Kadar Air Sifat Fisik dan Mekanik Tanah

xxxiii

1. Kadar Air

Tabel 2. Nilai kadar air sebelum pengolahan tanah Perlakuan Kedalaman cm Kadar Air P0 A 0-5 26.49 B 5-10 35.04 P1 A 0-5 25.16 B 5-10 30.52 P2 A 0-5 33.01 B 5-10 27.82 P3 A 0-5 48.04 B 5-10 37.33 Kadar air yang berbeda antara lapisan atas permukaan dan lapisan bawahnya diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu cuaca dan suhu lingkungan. Kadar air rata-rata sebelum pengolahan tanah pada P0, P1, P2, P3 adalah berturut-turut 30.77 , 27.84 , 30.42 , dan 42.69 . Kadar air tertinggi terdapat di petaklahan ke-3 P3. Berdasarkan hasil rata-rata kadar air yang didapat, lahan sebelum dilakukannya pengolahan tanah memiliki rata-rata kadar air yang kecil. Hal ini disebabkan karena cuaca sedang berada dalam musim kemarau, dan lahan sudah lama tidak digunakan untuk percobaan atau penanaman tidak pernah diolah. Perlakuan yang kedua yaitu melakukan pengolahan pada lahanpetak P1, lahanpetak P2, dan lahanpetak P3 menggunakan traktor roda-4 dan menggunakan implemen bajak singkal. Setelah itu, pada petak P2 dilakukan lagi pengolahan dengan menggunakan implemen garu piring sebanyak 1 x, dan pada petaklahan P3 dilakukan pengolahan dengan menggunakan implemen garu piring sebanyak 2 x. xxxiv Gambar 18. Pembajakan pada P1, P2, dan P3 Gambar 19. Garu piring yang digunakan pada P2, dan P3 Rata-rata kadar air`setelah pengolahan tanah yang didapat untuk P1, P2, P3 berturut-turut adalah 44.39 , 39.38 , 38.56 . Kadar air tertinggi terdapat pada lahanpetak P1. Rata-rata kadar air pada perlakuan yang kedua ini lebih besar daripada rata-rata kadar air pada perlakuan pertama tanpa pengolahan tanah. Hal ini disebabkan karena tanah sudah mengalami pengolahan yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi fisik tanah dan memperbaiki infiltrasi air dan peredaran udara Nurhajati, 1986. Rata-rata kadar air juga meningkat karena turunnya sedikit hujan. Hasil pengukuran kadar air setelah dilakukan pengolahan tanah dapat dilihat pada Tabel 3. xxxv Tabel 3. Nilai kadar air setelah pengolahan tanah Perlakuan Kedalaman cm Kadar Air P1 A 0-5 42.52 B 5-10 46.27 P2 A 0-5 36.09 B 5-10 42.68 P3 A 0-5 35.12 B 5-10 42.00 Setelah dilakukan pengolahan tanah pada petaklahan P1, petaklahan P2, dan petaklahan P3, semua lahan termasuk petaklahan P1 yang tidak diolah, ditanami dengan bibit ubi jalar. Sebelum ditanami bibit ubi jalar, petaklahan P1, petaklahan P2, dan petaklahan P3 dibuat guludan. Pembuatan guludan dengan menggunakan traktor roda-4 dan implemen Furrower. Setelah proses pemanenan, dilakukan lagi pengambilan contoh tanah dari P1, P2, dan P3 untuk kadar air, dan bulk density. Hasil pengukuran kadar air sesudah panen dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai kadar sesudah panen Perlakuan Kedalaman cm Kadar Air P1 A 0-5 36.1 B 5-10 42.16 C 10-20 44.16 P2 A 0-5 39.06 B 5-10 42.35 C 10-20 48.29 P3 A 0-5 38.03 B 5-10 43.33 C 10-20 48.00 Rata-rata kadar air sesudah panen yang didapat untuk P1, P2, P3 berturut-turut adalah 40.8 , 43.23, 43.12 . Kadar air tertinggi terdapat pada lahanpetak P2 dan tidak jauh berbeda dengan rata-rata kadar air pada lahanpetak P3. Rata-rata kadar air pada perlakuan yang kedua ini lebih besar daripada rata-rata kadar air pada perlakuan xxxvi pertama tanpa pengolahan tanah dan setelah pengolahan tanah. Hal ini disebabkan karena sudah datangnya musim hujan.

2. Bulk density