Siswa sering tidak menghargai teman-temannya yang berprestasi tinggi secara akademik, tetapi menghargai teman-temannya yang berprestasi
di bidang olahraga ... Hal ini karena kesuksesan di bidang olahraga membawa keuntungan bagi kelompok timnya, sekolahnya, kotanya,
sementara kesuksesan akademik hanya menguntungkan bagi individu yang bersangkutan. Faktanya, di kelas-kelas yang menggunakan
grading on a curve atau sistem penilaian atau sistem intensif lainnya, setiap kesuksesan seorang individu akan mengurangi peluang individu
lainnya untuk mencapai kesuksesan.
Berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Instruction dapat dilaksanakan di dalam kelas guna tercapainya
tujuan belajar. Selain itu, terdapat pembelajaran inovatif yang mendukung dalam pelaksanaan model Problem Based Instruction, yaitu pembelajaran kooperatif.
Hal ini dapat terlihat dari langkah model Problem Based Instruction pada fase ketiga
yaitu membimbing
pengalaman individualkelompok.
Sehingga penggunaan multimodel dapat diterapkan dalam pembelajaran.
2.1.6 Pengertian Problem Based Instruction sebagai Model Pembelajaran
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menggunakan permasalahan autentik dengan tujuan untuk menyusun
pengetahuan siswa, mengembangkan inkuiri dan keterampilan tingkat tinggi. Pengertian pembelajaran berbasis masalah juga disampaikan oleh Rusman 2012:
229 pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran berbasis masalah kemampuan berpikir siswa betul-
betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan
kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan.
Mengemukakan bahwa kurikulum pembelajaran berbasis masalah membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang
hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Kurikulum pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah,
komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain.
Arends 2008: 45 pembelajaran berbasis masalah ini terdiri dari lima fase utama yang dimulai dengan guru yang mengarahkan siswa ke sebuah situasi
bermasalah dan berpuncak pada presentasi dan analisis hasil kerja siswa dan berbagai artefak. Bila cakupan masalah yang disajikan tidak terlalu luas, kelima
fase model itu dapat diselesaikan dalam waktu beberapa jam pelajaran. Beberapa karakteristik pembelajaran berbasis masalah dalam Arends
2008:42 adalah sebagai berikut: 1 pertanyaan atau masalah yang menantang, yairu mengorganisasikan pengajaran di seputar pertanyaan dan masalah dalam
kehidupan nyata; 2 fokus interdisipliner, yaitu masalah dipusatkan pada subjek tertentu, tetapi masalah yang diinvestigasi dipilih karena solusinya menuntut
siswa untuk menggali banyak subjek; 3 investigasi autentik, yaitu mengharuskan siswa untuk melakukan investigasi autentik yang berusaha menemukan solusi riil
untuk masalah riil; 4 produksi artefak dan exhibit, menuntut siswa untuk mengkonstruksi produk yang menjelaskan atau mempresentasikan solusi mereka;
5 kolaburasi, pembelajaran berbasis masalah ditandai oleh siswa yang bekerja sama dengan siswa lain, paling sering secara berpasangan atau berkelompok.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang mengasah
kemampuan berpikir siswa dengan melakukan percobaan secara langsung sehingga dapat membantu anak untuk meningkatkan perkembangan keterampilan
belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif, karena siswa mengalami sendiri dengan menemukan sendiri.
2.1.6.1 Teori Mendasari Model Problem Based Instruction
Teori belajar yang menjadi landasan model pembelajaran berbasis masalah selain konstruktivisme, ada beberapa teori belajar lainnya yang melandasi model
pembelajaran berbasis masalah, diantaranya teori dari Ausabel dalam Rusman, 2012: 244 membedakan antara belajar bermakna meaningfull learning dengan
belajar menghafal rote learning. Belajar bermakna merupakan proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki
seseorang yang sedang belajar. Belajar menghafal, diperlukan bila seseorang memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama sekali tidak
berhubungan dengan yang telah diketahuinya. Kaitannya dengan Problem Based Instruction dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang
telah dimiliki oleh siswa. Selain itu, menurut teori belajar Vigotsky, perkembangan intelektual
terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan.
Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya kemudian
membangun pengertian baru. Ibrahim dan Nur 2000 Vigotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain mengacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitannya dengan Problem Based Instruction dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang
dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman lain Rusman 2012: 245.
