BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Kelapa Sawit
1
Kelapa sawit Elaeis adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar
biodiesel. Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama
dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai
timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan
baik di daerah tropis 15° LU - 15° LS. Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90. Sawit
membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau.
Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species
kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah.
banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk mendapatkan species
1
Soepadiyo, dkk. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2008
yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari dura, pisifera dan tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya
besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti kernel yang
menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan
Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing- masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap
fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90 dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28.
3.2. Postur Kerja
2
Perancangan area kerja dan postur kerja memiliki hubungan yang erat satu dengan yang lainnya. Pada umumnya, ketika sedang bekerja, seorang operator
akan mengambil posisi berdiri atau duduk, di mana kedua posisi ini memang diizinkan bagi operator dengan menggunakan perancangan yang sesuai. Pada
posisi duduk, terdapat lebih banyak pertimbangan dalam perancangan, seperti pencahayaan, kejelasan, dan sebagainya. Posisi duduk memungkinkan
2
Tarwaka, dkk. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press. 2004
pengurangan efek beban statis yang ditahan oleh tubuh, perbaikan sirkulasi dan peredaran darah, serta terjadinya keseimbangan dalam tubuh, di mana tubuh dapat
terhindar dari faktor kelelahan fatique. Sedangkan pada keadaanposisi berdiri, seorang operator akan mengalami kelelahan akibat beban psikologi yang lebih
besar. Berdiri pada jangka waktu tertentu, tanpa melibatkan pergerakan kaki dapat mengakibatkan penumpukan darah pada pembuluh balik yang berada pada kaki,
yang pada akhirnya dapat berakibat pada timbulnya penyakit varises. Namun jika operator diizinkan untuk melakukan pergerakan pada kaki, masalah yang terjadi
memiliki kemungkinan untuk diminimisasi. Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisis keefektifan dari
suatu pekerjaan yang dilakukan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh pekerja sudah baik dan ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang akan diperoleh oleh
pekerja tersebut adalah hasil yang baik. Akan tetapi sebaliknya bila postur kerja pekerja salah atau tidak ergonomis maka pekerja tersebut akan mudah mengalami
kelelahan dan dalam jangka panjang akan menimbulkan keluhan–keluhan pada bagian tubuh tertentu. Apabila pekerja mengalami kelelahan jelaslah hasil yang
dilakukan pekerja tersebut juga akan mengalami penurunan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan
Posisi duduk dalam jangka waktu yang lama juga akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Grandjean mengungkapkan bahwa kursi dan postur kerja
yang dirancang tidak bagus tidak ergonomis, dapat mengakibatkan timbulnya rasa pegal pada leher, dan tulang belakang, kelainan bentuk pada tulang belakang,
dan masalah yang berhubungan dengan fungsi otot.
Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja
sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi timbulnya cedera dalam bekerja. Kenyamanan tercipta apabila pekerja telah
melakukan postur kerja yang baik dan aman. Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja.
Untuk itu, perlu adanya suatu penilaian terhadap suatu postur kerja pekerja untuk mengetahui sejauh mana postur ataupun sikap kerja pekerja mampu
mempengaruhi produktivitas dan kesehatan fisik pekerja. Penilaian terhadap keefektifan postur kerja pekerja ini dapat dilakukan dengan berbagai metode,
yaitu: 1. Ovako Working Postures Analysis system OWAS
2. Rapid Upper Limb Assesment RULA 3. Rapid Entire Body Assesment REBA
4. The Quick Exposure Check QEC Posisi kerja operator akan mempengaruhi kinerjanya, baik buruknya hasil
pekerjaan, selain itu juga berpengaruh pada tingkat kelelahan yang dialaminya. Ketidaknyamanan dalam bekerja sangat mempengaruhi produktivitas kerja,
demikian halnya dengan postur kerja. Postur kerja yang ergonomis akan membuat seseorang dapat bekerja dengan aman, nyaman, sehat, dan produktif. Dalam
kaitan postur kerja tersebut, dilakukan penelitian dalam rangka menerapkan postur kerja tubuh yang ergonomis. Posisi tubuh dalam bekerja ditentukan oleh jenis