xxi cm pada awak pertumbuhan. Sedangkan pada waktu pematangan dibutuhkan 75
sampai 100 cm dengan kelembaban nisbi yang relatif rendah Kay, 1973. Jenis tanah bagi pertumbuhan yang ideal adalah tanah lempung berpasir yang
gembur dengan kadar bahan organic yang tinggi dan ph sekitar 5.6-6.6 Kay,1973. Ubi jalar biasanya berumur 4-5 bulan. Di Indonesia umumnya ditanam diantara
dua musim pertanaman padi dan pada tahun 1977 produksi ubi jalar mencapai 75 kwintal per hektar Biro Pusat Statistik, 19781979.
Menurut Edmond dan Ammerman 1971, apabila pemanenan dilakukan pada cuaca dingin, atau pada saat hujan dengan temperatur di bawah 13ยบ C, maka dapat
menyebabkan kerusakan dingin. Kerusakan yang paling banyak dijumpai pada waktu pemanenan adalah kerusakan mekanis. Hal ini disebabkan karena cara pemanenan ubi
jalar adalah dengan cara penggilingan.
2. Manfaat Ubi Jalar
Di Indonesia penggunaan ubi jalar masih sangat sederhana. Ubi jalar umumnya digunakan sebagai makanan manusia melalui pengolahan-pengolahan seperti digoreng,
direbus, dibakar atau dibuat manisan dengan sirup. Pada skala yang kecil kadang- kadang ditemukan ubi jalar dalam bentuk irisan yang digarami dan dikeringkan, dan ada
juga yang dibuat bubur. Ubi jalar selain sebagai makanan manusia juga banyak digunakan sebagai makanan ternak Hajohutomo, 1952.
Steinbauer dan Kushman 1971, menyatakan bahwa ubi jalar dapat digunakan untuk produksi pati, untuk keperluan berbagai industri makanan beku, dikalengkan, serta
untuk campuran makanan bayi. Berbagai produk seperti roti, bahan penolong industri tekstil dan bahan pembuat
kosmetik dapat dibuat dari ubi jalar. Di Jepang ubi jalar digunakan sebagai bahan baku dalam industri alkohol, aston, asam laktat dan asam cuka, sedangkan kulitnya dijadikan
bahan dasar pembuatan pektin Kay, 1973 dan Van Oss, 1975.
3. Produksi Ubi Jalar di Indonesia
xxii Sampai kini produksi ubi jalar di Indonesia belum menggembirakan. Produksinya
cenderung stabil atau bahkan semakin menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 1985, luas areal panen 265.000 ha dengan produksi 2,16 juta ton BPS, 1985. Sebelas tahun
kemudian 1996 luas panen menciut sampai 213.000 ha, tetapi produksi menjadi 2 juta ton BPS,1996. Tahun 2001 luas panen susut menjadi 181.026 ha dengan produksi
sebesar 1.749.070 ton BPS, 2001. Produksi ubi jalar tahun 2002 tercatat sebesar 1.771.642 ton dengan luas panen 177.276
ha dan produktivitasnya rata-rata 10,0 tonha.
Tabel 1. Luas panen, produksi, dan hasil ubi jalar tahun 2000-2004
Uraian 2001
2002 2003
2004 Nasional
Luas Panen ha 181.026
177.276 198.187
181.882 Produksi ton
1.749.070 1.771.642 1.997.787 1.859.744 Hasil tonha
9,7 10,0
10,1 10,2
Jawa
Luas Panen ha 63.032
64.284 60.620
1.409 Produksi ton
686.940 734.658
700.175 709.815
Hasil tonha 10,9
11,4 11,6
11,6
Sumatera
Luas Panen ha 33.959
34.652 38.227
38.237 Produksi ton
311.431 322.951
357.949 359.916
Hasil tonha 9,2
9,3 9,4
9,4 Sumber : BPS, 2004
xxiii
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2007 sampai dengan bulan Maret 2008. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Mekanika dan Fisika Tanah, Jurusan
Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, dan di lahan Teknologi Benih, Leuwikopo, Bogor.
B. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Contoh tanah dari lahan percobaan
2. Pupuk Urea, KCl Kalium Chloride, ZA Zwavelzuur Ammonia dan TSP Triple Super Phosfat-36
3. Bibit ubi jalar Jenis Ceret Merah Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Cangkul 2. Traktor roda 4
3. Implemen traktor bajak singkal, garu piring, alat pengguludan tanah, 4. Oven
5. Ring sample 6. Meteran
7. Penetrometer 8. ACREG limit
9. Alat uji kuat geser 10. Timbangan digital
11. Wadah atau cawan 12. Ayakan tanah
13. Palu kayu 14. Plastik