Berkaitan dengan
perkembangan intelektual
siswa, Vygotsky
mengemukakan dua ide; Pertama, bahwa perkembangan intelektual siswa dapat dipahami hanya dalam konteks budaya dan sejarah pengalaman siswa. Kedua,
Vygotsky mempercayai bahwa perkembangan intelektual bergantung pada sistem tanda sign system setiap individu selalu berkembang. Sistem tanda adalah
simbol-simbol yang secara budaya diciptakan untuk membantu seseorang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah, misalnya budaya bahasa,
sistem tulisan, dan sistem perhitungan. Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsip
seperti yang dikutip oleh Slavin, 2000: 256 yaitu: 1 pembelajaran sosial social leaning. Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran
kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap; 2 ZPD zone of proximal
development. Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat
memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya. Bantuan atau support dimaksud
agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif si anak;
3 masa magang kognitif cognitif apprenticeship. Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi
dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai; 4 pembelajaran termediasi mediated learning. Vygostky menekankan pada
scaffolding. Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa Sonsaka
2013. Inti teori Vigotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan
eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vigotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari
interaksi sosial masing-masing individu dalam konteks budaya. Vigotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang
belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zona of proximal development
mereka. Implikasi teori Vygotsky dalam pembelajaran adalah sebagai berikut;
1 sebelum mengajar, seorang guru hendaknya dapat memahami ZPD siswa batas bawah sehingga bermanfaat untuk menyusun struktur materi pembelajaran.
Implikasinya guru lebih akurat menyusun strategi mengajar, sehingga tidak selalu memberikan bimbingan kepada siswa. Dampak pengiringnya adalah siswa dapat
belajar sampai tingkat keahlian yang diharapkan dan mencapai ZPD pada batas
atas; 2 untuk mengembangkan pembelajaran yang berkomunitas, seorang guru perlu memanfaatkan tutor sebaya di dalam kelas; 3 dalam pembelajaran, seorang
guru hendaknya menggunakan teknik scaffolding dengan tujuan siswa dapat belajar dengan inisiatifnya sendiri, sehingga mereka dapat mencapai keahlian
pada batas atas ZPD Rifa‟i dan Anni 2009:36. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan model pembelajaran
Problem Based Instruction didasarkan pada teori psikologi kognitif. Fokus pengajaran pada model Problem Based Instruction pada kognitif siswa, yaitu
dapat berupa pengaitan informasi yang dilakukan oleh siswa dengan informasi yang telah diperoleh siswa dengan informasi yang baru dan terdapat dalam
struktur kognitif seseorang. Sehingga dengan adanya penelitian akan memberikan pengalaman kepada anak dan dapat menjadi pengalaman yang bermakna bagi
siswa, sehingga mudah untuk diingat. 2.1.6.2
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Instruction Pembelajaran dengan model Problem Based Instruction mempunyai lima
fase dalam pembelajarannya, perilaku guru dalam pembelajaran mempengaruhi dalam pelaksanaannya, berikut fase model pembelajaran Problem Based
Instruction.
Tabel 2.2
Langkah-langkah Problem Based Instruction
Fase-fase Kegiatan Guru
1. Mengorientasi siswa
pada masalah 1.
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. 2.
Mengorganisasi siswa untuk belajar
2. Membantu siswa untuk mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas
belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut. 3.
Membimbing penyelidikan
individual ataupun
kelompok 3.
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah. 4.
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya 4.
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan,
video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
5. Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Sumber : Arends 2008: 57
Peran siswa secara khusus menurut Paris dan Winograd 2001 adalah: 1 menumbuhkan motivasi dari kebermaknaan tujuan, proses dan keterlibatan
dalam belajar; 2 menemukan masalah yang bermakna secara personal; 3 merumuskan masalah dengan pertimbangan memodifikasi dan memvariasikan
situasi dengan informasi baru yang dianggap paling mungkin mencapai tujuan; 4 mengumpulkan fakta-fakta untuk memperoleh makna serta pengetahuan dalam
pengaplikasian pada pemecahan masalah yang dihadapi secara kreatif; 5 berpikir secara reflektif untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyelesaikan
masalah; dan 6 berpartisipasi dalam pengembangan serta penggunaan assesment untuk mengevaluasi kemajuan sendiri Rusman, 2012: 247.
Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Instruction di atas, penggunaan langkah-langkah model pembelajaran Problem
Based Instruction dengan media kartu pintar dalam pembelajaran IPA mengacu pada langkah-langkah tersebut yaitu sebagai berikut :
a. Orientasi siswa pada masalah yaitu mengajukan permasalahan melalui
pertanyaan serta menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran.
b. Mengorganisasi siswa untuk belajar yaitu menjelaskan materi dengan
menggu-nakan kartu
pintar, membentuk
kelompok kecil
untuk mengidentifikasi masalah.
c. Membimbing penyelidikan individual atau kelompok yaitu membimbing serta
memfasilitasi siswa dalam melaksanakan percobaan sesuai dengan pemecahan masalah yang telah direncanakan.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya yaitu membimbing siswa
menger-jakan lembar kerja kelompok dan menyajikan hasil karya lain, seperti gambar percobaan.
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yaitu
membimbing siswa mempresentasikan pemecahan masalah yang dilakukan dan menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah yang
dilakukan.
