e. Hukum kontinuitas, menyatakan bahwa stimulus yang mempunyai kontinuitas antara satu dengan yang lain, akan dipersepsi sebagai
suatu kesatuan atau keseluruhan. f. Hukum kelengkapan atau ketertutupan closure, menyatakan bahwa
ada kecenderungan seseorang mempersepsikan sesuatu yang kurang lengkap menjadi lengkap sehingga menjadi sesuatu yang penuh arti.
3. Guru Sejarah
a. Guru
Dalam bukunya yang berjudul “Menjadi Guru Efektif”, Suparlan 2008: 12, mengemukakan bahwa guru dapat diartikan
sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan
emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Dalam perkembangan sejarahnya di Indonesia, guru memang pernah hanya
sekedar seseorang yang memiliki pengetahuan yang memadahi untuk kemudian ditugaskan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dengan aspek-aspek seperti yang telah dikemukakan. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman, muncul definisi-definisi mengenai
guru yang semakin kompleks dan lebih mengkhususkan pengertian guru sebagai suatu profesi.
Dalam bukunya, Hamalik 2004: 8 menyatakan bahwa guru adalah suatu jabatan profesional, yang memiliki peranan dan
kompetensi profesional. Suparlan 2008: 13 juga menambahkan
bahwa secara legal formal, guru adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan SK, baik dari pemerintah maupun pihak swasta
untuk mengajar. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut maka bisa dikatakan bahwa seorang guru yang bertugas sebagai pendidik
juga harus memiliki kompetensi profesional untuk kemudian dapat memperoleh surat keputusan dari pemerintah. Untuk itu seorang
calon guru pada umumnya menempuh pendidikan dan pelatihan- pelatihan keguruan terlebih dahulu agar memiliki kompetensi
profesional, seperti yang sudah ditegaskan dalam peraturan mengenai standar pendidik dan tenaga kependidikan yang tercantum
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 disebutkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik
dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksud adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang
pendidik yang dibuktikan dengan ijazah danatau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku.
Sedangkan kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini
meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Imran dalam disertasinya menambahkan rincian tentang pengertian guru. Menurut Imran 2010: 23, guru adalah jabatan
atau profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya seperti mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah.
Pernyataan-pernyataan tersebut bersifat saling melengkapi, sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan secara garis besar. Dari
beberapa definisi yang telah disebutkan, maka dapat disimpulkan bahwa guru adalah seseorang yang memiliki kualifikasi akademik
dan kompetensi keguruan sesuai dengan ketentuan pemerintah dan telah memperoleh surat keputusan SK baik dari pihak swasta atau
pemerintah untuk mengajar dan mendidik siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
menengah, yang tujuan utamanya untuk mencerdaskan bangsa dalam semua aspek.
Guru memilliki peranan penting dalam keberhasilan kurikulum. Keberhasilan sebuah kurikulum bergantung pada kinerja
guru. Betapa pun baiknya suatu kurikulum, berhasil atau tidaknya akan sangat bergantung kepada tindakan-tindakan guru di sekolah
dalam melaksanakan kurikulum itu Hamalik, 2004: 20. Hal ini
sejalan dengan pendapat Soetjipto 2009: 108 bahwa perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Dalam praktiknya, guru
memegang peranan penting dalam penerapan sebuah kurikulum terutama yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas.
Sebagai tenaga pendidik, guru dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan kurikulum. Karena itu, guru harus
mengetahui, memahami, dan mampu menerapkan kurikulum yang sedang berlaku dengan baik agar tujuan yang diharapkan dapat
tercapai. Dengan kata lain, guru juga memegang tanggung jawab dalam pelaksanaan, pembinaan, dan pengembangan kurikulum di
sekolahnya. Guru yang baik antara lain harus mampu membuat program
belajar mengajar yang baik serta menilai dan melakukan pengayaan terhadap materi kurikulum yang telah digariskan. Diasumsikan
bahwa guru yang baik adalah guru yang mampu menciptakan pengajaran yang baik. Pengajaran yang baik ialah pengajaran yang
berhasil melalui proses pengajaran yang efektif Hamalik, 2004: 24.
b. Guru Sejarah
Menurut Suparlan 2008: 27, berdasarkan tanggung jawab yang diembannya, guru dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
yaitu: 1 guru kelas; 2 guru mata pelajaran; 3 guru bimbingan konseling; 4 guru pustakawan, dan; 5 guru ekstrakulikuler. Dari
kelima jenis guru tersebut, guru yang mengajar di SMAMA adalah guru mata pelajaran. Yang dimaksud dengan guru mata pelajaran
ialah guru yang hanya memiliki tugas untuk mengajarkan satu mata pelajaran saja.
Hal tersebut dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, Bab IV,
bagian kesatu, pasal 30, butir kelima. Peraturan Pemerintah tersebut berbunyi bahwa pendidik pada SMPMTS atau bentuk lain yang
sederajat dan SMAMA atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas guru mata pelajaran dan instruktur bidang kejuruan yang
penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan yang sesuai dengan keperluan.
Kualifikasi guru untuk jenjang pendidik pada SMAMA, atau bentuk lain sederajat tercantum dalam Peraturan Pemerintah
yang sama, pasal 29, butir keempat. Peraturan Pemerintah itu berbunyi pendidik pada SMAMA, atau bentuk lain yang sederajat
memiliki: 1 kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat D-IV atau sarjana S1; 2 latar belakang pendidikan tinggi
dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; 3 sertifikasi profesi guru untuk SMAMA.
Pemerintah memang belum mengatur kualifikasi khusus untuk profesi guru mata pelajaran sejarah. Namun, menurut
kualifikasi secara umum tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru
mata pelajaran sejarah harus mempunyai latar belakang pendidikan tinggi sesuai mata pelajaran yang diajarkan. Latar belakang tersebut
adalah D-IV atau S1 program studi pendidikan sejarah.
4. Pembelajaran Sejarah