diperkenalkan sebagai tambahan khusus terhadap pelajaran menulis daripada sebagai topik yang terpisah. Hasil akhir kegiatan ini adalah
pembublikasian karya siswa dalam bentuk buku tim atau kelas.
2.4 Sistem Reaksi
Sistem reaksi dalam model pembelajaran ini guru lebih berperan sebagai fasilitator yang hanya membimbing siswa untuk menemukan
karakteristik materi dan pola penulisan cerita. Dalam tahap penyajian karangan model, guru berperan sebagai penentu. Tahap analisis model
karangan, guru berperan sebagai fasilitator dan konfirmator. Selanjutnya pada tahap pelatihan menulis, guru bertindak sebagai pembimbing. Dalam
tahap pembahasan karya siswa, guru berperan sebagai hakim penilai yang bijaksana. Selanjutnya dalam tahap penugasan mandiri, guru benar-benar
membebaskan siswa menulis cerita dengan menggunakan kalimat mereka masing-masing. Tahap terakhir adalah apresiasi yang mengharuskan guru
bertindak sebagai moderator yang baik.
Bagan 1 Prinsip Reaksi Model CIRC
2.5 Dampak Pengiring
Dampak pengiring dalam model pembelajaran CIRC mempunyai nilai sertaandampak pengiring bagi pembelajaran. Dengan menggunakan
model CIRC, siswa dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi, berpartisipasi, berlaku jujur dalam menilai karya orang lain, dan dapat
menghargai serta memberikan apresiasi positif terhadap suatu karya.
Siswa dapat merasakan pentingnya membaca untuk menambah pengetahuan dan keterampilan untuk mengungkapkan gagasan dalam
tulisan. Akan tetapi, bacaan yang dijadikan contoh harus diimbangi dengan pemahaman kreativitas verbal agar siswa tidak terjebak dalam kegiatan
meniru atau plagiat.
Dampak instruksional yang diharapkan terjadi dalam pembelajaran
dengan model CIRC dapat digambarkan sebagai bagan berikut.
Bagan 2. Dampak Instruktusional dan Pengiring Model CIRC
Penerapan model CIRC
Dampak Dampak
1. Menguasai Karakteristik sastra
Melayu 2. Terampil menulis
kembali struktur dan nilai yang terkandung
dalam sastra Melayu
Menghargai karya Mengahragai pendapat
Lancar berkomunikasi
Meningkatkan Gemar membaca
2.6 Kerangka Berpikir
Kemampuan mengapresiasi sastra harus dikuasai oleh setiap orang, baik anak, orang tua, mengapresiasi sastra dalam kehidupan sehari-hari
sangatlah penting karena dapat memperoleh informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Begitu juga di sekolah, mengapresiasi sastra
mempunyai peranan penting karena dengan mengapresiasi sastra dapat
menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang lain.
Bahan ajar sastra Melayu yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran saat ini masih terbilang sedikit. Selain itu, bahan ajar yang
tersedia saat ini sulit dipahami oleh siswa, karena bahan ajar tersebut cenderung menggunakan bahasa Melayu. Hal ini tentu saja mampu
menghambat keterampilan siswa dalam mengapresiasi karya sastra melayu.
Oleh karena itu dibutuhkan bahan ajar yang sesuai dan mudah dipahami oleh siswa. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa
memahami isi kandungan yang terdapat dalam sastra Melayu.
2.7 Hipotesis Penelitian