2.1.6.3 Tujuan Problem Based Instruction
Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, tetapi lebih
dimaksudkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual. Menurut Rusman 2012: 238
mengemukakan tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah penguasaan isi belajar pengembangan keterampilan pemecahan masalah. Pembelajaran berbasis
masalah juga berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih luas lifewide learning, keterampilan memaknai informasi, kolaburatif dan belajar tim,
keterampilan berpikir reflektif dan evaluatif. Pendapat lain yaitu menurut Tan, Ibrahim dan Nur 2002, mengemukakan
tujuan pembelajaran berbasis masalah secara lebih rinci, yaitu ; 1 membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah; 2 belajar
berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata; 3 menjadi para siswa yang otonom Rusman 2012: 239.
Sedangkan menurut Arends 2008: 43 pembelajaran berbasis masalah ditandai oleh siswa-siswa yang bekerja bersama siswa lain, baik berpasangan
maupun berkelompok. Kolaburasi siswa dalam pembelajaran berbasis masalah mendorong penyelidikan dan dialog bersama serta pengembangan keterampilan
berpikir dan keterampilan sosial. Berbagai pendapat mengenai tujuan pembelajaran berbasis masalah di
atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah mempunyai tujuan untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam merencanakan pemecahan
masalah dan melaksanakannya dalam penyelidikan atau percobaan sehingga dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa untuk menggali informasi baru
dengan keterampilannya sendiri, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan meminimalisir tingkat kelupaan pada siswa.
2.1.6.4 Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Instruction
Model pembelajaran Problem Based Instruction merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswanya dalam pembelajaran.
Namun, model Problem Based Instruction ini pun tidak terlepas dari beberapa kelemahan selain juga berbagai kelebihannya. Berikut bebebapa kelemahan dan
kelebihan model Problem Based Instruction. Menurut Santoso 2011 beberapa kelemahan model Problem Based
Instruction adalah sebagai berikut : a.
Membutuhkan waktu yang banyak; b.
Membutuhkan fasilitas yang memadai seperti laboratorium, tempat duduk siswa yang terkondisi untuk belajar kelompok, perangkat pembelajaran, dll;
c. Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang;
d. Kurang efektif jika jumlah siswa terlalu banyak.
Berbagai kelemahan dari model pembelajaran Problem Based Instruction di atas, dapat diminimalisir diantaranya dengan, 1 memanagemen waktu agar
pembelajaran tidak menghabiskan banyak waktu; 2 memfasilitasi siswa dengan alat dan bahan yang sederhana dan tidak berbahaya, serta mengkondisikan siswa
dengan maksimal di dalam kelas; 3 melakukan perencanaan pembelajaran sebelum melaksanakan pembelajaran, seperti menyusun RPP dengan menerapkan
model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar, mempersiapkan alat dan bahan percobaan, serta tempat hasil karya siswa; 4 siswa dikelompokan
dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga guru mudah memantau dan mengelola kelas.
Sedangkan kelebihan Problem Based Instruction dalam Arends 2008: 45 sebagai suatu model pembelajaran antara lain :
a. Pembelajaran berbasis masalah mendorong kolaburasi dan penyelesaian
bersama berbagai tugas; b.
Pembelajaran berbasis masalah memiliki elemen-elemen yang mendorong observasi dan dialog dengan pihak lain agar seorang siswa mampu
melaksanakan observasi; c.
Pembelajaran berbasis masalah dapat melibatkan siswa dalam penelitian yang memungkinkan mereka untuk menjelaskan berbagai permasalahan nyata dan
mengkontruksikan pemahaman mereka sendiri; d.
Membantu siswa menjadi pembelajar yang independen dan belajar mandiri self-regulated.
Dari berbagai uraian di atas mengenai kelebihan dan kekurangan Problem Based Instruction sebagai model pembelajaran, dapat disimpulkan kelebihan
Problem Based Instruction meliputi ; 1 memberikan kesempatan bagi siswa untuk bekerja secara kooperatif; 2 memberikan kepada siswa untuk melakukan
kegiatan observasi; 3 melibatkan siswa dalam penelitian yang memungkinkan siswa untuk merancang pemecahan masalah dan melaksanakannya sehingga siswa
dapat mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan pemahaman mereka sendiri dan
pembelajaran lebih bermakna; 4 membimbing siswa untuk lebih mandiri dalam pembelajaran. Sedangkan untuk kekurangan Problem Based Instruction sebagai
model pembelajaran meliputi ; 1membutuhkan waktu yang lama; 2 mempersiapkan tingkat berpikir siswa; 3 merencanakan proses yang akan
dilaksanakan; 4 tidak efektif jika dilakukan pada kelas dengan siswa yang terlalu banyak. Berbagai kelemahan Problem Based Instruction dapat diminimalisir
dengan berbagai persiapan yang matang serta pengelolaan kelas yang baik.
2.1.7 Hakikat Media Pembelajaran