xxxvii 0.88 gcm
3
. Pada P3 bulk density terbesar terdapat pada kedalaman 10-20 cm sebesar 0.97 gcm
3
, dan bulk density terkecil terdapat pada kedalaman 0-5 cm sebesar 0.79 gcm
3
. Peningkatan bulk density dari sebelum pengolahan tanah ke-sesudah pengolahan tanah diakibatkan karena pengaruh hujan yang turun sebelum dilakukannya
pengambilan contoh bulk density pada sesudah pengolahan tanah.
Tabel 7. Nilai bulk density sesudah panen
Perlakuan Kedalaman
cm Rata-Rata Bulk
Density gcm3 P1
A 0-5 0.85
B 5-10 0.86
C 10-20 0.98
P2 A 0-5
0.86 B 5-10
0.90 C 10-20
0.91 P3
A 0-5 0.85
B 5-10 0.93
C 10-20 0.93
Rata-rata bulk density sesudah panen sebesar 0.90 gcm
3
. Rata-rata bulk density terbesar pada P1 adalah pada kedalaman 10-20 cm yaitu sebesar 0.98 gcm
3
, dan bulk density
terkecil terdapat pada kedalaman 0-5 cm yaitu sebesar 0.85 gcm
3
. Pada P2, rata-rata bulk density terbesar juga terdapat pada kedalaman 10-20 cm yaitu sebesar
0.91 gcm
3
dan bulk density terkecil terdapat juga pada kedalaman 0-5 cm yaitu sebesar 0.86 gcm
3
. Pada P3, rata-rata bulk density terbesar terdapat pada kedalaman 5-10 cm dan 10-20 cm yang bernilai sama yaitu 0.93 gcm
3
, bulk density terkecil terdapat pada kedalaman 0-5 cm yaitu 0.85 gcm
3
.
3. Tahanan Penetrasi
Pengambilan titik dan pengukuran tahanan penetrasi diambil pada sebelum pengolahan tanah, sesudah pengolahan tanah, dan sesudah panen. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan penetrometer. Data pengukuran tahanan penetrasi sebelum pengolahan tanah, sesudah pengolahan tanah, dan sesudah panen dapat dilihat
pada Lampiran 5, 6, dan 7.
xxxviii Gambar 20. Grafik tahanan penetrasi sebelum olah tanah
Tahanan Penetrasi Sesudah Olah Tanah Sebelum Panen
5 10
15 20
25 30
35 40
45 10
20 30
40 50
Tahanan Penetrasi kgfcm 2
K e
d a
la m
a n
c m
MP MP + 1DH
MP + 2DH
Gambar 21. Grafik tahanan penetrasi sesudah olah tanah
Tahanan Penetrasi Setelah Panen
5 10
15 20
25 30
35 40
45 10
20 30
40
Tahanan Penetrasi kgfcm2
K e
d a
la m
a n
c m
MP MP + 1DH
MP + 2DH
Gambar 22. Grafik tahanan penetrasi setelah panen
xxxix Pada Gambar 20. Tahanan penetrasi baru mengalami kenaikan yang besar pada
kedalaman 15 cm sebelum pengolahan tanah. Hal ini menunjukkan bahwa tanah tersebut biasa digunakan sampai kedalaman 15 cm. Pada kedalaman 20-45 cm tahanan
penetrasi kembali menurun. Pada Gambar 21. Terlihat besar tahanan penetrasi yang jauh lebih kecil daripada besarnya tahanan penetrasi pada Gambar 21. Hal ini
menunjukkan bahwa setelah dilakukannya pengolahan tanah tahanan penetrasi akan mengecil. Kedalaman olah tanah berkisar antara 0-30 cm. Pada gambar 22 tahanan
penetrasi naik setelah kedalaman 30 cm. Pada Gambar 21 besarnya tahanan penetrasi lebih besar daripada Gambar 21. Hal ini disebabkan karena setelah pengolahan tanah
sampai dengan panen tanah terkena air hujan dan menyebabkan tanah menjadi padat lagi setelah kering.
4. Uji Kuat Geser Tanah
Pengujian kuat geser tanah dilakukan dengan mengambil masing-masing dua sampel tanah dari P0, P1, P2, dan P3 hanya pada sesudah panen pada kedalaman 0-5 cm
dan 5-10 cm. Beban yang diberikan dalam uji direct shear ini sebesar 0.5 kg dan 1.0 kg.
Gambar 23. Grafik nilai kuat geser tanah dengan beban 0.5 kg
xl Gambar 24. Grafik nilai kuat geser tanah dengan beban 1.0 kg
Pengujian kuat geser tanah dilakukan pada beban 0.5 kg dan beban 1.0 kg, didapat nilai kuat geser tanah yang tidak jauh berbeda dengan grafiknya. Dari grafik
terlihat nilai kuat geser tanah dengan beban 1.0 kg cenderung lebih besar daripada nilai kuat geser tanah dengan beban 0.5 kg.
5. Uji Konsistensi Tanah