xli Tabel 9. Nilai indeks plastisitas lahan Leuwikopo
Nama sampel
Batas Cair
Batas Plastis
Indeks Plastisitas
Sifat Tanah Kohesi
P01 60.47
22.92 37.55
Plastisitas tinggi Kohesif
P02 63.12
25.24 37.88
Plastisitas tinggi Kohesif
P11 58.45
17.55 40.9
Plastisitas tinggi Kohesif
P12 54.88
21.77 33.11
Plastisitas tinggi Kohesif
P21 52.21
21.98 30.23
Plastisitas tinggi Kohesif
P22 52.94
25.04 27.9
Plastisitas tinggi Kohesif
P31 54.44
20.77 33.67
Plastisitas tinggi Kohesif
P32 55.64
20.23 35.41
Plastisitas tinggi Kohesif
C. Analisis Hubungan Sifat Tanah dan Hasil Tanaman
Lahan yang digunakan mempunyai luas 2.000 m
2
dengan panjang 50 m dan lebar 40 m. Lahan dibagi menjadi 4 petak dengan perlakuan yang berbeda-beda
setiap petaknyadapat dilihat pada Gambar 5. Perlakuan dan Layout. Tanaman ubi pada petaklahan pertamaperlakuan tanpa pengolahan P0WT tidak tumbuh sejak
awal tanam, sehingga pengukuran dan perbandingan diameter ubi, panjang ubi, dan produksi ubi setelah panen hanya diukur pada perlakuan P1MP, P2MP + 1DH,
dan P3MP + 2DH.
1. Diameter Ubi
Pengukuran diameter ubi dibagi menjadi 3 terhadap masing-masing perlakuanpetak yaitu ubi dengan diameter besar, sedang, dan kecil. Tidak semua
ubi yang dipanen diukur diameternya hanya diambil beberapa contoh saja.
Tabel 10. Hasil pengukuran diameter ubi terhadap perlakuan
Perlakuan Diameter ubi
besar cm Diameter ubi
sedang cm Diameter ubi
kecil cm MP + 2DH
24.9 14.9
3 20.2
12.4 2.5
19.3 12
2.5 17
11.5 2
15.1 10
2
Rata-rata 19.3
12.2 2.4
xlii
MP + 1DH 11.5
9.5 3
11 9.3
2.5 11
9 2.5
10.2 8.3
2 9.5
8 2
Rata-rata 10.6
8.8 2.4
MP
12.5 9.5
3 10.4
9 2.5
10.3 9
2 9
8.7 2
9 8.2
2
Rata-rata
10.2 8.9
2.3 Tanaman ubi pada petak P0 dengan perlakuan tanpa pengolahan tidak
tumbuh sejak awal tanam. Dilihat dari kadar airnya, pada petak pertama P0 kadar air rata-ratanya sangat rendah yaitu 32.93 . Hal ini menunjukan tanah yang
gersang dan tidak subur yang menyebabkan ubi tidak tumbuh sejak awal tanam. Dilihat dari tahanan penetrasi, terlihat juga sebelum dilakukannya pengolahan
tanah, tahanan penetrasi tanah yang tidak diolah sangat besar dan menyebabkan ubi tidak tumbuh. Dilihat dari diameternya, ubi dengan diameter besar ada pada
perlakuan MP + 2DH pada petak ke-4 dengan bulk density 0.79 gcm3 pada kedalaman 0-5 cm dan 0.93 gcm3 pada kedalaman 5-10 cm pada saat sesudah
pengolahan tanah. Pada saat sesudah panen, bulk density naik menjadi 0.85 gcm3 pada kedalaman 0-5 cm dan 0.93 gcm3 pada kedalaman 5-10 cm dan terjadi
peningkatan kadar air. Pada perlakuan MP + 2DH ini, didapat indeks plastisitas 33.67 pada kedalaman 0-5 cm dan 35.41 pada kedalaman 5-10 cm. Tahanan
penetrasi pada perlakuan MP + 2DH ini tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Pada saat sesudah pengolahan tanah, nilai rata-rata tahanan penetrasi pada
perlakuan MP, MP + 1DH, dan MP + 2DH menunjukan angka yang sama pada kedalaman 5 cm, yaitu sebesar 4.33 kgfcm3. Dilihat dari diameter ubi yang
didapat setelah panen, diameter ubi pada perlakuan MP + 2DHtanah diolah dengan bajak singkal dan 2 kali pengolahan dengan garu piring lebih besarlebih
baik daripada perlakuan yang lain. Hal ini menunjukan bahwa semakin sempurna pengolahan tanah yang dilakukan, semakin baik pula hasil panen yang didapat.
xliii a
Hubungan Diameter Ubi dengan Perlakuan MP + 1DH
5 10
15
MP + 1DH
Perlakuan D
Ia m
e te
r u
b i
c m
Besar Sedang
Kecil
b
Hubungan Diameter Ubi dengan Perlakuan MP
5 10
15
MP
Perlakuan D
ia m
e te
r U
b i
c m
Besar Sedang
Kecil
c
xliv Gambar 25. Grafik hubungan diameter ubi dan perlakuan: a MP + 2DH, b MP +
1DH, c MP.
Gambar 26. Diameter ubi kecil
Gambar 27. Diameter ubi sedang
Gambar 28. Diameter ubi besar
xlv
2. Panjang Ubi