Prinsip Pengembangan Bahan Ajar Apresiasi Sastra Melayu Karakteristik Bahan Ajar Apresiasi Sastra melayu Klasik Bermuatan Karakter

4.1.2.1 Prinsip Pengembangan Bahan Ajar Apresiasi Sastra Melayu

Klasik Bermuatan Karakter untuk Siswa Kelas XI SMAMA Mengacu pada prinsip-prinsip umum pengembangan bahan ajar, bahan ajar apresiasi sastra Melayu klasik bermuatan karakter dikembangkan dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut. a Prinsip relevansi Materi pembelajaran hendaknya relevan atau terdapat kaitan antara materi dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. b Prinsip konsistensi Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai ada empat maka bahan ajar yang harus diajarkan juga meliputi empat macam. Suatu bahan ajar harus mampu menjadi solusi dalam pencapaian kompetensi. c Prinsip kecukupan Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi yang diajarkan.

4.1.2.2 Karakteristik Bahan Ajar Apresiasi Sastra melayu Klasik Bermuatan Karakter

Bahan ajar dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar, sehingga dihasilkan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan, psikologis peserta didik, dan tujuan pembelajaran mengapresiasi sastra Melayu klasik. Secara umum, bahan ajar apresiasi sastra Melayu klasik bermuatan karakter memiliki karakteristik khas yang berbeda dengan bahan ajar lainnya, meliputi: 1 Bahan ajar apresiasi satra Melayu klasik memiliki nilai relevansi yang sesuai dengan kehidupan sosial peserta didik. Konsep belajar mengapresiasi sastra Melayu klasik yang terdapat dalam karya-karya sastra Melayu klasik sering mereka jumpai dalam kehidupan sehari- hari. nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra Melayu klasik memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai pelajar, anggota keluarga, masyarakat, dan warga negara. 2 Pada karya sastra Melayu klasik terdapat nilai-nilai karakter yang secara tidak langsung menuntun dan menasihati siswa dalam bertingkah laku. Sisipan nilai karakter pada cerita secara tidak langsung mendidik dan mengajarkan siswa untuk berpikir konkrit mengenai sebab-akibat yang akan terjadi jika mereka melakukan suatu tindakan. Misalnya, pada salah satu cerita dalam komik buta berisi tentang kejahatan dan kelicikan burung Kasuari akan berakibat buruk bagi burung Kasuari sendiri, 3 Pengembangan bahan ajar berisi materi yang menunjang pembelajaran apresiasi sastra Melayu klasik. Selain itu dilengkapi dengan pencantuman terjemahan karya sastra Melayu yang diharapkan mampu memudahkan siswa dalam mengapresiasi sastra Melayu klasik. Tidak hanya itu, nilai-nilai karakter yang didapatkan siswa juga turut disertakan dalam pengembangan bahan ajar apresiasi sastra Melayu klasik. Seperangkat bahan ajar yang sudah lengkap tersebut diharapkan mempermudah siswa dalam memahami materi sastra Melayu klasik dan mampu mengapresiasi sastraMelayu klasik tersebut sesuai dengan kaidahnya. Dalam hal ini siswa tidak terlalu bergantung pada guru ketika proses pembelajaran, namun secara inkuiri mampu menemukan, mengidentifikasi, dan membangun pemahaman sendiri serta mengonstruksi konsep pada peta kognitif mereka. 4.1.2.3 Prinsip Penggunaan Bahan Ajar Apresiasi Sastra Melayu Klasik bermuatan Karakter dalam Model CIRC untuk Siswa Kelas XI SMAMA Adapun sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan ajar apresiasi sastra Melayu klasik bermuatan karakter dalam model CIRC, sebagai berikut. 1. Bahan ajar ini digunakan dalam pembelajaran apresiasi sastra Melayu siswa dan guru SMA kelas XI. Bahan ajar ini akan lebih efektif apabila ditunjang dengan menggunakan model pembelajaran CIRC. Inti dari model CIRC, yakni 1 kegiatan yang berhubungan dengan cerita, 2 instruksi langsung dalam membaca pemahaman, 3 menulis dan seni bahasa terpadu Slavin, 2010. Tujuan utama model pembelajaran ini adalah untuk merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi pendekatan proses menulis pada pembelajaran membaca, menulis dan seni berbahasa yang akan banyak memanfaatkan kehadiran teman satu kelas karena model pembelajaran ini berciri kooperatif. Model CIRC ini dikembangkan atas dasar bahwa membaca lisan merupakan landasan pemahaman terhadap pesan 2. Penggunaan bahan ajar ini berprinsip pada asas kerjasama atau kooperatif, artinya siswa bekerja secara kelompok untuk mempelajari dan menguasai materi dan sistem penghargaan berorientasi kepada kelompok daripada individu, ini berarti pengetahuan merupakan hasil penemuan sosial dan sekaligus merupakan faktor dalam perubahan sosial. Prinsip kooperatif akan menumbuhkan rasa saling menghormati, kerja-sama, gotong-royong, serta meningkatkan hubungan kesetiakawanan sosial antarsiswa. 3. Penggunaan bahan ajar ini berprinsip pada asas ketelitian dan kecermatan dalam memahami cerita. Hal ini berkaitan dengan nilai- nilai karakter yang ditemukan oleh siswa harus sesuai dengan nilai karakter yang terkandung dalam cerita sastra Melayu klasik. Dengan begitu siswa akan berpikir cermat, teliti, dan tepat dalam memahami cerita. 4. Dalam penggunaannya, bahan ajar ini memiliki asas tujuan, yaitu bahan ajar ini digunakan agar dapat mengarahkan siswa untuk dapat aktif mengarahkan imajinasi dan kreativitas dalam memahami sebuah cerita. Dengan begitu penggunaan bahan ajar ini dapat membuat proses pembelajaran menjadi hidup, menarik, dan dapat menumbuhkan daya kreativitas siswa. 5. Penggunaan bahan ajar ini berprinsip interaksi, yaitu adanya kontak atau hubungan timbal-balik dan respon antarindividu, antarkelompok atau antarindividu dan kelompok sehingga terjadi suatu kontak sosial antarsiswa. Suatu kontak sosial tidak hanya bergantung dari tindakan atau kegiatan saja, tetapi juga dari tanggapan atau respon reaksi, juga feedback terhadap tindakan atau kegiatan tersebut. Melalui bahan ajar ini siswa belajar berinteraksi, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan sesama teman baik secara verbal maupun nonverbal.

4.1.3 Profil Pengembangan Bahan Ajar Apresiasi Sastra Melayu