkan oleh beban angkut yang berlebihan.
2. HNP Hernia Nucleus Pulposus yaitu robeknya bagian dalam dari lempeng menonjol keluar serta mungkin menekan saraf-saraf disekitarnya akibat beban
angkut berlebih dan pembebanan tiba-tiba. 3. Back Injury yaitu timbulnya nyeri pada punggung, biasanya sikap kerja atau
mengangkat yang tidak benar dipengaruhi oleh arah beban yang diangkat.
Faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya nyeri dan pegal-pegal akibat kerja dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu faktor fisikbiomekanika dan
faktor kimiabiokimiawi. Dari kedua faktor ini, yang lebih sering berperan ialah faktor fisik. Nyeri dan pegal-pegal akibat faktor fisik dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Stress fisik akibat tempat kerja atau peralatan yang buruk.
Kontraksi ketegangan otot yang berlangsung lama serta pemakaian yang berulang-ulang sering mencetuskan kelelahan otot yang berkaitan dengan
menurunnya kekuatan, koordinasi dan kemampuan mempertahankan aktivitas. Perbaikan perancangan dan tempat kerja diperlukan untuk menghindarkan
gerakan pinggang yang berlebihan, menghindarkan posisi yang statis baik posisi tubuh maupun posisi lengan dalam memegang sesuatu. Ini telah terbukti pada
situasi kerja dimana lengan dipertahankan pada posisi yang jauh dari tubuh tanpa penopang. Keadaan ini misalnya ditemukan pada pekerja pabrik perakitan mobil,
montir dan tukang listrik yang sering mengerjakan sesuatu lebih tinggi daripada kepala mereka sambil memegang peralatan yang berat.
2. Kelelahan dan nyeri akibat tempat duduk yang kurang baik.
Dapat timbul keluhan berupa nyeri pada otot gluteus pantat, nyeri pinggang dan nyeri punggung. Sehingga perlu perbaikan perancangan kursi yang
ergonomis atau sesuai dengan bentuk tubuh manusia.
3. Benturan yang terakumulasi Cumulative trauma disorders.
Pada cumulative trauma disorders CTD terdapat faktor resiko seperti aktivitas yang berulang-ulang, misalnya mengetik, mengangkat beban yang berat
dengan posisi sendi yang tidak wajar, tekanan langsung pada jari misalnya tukang pijat, pekerjaan yang mempertahankan posisi tubuh terpaksa misalnya
mengelas. Pekerjaan diatas menimbulkan akibat cedera saraf perifer akibat sikap tubuh yang abnormal pada berbagai situasi dan lingkungan kerja. Mungkin terjadi
pembesaran otot atau otot justru mengecil, bergantung kepada ada tidaknya beban.
3.3. Musculosceletal
3
Tubuh manusia dilengkapi dengan sistem yang bekerja sama dan terkoordinasi dengan baik. Apabila salah satu sistem tidak bekerja maka hal
tersebut akan mengancam kesehatan dan keamanan seseorang. Misalnya orang akan menarik tangannya jika menyentuh sesuatu benda yang terasa panas, dan
sebagainya. Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal ini dalam kaitannya dengan postur kerja antara lain adalah soal sistem musculosceletal dan keluhan
musculosceletal.
3.3.1. Sistem Musculosceletal
Kesatuan musculosceletal sistem tulang dan otot merupakan hal yang sangat esensial dalam pembentukan postur dan pergerakan yang normal. Masalah
muskuloskeletal yang mengganggu keamanan dapat diakibatkan oleh keadaan seperti fraktur, osteoporosis, atropi otot, artritis atau strains dan sprains.
3 Tarwaka, dkk. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press. 2004
3.3.2. Keluhan Musculosceletal
Keluhan musculosceletal adalah keluhan pada bagian otot-otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan ringan sampai keluhan yang berat. Jika otot
menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan sendi, ligament, dan tendon. Keluhan musculosceletal dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Keluhan sementara reversibel, yaitu keluhan otot yang dapat terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian masih dapat dihilangkan apabila
pembebanan dihentikan.
b. Keluhan menetap persistent, yaitu keluhan otot yang sifatnya permanen. Artinya,
walaupun pembebanan dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih tetap berlanjut.
Pekerjaan mengukir banyak menimbulkan sikap paksa membungkuk atau mendongak selama bekerja. Dengan adanya sikap paksa ini pada waktu sebelum
perlakuan, mengakibatkan adanya keluhan subjektif pada sistem otot rangka musculoskeletal.
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi
pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15–20 dari kekuatan otot
maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20, maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya
tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang
menyebabkan timbulnya rasa nyeri pada otot.
Ada terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kelelahan otot skeletal, antara lain :
1. Peregangan otot yang berlebihan 2. Aktivitas berulang
3. Sikap kerja tidak alamiah 4. Faktor penyebab sekunder
a. Tekanan b. Getaran
c. Mikroklimat 5. Penyebab kombinasi
a. Umur b. Jenis kelamin
c. Kebiasaan merokok d. Kesegaran jasmani
e. Kekuatan fisik f. Ukuran tubuh antropometri
Jika dihubungkan dengan pekerjaan, sikap kerja yang kurang baik, dapat menimbulkan kontraksi otot baik statis maupun dinamis secara berlebihan.
Kontraksi tersebut dapat meningkatkan tekanan dalam otot sehingga mengganggu kelancaran aliran darah ke dalam sel-sel otot tersebut dan meningkatnya
penimbunan asam laktat penyebab rasa pegal sehingga menimbulkan kerusakan otot, menurunkan kekuatan, tingkat kelelahan yang lebih tinggi dan menimbulkan
perangsangan reseptor rasa nyeri di waktu istirahat. Dengan demikian
produktivitas tenaga kerja semakin menurun dan dampak yang lebih jauh adalah makin seringnya terjadi kecelakaan kerja dan banyaknya keluhan atau penyakit-
penyakit otot, sendi dan jaringan ikat lainnya yang sering disebut Work Related- Musculoskeletal Diseases WMSDs.
3.4. Quick Exposure Check QEC
4
Quick Exposure Check QEC adalah suatu alat untuk penilaian terhadap resiko kerja yang berhubungan dengan gangguan otot work-related
musculoskeletal disordersWMDs di tempat kerja. QEC menilai gangguan resiko yang terjadi pada bagian belakang punggung back, bahulengan shoulderarm,
pergelangan tangan handwrist, dan leher neck. Alat ini mempunyai fungsi utama sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi faktor resiko untuk WMDs 2. Mengevaluasi gangguan resiko untuk daerahbagian tubuh yang berbeda-
beda. 3. Menyarankan suatu tindakan yang perlu diambil dalam rangka mengurangi
gangguan resiko yang ada. 4. Mengevaluasi efektivitas dari suatu intervensi ergonomi di tempat kerja.
5. Mendidik para pemakai tentang resiko musculoskeletal di tempat kerja. Penilaian postur kerja dengan metode QEC dilakukan dari dua sisi.
Penilaian pertama didasarkan kepada penilaian pengamat Observer’s Assesment dengan mengisi Observer’s Assessment Checklist dan penilaian kedua didasarkan
4
Li, Guangyan dan Peter Buckle. Quick Exposure Checklist QECfor the Assessment of Workplace Risks for WMSDs. Newyork: CRC Press LLC. 2005