2.2 Landasan Teoritis
Sastra Melayu sebagai salah satu karya asli Indonesia. Hendaknya dapat dijaga dan dilestarikan. Sastra adalah suatu bentuk tanda seni yang
bermediakan bahasa. Sastra hadir untuk dibaca dan dipahami serta selanjutnya dimanfaatkan, antara lain untuk mengembangkan wawasan
kehidupan. Oleh karena itu, pembelajaran sastra seharusnya ditekankan pada kenyataan bahwa sastra merupakan salah satu bentuk seni yang dapat
diapresiasi. Pada subbab ini akan dipaparkan mengenai bagaimana pembelajaran
apresiasi sastra di SMA, hakikat bahan ajar, bentuk bahan ajar, standarisasi bahan ajar, prinsip bahan ajar, hakikat pendidikan karakter, hakikat
apresiasi, hakikat sastra Melayu dan jenis-jenis sastra Melayu.
2.2.1 Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA
Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, sedangkan belajar sastra menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusian. Sesuai dengan
standar kompetensi pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik
secara lisan maupun secara tertulis, serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia. Penghargaan terhadap hasil cipta manusia
inilah yang dalam pembelajaran Bahasa Indonesia disebut sebagai apresiasi terhadap hasil karya sastra atau apresiasi sastra.
Nadeak 1985 menyatakan bahwa pelajaran sastra haruslah dapat menunjang pelajaran Bahasa Indonesia pada umunya. Para siswa harus
dibangkitkan minatnya agar mereka mampu memahami karya satra Indonesia. Teori sastra hendaknya juga diajarkan untuk melengkapi
pengetahuan siswa mengenai kesusastraan. Titik berat pengajaran sastra ialah memperkenalkan kepada mereka karya-karya sastra Indonesia. Siswa-
siswa harus membaca puisi, drama, novel, dan jenis karya satra lain, baik sastra lama maupun karya sastra baru. Dengan demikian siswa diharapkan
mapu menghayati karya sastra tersebut sehingga dapat menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan
yang baik terhadap citra sastra. Di SMAMA apresiasi sastra Melayu klasik menjadi salah satu
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Komptetensi Dasar “menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat” adalah salah satu
bentuk pembelajaran apresiasi sastra Melayu. Dalam kompetensi dasar ini peserta diharapkan mampu menentukan unsur intrinsik dan ekstrinsik
hikayat, sebagai bentuk apresiasinya terhadap sastra Melayu, selain itu peserta didik juga diharapkan mampu memetik nilai-nilai moral positif yang
terdapat dalam hikayat tersebut. Akan tetapi ada beberapa kendala dalam pencapain kompetensi dasar tersebut, di antaranya adalah penggunaan
bahasa dalam hikayat yang menggunakan bahasa Melayu. Hal ini menjadi kendala bagi peserta didik untuk memahami isi dari hikayat yang telah
dibaca, sehingga peserta didikpun akan merasa kesulitan dalam mengapresiasi hikayat tersebut.
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Diananingsih 2009 dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi Peer Lesson Melalui Teknik
Penyajian Lisan bercerita: Upaya Meningkatkan Pembelajaran Apresiasi Sastra Melayu Klasik Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Salatiga Tahun
Pelajaran 20082009” bahwa ada dua jenis karya satra, yaitu karya sastra Melayu lama dan karya sastra baru. Karya sastra Melayu lama atau karya
sastra Melayu klasik merupakan karya sastra asli Indonesia. Dalam mempelajari karya sastra Melayu ini pada uumnya siswa merasa kesulitan
memahami isi ceritanya, karena karya sastra ini menggunakan bahasa Melayu. Kata-kata yang digunakan dalam karya satra ini adalah kata-kata
klise. Bahasa Melayu adalah media pengantar yang paling dominan digunakan dalam sastra Melayu. Umumnya siswa akan mengeluh ketika
menemui kata-kata yang sukar dipahami oleh mereka. Hal itu berarti untuk mengetahui kata-kata sukar tersebut, siswa
harus membuka kamus untuk mengetahui makna kata tersebut. Namun, tidak semua kata yang terdapat dalam karya satra Melayu dapat dijumpai di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal ini tentu saja menjadi salah satu kendala siswa untuk dapat memahami isi dari karya satra Melayu tersebut.
Pada dasarnya kata-kata tersebut dapat dicari dalam kamus bahasa Melayu. Melihat kenyataan tersebut maka pemahaman terhadap sastra
Melayu sebagai salah satu Kompetensi Dasar KD harus benar-benar diupayakan, karena sastra Melayu penuh dengan ajaran moral dan nilai
didik yang tinggi sehingga kegiatan memahami dan mengapresiasi karya
sastra Melayu tersebut sangat bermanfaat bagi pendidikan moral para siswa. Oleh karena itu, perlu dikembangkan bahan ajar mengenai apresiasi sastra
Melayu klasik.
2.2.2 Hakikat Bahan Ajar