pembelajaran. Namun, kartu pintar ini perlu adanya suatu pembaruan dan hanya bisa digunakan pada materi energi panas dan energi bunyi.
2.2 KAJIAN EMPIRIS
Beberapa hasil penelitian mengenai model problem based instruction dalam meningkatkan kualitas pembelajaran memperkuat peneliti melakukan
penelitian dengan menerapkan model pembelajaran yang serupa. Berikut hasil penelitian antara lain sebagai berikut :
Penelitian yang dilakukan oleh Sedubun 2011 berjudul “Upaya
meningkatkan pembelajaran IPA menggunakan model Problem Based Instruction PBI siswa kelas IV SDN Madyopuro V Kecamatan Kedungkandang kota
Malang”. Penelitian ini berawal dengan adanya observasi dengan pihak SDN Madyopuro V Kecamatan Kedungkandang Kota Malang yang dilakukan pada
tanggal 22 Februari 2011 menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang sering digunakan adalah ceramah. Saat pembelajaran berlangsung, siswa masih kurang
aktif dalam mengikuti pembelajaran. Rerata hasil belajar siswa yaitu 60,29. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah dan belum mencapai
Standar Ketuntasan Minimal. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka dilakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model Problem
Based Instruction. Hal ini ditunjukan dengan adanya perolehan keberhasilan guru dalam menerapkan model Problem Based Instruction, Pada siklus I pertemuan I
jumlah presentasenya adalah 70, sedangkan pada siklus I pertemuan II meningkat dengan jumlah presentasenya 90, dan pada siklus II pertemuan I nilai
yang didapatkan semakin meningkat, jumlah nilai presentasenya adalah 95, selanjutnya pada pertemuan II sangat mengalami peningkatan dengan jumlah skor
yaitu 20 dan nilai presentasenya adalah 100, sehingga dapat dipahami bahwa proses penerapan PBI mengalami peningkatan. Dalam penelitian ini disarankan
agar guru menerapkan model Problem Based Instruction dalam pembelajaran IPA. Selain itu, terdapat penelitian lain yang dilakukan oleh Winanti 2009
yang berjudul “Penggunaan APIK Alat Permainan Inovatif Kreatif Kartu Pintar Sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas Pada Anak Kelas IV Islam Kanita”.
Hasil penelitian menunjukkan yang belum trampil tinggal 2 anak saja, nilai jika diprosentase hanya 6.25. Sedangkan anak yang sudah trampil berbahasa
mengalami peningkatan lagi menjadi 30 anak yang mendapat nilai sangat bagus 24 anak dan nilai bagus, jadi yang telah mengalami keberhasilan 30 anak
diprosentasi 93.75. Penelitian lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh Gunanto 2012
dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran Problem Based Instruction PBI Pada Siswa Kelas IVB SD Negeri
Tambakaji 01 Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan : 1 keterampilan guru memperoleh rata-rata skor dari dua pertemuan pada siklus 1 adalah 20 dengan
kriteria baik; siklus 2 memperoleh skor 27 dengan kriteria sangat baik. Pada siklus 3, skor yang diperoleh yaitu 31 dan termasuk dalam kategori sangat baik. 2
Aktivitas siswa memperoleh rata-rata skor dari dua pertemuan pada siklus 1 adalah 19,2 dengan kriteria cukup; Siklus 2 memperoleh skor 25,8 dengan kriteria
baik. Pada siklus 3, skor yang diperoleh yaitu 29,3 dengan kategori sangat baik.
3 Hasil belajar siswa memperoleh rata-rata persentase ketuntasan klasikal dari dua pertemuan pada siklus 1 adalah 54,76. Siklus 2 memperoleh persentase
ketuntasan klasikal adalah 80,95. Pada siklus 3, persentase ketuntasan klasikal yaitu 98,81. Hasil penelitian tersebut telah menunjukkan bahwa indikator
keberhasilan telah tercapai sehingga penelitian ini dinyatakan berhasil. Penelitian lain yang tercantum dalam jurnal pendidikan yaitu dilakukan
oleh Winarsih 2012 dengan judul “Peningkatan profrsionalisme guru IPA melalui lesson study
dalam pengembangan model pembelajaran PBI”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru IPA, agar dapat
melaksanakan pembelajaran yang efektif dan berkualitas menggunakan model problem based instruction dengan pendekatan jelajah alam sekitar. Penelitian ini
telah berhasil ; 1 meningkatkan profesionalisme guru IPA SMP Negeri 30 Semarang, 2 mengembangkan perangkat pembelajaran, 3 meningkatkan hasil
belajar siswa, dan 4 meningkatkan aktivitas siswa. Kesimpulannya adalah LS dapat meningkatkan profesionalisme guru, meningkatkan proses dan hasil belajar
siswa. Saran dari penelitian ini yaitu pelaksanaan lesson study perlu dikembangkan di sekolah untuk perbaikan kualitas pembelajaran oleh guru dalam
rangka menjadi guru yang profesional. Berdasarkan hasil penelitian dan jurnal di atas, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Problem Based Instruction dapat dijadikan pendukung dalam pelaksanaan tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatan kualitas
keterampilan guru dengan lebih mengembangkan pembelajaran inovatif, aktivitas siswa dalam pembelajaran seperti dengan bekerja kelompok dan melakukan
penyelidikan, sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu
≤ 65.
2.3 KERANGKA BERPIKIR