Guru Sejarah PERSEPSI GURU SEJARAH SMA DI KABUPATEN BLORA TERHADAP PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS KURIKULUM 2006 DAN KURIKULUM 2013

e. Hukum kontinuitas, menyatakan bahwa stimulus yang mempunyai kontinuitas antara satu dengan yang lain, akan dipersepsi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan. f. Hukum kelengkapan atau ketertutupan closure, menyatakan bahwa ada kecenderungan seseorang mempersepsikan sesuatu yang kurang lengkap menjadi lengkap sehingga menjadi sesuatu yang penuh arti.

3. Guru Sejarah

a. Guru

Dalam bukunya yang berjudul “Menjadi Guru Efektif”, Suparlan 2008: 12, mengemukakan bahwa guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Dalam perkembangan sejarahnya di Indonesia, guru memang pernah hanya sekedar seseorang yang memiliki pengetahuan yang memadahi untuk kemudian ditugaskan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan aspek-aspek seperti yang telah dikemukakan. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman, muncul definisi-definisi mengenai guru yang semakin kompleks dan lebih mengkhususkan pengertian guru sebagai suatu profesi. Dalam bukunya, Hamalik 2004: 8 menyatakan bahwa guru adalah suatu jabatan profesional, yang memiliki peranan dan kompetensi profesional. Suparlan 2008: 13 juga menambahkan bahwa secara legal formal, guru adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan SK, baik dari pemerintah maupun pihak swasta untuk mengajar. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut maka bisa dikatakan bahwa seorang guru yang bertugas sebagai pendidik juga harus memiliki kompetensi profesional untuk kemudian dapat memperoleh surat keputusan dari pemerintah. Untuk itu seorang calon guru pada umumnya menempuh pendidikan dan pelatihan- pelatihan keguruan terlebih dahulu agar memiliki kompetensi profesional, seperti yang sudah ditegaskan dalam peraturan mengenai standar pendidik dan tenaga kependidikan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 disebutkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksud adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah danatau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku. Sedangkan kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Imran dalam disertasinya menambahkan rincian tentang pengertian guru. Menurut Imran 2010: 23, guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya seperti mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah. Pernyataan-pernyataan tersebut bersifat saling melengkapi, sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan secara garis besar. Dari beberapa definisi yang telah disebutkan, maka dapat disimpulkan bahwa guru adalah seseorang yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi keguruan sesuai dengan ketentuan pemerintah dan telah memperoleh surat keputusan SK baik dari pihak swasta atau pemerintah untuk mengajar dan mendidik siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah, yang tujuan utamanya untuk mencerdaskan bangsa dalam semua aspek. Guru memilliki peranan penting dalam keberhasilan kurikulum. Keberhasilan sebuah kurikulum bergantung pada kinerja guru. Betapa pun baiknya suatu kurikulum, berhasil atau tidaknya akan sangat bergantung kepada tindakan-tindakan guru di sekolah dalam melaksanakan kurikulum itu Hamalik, 2004: 20. Hal ini sejalan dengan pendapat Soetjipto 2009: 108 bahwa perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Dalam praktiknya, guru memegang peranan penting dalam penerapan sebuah kurikulum terutama yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas. Sebagai tenaga pendidik, guru dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan kurikulum. Karena itu, guru harus mengetahui, memahami, dan mampu menerapkan kurikulum yang sedang berlaku dengan baik agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Dengan kata lain, guru juga memegang tanggung jawab dalam pelaksanaan, pembinaan, dan pengembangan kurikulum di sekolahnya. Guru yang baik antara lain harus mampu membuat program belajar mengajar yang baik serta menilai dan melakukan pengayaan terhadap materi kurikulum yang telah digariskan. Diasumsikan bahwa guru yang baik adalah guru yang mampu menciptakan pengajaran yang baik. Pengajaran yang baik ialah pengajaran yang berhasil melalui proses pengajaran yang efektif Hamalik, 2004: 24.

b. Guru Sejarah

Menurut Suparlan 2008: 27, berdasarkan tanggung jawab yang diembannya, guru dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: 1 guru kelas; 2 guru mata pelajaran; 3 guru bimbingan konseling; 4 guru pustakawan, dan; 5 guru ekstrakulikuler. Dari kelima jenis guru tersebut, guru yang mengajar di SMAMA adalah guru mata pelajaran. Yang dimaksud dengan guru mata pelajaran ialah guru yang hanya memiliki tugas untuk mengajarkan satu mata pelajaran saja. Hal tersebut dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, Bab IV, bagian kesatu, pasal 30, butir kelima. Peraturan Pemerintah tersebut berbunyi bahwa pendidik pada SMPMTS atau bentuk lain yang sederajat dan SMAMA atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas guru mata pelajaran dan instruktur bidang kejuruan yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan yang sesuai dengan keperluan. Kualifikasi guru untuk jenjang pendidik pada SMAMA, atau bentuk lain sederajat tercantum dalam Peraturan Pemerintah yang sama, pasal 29, butir keempat. Peraturan Pemerintah itu berbunyi pendidik pada SMAMA, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: 1 kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat D-IV atau sarjana S1; 2 latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; 3 sertifikasi profesi guru untuk SMAMA. Pemerintah memang belum mengatur kualifikasi khusus untuk profesi guru mata pelajaran sejarah. Namun, menurut kualifikasi secara umum tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru mata pelajaran sejarah harus mempunyai latar belakang pendidikan tinggi sesuai mata pelajaran yang diajarkan. Latar belakang tersebut adalah D-IV atau S1 program studi pendidikan sejarah.

4. Pembelajaran Sejarah