Pembelajaran Sejarah PERSEPSI GURU SEJARAH SMA DI KABUPATEN BLORA TERHADAP PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS KURIKULUM 2006 DAN KURIKULUM 2013

mata pelajaran sejarah harus mempunyai latar belakang pendidikan tinggi sesuai mata pelajaran yang diajarkan. Latar belakang tersebut adalah D-IV atau S1 program studi pendidikan sejarah.

4. Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran sejarah adalah dua konsep yang sama-sama memiliki arti masing-masing. Istilah sejarah bagi para ahli diartikan berbeda-beda. Perbedaan dalam literatur tentang istilah sejarah pada dasarnya terdiri dari dua konsep, yaitu sejarah sebagai peristiwa masa lalu past event, res gestae; dan sejarah peristiwa sebagaimana diceritakan historia rerum gestarum Sjamsuddin, 2007: 9. Sejarah dalam arti pertama, sebagaimana dikemukakan oleh Taufik Abdullah dalam Wicaksono http:dirgantarawicaksono.blogspot.com , diunduh pada 20 Januari 2015 pukul 06.55 WIB diceritakan atau tidak, peristiwa itu terjadi. Menurut Kuntowijoyo 1999: 9, sejarah seperti itu sebagai peristiwa masa lalu yang terjadi di luar pengetahuan manusia, disebut sejarah objektif. Sejarah sebagaimana diceritakan adalah peristiwa masa lalu yang diceritakan, memiliki pengertian yang sama sebagai peristiwa yang terjadi atas sepengetahuan manusia disebut sejarah subyektif. Sejarah subjektif adalah sejarah sebagai pelaksanaan riset yang dilakukan oleh sejarawan, menghasilkan pernyataan-pernyataan peristiwa-peristiwa masa lalu. Sejarah dalam arti subjektif adalah terminologi sejarah sebagai disiplin ilmiah. Beberapa ahli, sejarawan, dan filsuf mengartikan sejarah secara beragam. Ada yang mengartikan sejarah sebagai catatan sebagaimana arti sejarah yang dikemukakan oleh Burckhardt dalam Kochhar 2008: 2, yang menyatakan bahwa sejarah merupakan catatan tentang suatu masa yang ditemukan dan dipandang oleh generasi dari zaman yang lain. Sejarah juga diartikan sebagai ilmu. Sebagai ilmu sejarah memiliki metodologi penelitian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, seperti dikemukakan oleh Richard E. Evans dalam Sjamsuddin 2007: 9 bahwa sejarah adalah batang tubuh pengetahuan yang terorganisasi yang diperoleh melalui penelitian yang dilaksanakan sesuai dengan metode-metode yang disepakati umum, dipresentasikan dalam laporan-laporan yang dipublikasikan. Dari pendapat para ahli tentang definisi sejarah dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah peristiwa masa lalu tentang manusia baik individu maupun masyarakat yang dihadirkan pada masa kini baik diceritakan maupun hasil dari penelitian sejarawan. Kenyataan menunjukkan bahwa sejarah terus diteliti, ditulis, dan dipelajari membuktikan bahwa sejarah itu memiliki kegunaan Kuntowijoyo, 1999:19. Menurut Kuntowijoyo sejarah berguna secara intrinsik dan ekstrinsik. Secara intrinsik sejarah berguna untuk mengetahui masa lampau. Manusia ingin mempelajari masa lampau karena manusia ingin memecahkan misteri, ingin mengetahui tentang apa yang terjadi di masa lampau. Secara esktrinsik sejarah berguna sebagai sarana pendidikan. Menurut Sjamsuddin 2007: 278, guna ekstrinsik sejarah sebagai sarana pendidikan berpangkal dari kebutuhan kehidupan modern dari masyarakat industrialis akan pendidikan non- teknis untuk kembali ke pengetahuan tradisional agar dapat menuntut pada masyarakat yang demokratis. Kegunaan sejarah sebagai media pendidikan banyak dikemukakan oleh para ahli. Posisi sejarah memiliki peran sangat strategis sebagai sarana bagi pendidikan. Conal Furay dan Michael J. Salevouris seperti yang dikutip oleh Peters N. Stearns 2011 dalam artikelnya “The Uses of History”, menyatakan bahwa pembelajaran sejarah mengajarkan kemampuan analisis yang sangat bermanfaat dalam bidang akademik dan memelihara rasa identitas. Tanpa pengetahuan sejarah, hari ini akan menjadi tanpa tujuan dan besok tanpa makna. Sejarah berfungsi sebagai memori kolektif. Tanpa memori kolektif masyarakat akan sama tanpa akar dan hancur sebagai sebuah individu dengan amnesia, sejarah berkontribusi pada makna, tujuan dan kohesi masyarakat. Sejarah dapat memberikan inspirasi kepada kita tentang gagasan dan konsep yang dapat digunakan untuk memecahkan persoalan- persoalan masa kini, sebagaimana dikemukakan oleh Taufik Abdullah dalam makalahnya yang berjudul “Sejarah Menentukan Masa Depan”, bahwa dengan mempelajari sejarah orang dapat menghindari kegagalan dan kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya serta menemukan sumber-sumber baru untuk merumuskan visi masa depan. Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kegunaan sejarah dari segi pendidikan adalah dapat menjadi sumber pengetahuan yang dari sumber itu seseorang dapat mengambil makna dari pengalaman di masa lalu dan menjadi bijak. Istilah pembelajaran menurut Reigeluth 2009: 6 saat ini semakin mengarah pada konstruksi construction dan meninggalkan pengajaran instruction, yang berimplikasi pada peran siswa dalam proses belajar. Pengajaran merujuk apa yang harus dikerjakan oleh siswa, siswa berperan pasif dalam proses belajar. Sedangkan kontruksi merujuk apa yang diselesaikan oleh siswa, siswa berperan aktif dalam proses belajar. Pembelajaran yang mengarah pada konstruktivis yaitu jika dalam pengajaran mengarah pada apa yang siswa lakukan dan apapun yang dilakukan oleh guru yang bertujuan untuk memfasilitasi proses belajar siswa. Belajar sendiri menurut Santrock 2010: 265 adalah pengaruh yang relatif permanen pada pengetahuan, perilaku dan keterampilan berfikir yang diperoleh melalui pengalaman. Berdasarkan pengertian tersebut belajar sama dengan pengalaman, tetapi pengalaman yang membawa perubahan pada pengetahuan, perilaku dan keterampilan berfikir seseorang. Seseorang yang dikatakan belajar berarti orang yang telah memiliki dan bertambah pada aspek pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang sebelumnya tidak dimiliki atau sebelumnya sedikit. Pada pembelajaran dalam arti konstrusi, peran guru terjadi ketika guru membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, keterampilan, nilai, cara berfikir dan tujuan mengekspresikan diri mereka sendiri. Peran guru dalam pembelajaran adalah melibatkan siswa dalam tugas- tugas yang sarat muatan kognitif dan sosial, mengajari bagaimana mengerjakan tugas-tugas secara produktif, mengajari bagaimana siswa menyerap dan menguasai informasi. Sedangkan peran murid dalam pembelajaran adalah mampu menggambarkan informasi dan gagasan dengan menggunakan sumber-sumber belajar Joyce dkk, 2009: 7. Pembelajaran yang efektif akan terjadi apabila guru dan siswa sama- sama memainkan peran masing-masing. Dalam kaitannya dengan pembelajaran sejarah, menurut Stearn 2011: 2, pembelajaran sejarah bertujuan untuk membantu siswa memahami bagaimana dunia bekerja dan bagaimana manusia berperilaku, pengetahuan tentang masa lalu diperlukan untuk memahami kenyataan hari ini. Agar pembelajaran sejarah dapat memberikan dampak pada siswa, Stearn menyarankan pembelajaran sejarah harus mengembangkan keterampilan untuk menilai bukti, keterampilan untuk berinterpretasi, dan keterampilan untuk menilai contoh perubahan. Lebih luas, Kochhar 2008: 27-38 mengatakan bahwa pembelajaran sejarah di sekolah harus mencapai sasaran-sasaran yang mencakup dimensi kognitif, afektif dan psikomotor. Termasuk dalam dimensi kognitif, yaitu: 1 mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri; 2 memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang dan masyarakat; 3 membuat masyarakat mampu mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang telah dicapai oleh generasinya; 4 memperluas cakrawala intelektualisme; 5 memberikan pelatihan mental; 6 melatih siswa menangani isu-isu kontroversial. Dimensi afektif dari pembelajaran sejarah, yaitu 1 mengajarkan toleransi; 2 menanamkan sikap intelektual; 3 mengajarkan prinsip-prinsip moral; 4 menanamkan orientasi ke masa depan; 5 membantu mencarikan jalan keluar bagi masalah sosial dan perseorangan; 6 memperkokoh rasa nasionalisme, dan; 7 mengembangkan pemahaman internasional. Dimensi psikomotor adalah mengembangkan keterampilan yang berguna seperti keterampilan membaca, menyatakan pendapat, menggunakan peta, diagram, timeline dan sebagainya.

5. Kurikulum