97 baku transportasi kapalperahu motor atau kendaraan bermotor untuk pergi ke
tambak. Berdasarkan tanda positif parameter dari hasil analisa mengandung arti semakin sering petambak pergi ke tambak dan mengelola tambaknya akan
berpeluang meningkatkan produksi, karena tambak akan terpelihara dan terjaga sirkulasi airnya dengan baik walaupun tanpa bantuan pompa ataupun aerasi, lalu
terpelihara dari segala kebocoran tanggul, hama ular, kepiting dan lain sebagainya.
6.2.2. Analisis Fungsi Keuntungan Dugaan Usaha Tambak Udang
Faktor-faktor yang diamati dalam analisis ini adalah 1 upah tenaga kerja, 2 harga benur, 3 harga pakan, 4 harga pupuk, 5 harga pestisida, 5 harga
bahan bakar, dan 6 dummy KSM I, II, dan III. Hubungan antara keuntungan dengan variabel tersebut dinyatakan dalam Tabel 21.
Berdasarkan hasil pendugaan fungsi keuntungan yang sudah terkoreksi dari
penyimpangan klasik
seperti multicollinearity
, autokorelasi
dan heteroskedastisitas pada taraf kesalahan 5 persen uji penyimpangan pada
Lampiran 3 dan 4 diperoleh nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0.807 yang berarti bahwa 80.7 persen keragaman keuntungan usaha tambak udang dapat
dijelaskan oleh faktor yang diamati yaitu 1 dummy sumber modal usaha 2 luas lahan, 3 upah tenaga kerja, 4 biaya benur, 5 biaya pakan, 6 biaya pupuk, 7
biaya pestisida, dan 8 biaya bahan bakar transportasi berupa bensin atau solar, sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor lainnya yang tidak termasuk di dalam
model. Hasil uji F menunjukkan nyata pada taraf kesalahan satu persen, yang
berarti bahwa model fungsi keuntungan dugaan dapat digunakan untuk meramal hubungan antara peubah yang diamati dengan keuntungan usaha tambak udang.
98 Dari hasil uji t pada Tabel 21 menunjukkan bahwa keuntungan usaha tambak
udang dipengaruhi secara nyata oleh KSM I, harga benur, harga pakan, dan harga bahan bakar pada taraf nyata 20 persen. Input lainnya, seperti variabel kualitatif
KSM II, KSM III, upah tenaga kerja, harga pupuk, dan harga pestisida pada pengamatan menunjukkan tidak signifikan terhadap keuntungan usaha tambak
udang hingga taraf kesalahan 20 persen. Tabel 21. Hasil Pendugaan Fungsi Keuntungan Jangka Pendek Usaha Tambak
Udang
Peubah Parameter
Dugaan Standar
Error Statistik
t Prob
|T| VIF
Intersep KSM I, Modal Sendiri D
1
KSM II, Modal Ponggawa D
2
KSM III, Kredit Bank D
3
HargaTenaga Kerja LnV’
1
Harga Benur LnV’
2
Harga Pakan LnV’
3
Harga Pupuk LnV’
4
Harga Pestisida LnV’
5
Harga Bahan Bakar LnV’
6
-2.779 1.350
-1.040 0.832
-0.284 -0.574
-0.872 -0.211
-0.275 -0.520
1.674 0.902
0.929 1.058
0.366 0.348
0.493 0.303
0.228 0.112
-0.660 1.498
-1.119 0.787
-0.775 -1.647
-1.767 -0.969
-1.205 -4.625
0.105 0.142
0.209 0.346
0.443 0.107
0.084 0.490
0.235 0.001
0.000 1.986
2.777 1.806
3.397 8.254
7.208 2.616
2.992 2.390
F hitung 0.0001
R -square 0.807
R-Adj 0.763
Durbin-Watson 2.067
Hasil penaksiran OLS menunjukkan petambak yang menggunakan sumber modal sendiri mendapatkan keuntungan yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan
KSM lainnya, jadi sumber modal sendiri tersebut penting signifikan mempengaruhi tingkat keuntungan. Hal ini diduga karena tingkat harga input
petambak KSM I cenderung relatif lebih rendah. Petambak KSM I umumnya merupakan petambak yang sudah lama berusaha di bidang pertambakan
dibandingkan dengan KSM lainnya sehingga dianggap sebagai petambak yang memiliki modal besar petambak bermodal besar. Diduga, dari besarnya modal
yang dimiliki maka petambak KSM I cenderung membeli input dalam jumlah
99 yang banyak sekaligus partai. Hal ini lebih menguntungkan, karena biaya input
yang dikeluarkan menjadi lebih rendah dibandingkan bila membelinya dalam jumlah sedikit, apalagi petambak KSM I sudah menjadi pelanggan tetap produsen
penjual input sehingga berpeluang memperoleh potongan harga. Variabel harga benur adalah -0.574, parameter dugaan bertanda negatif
dan signifikan pada taraf nyata 20 persen. Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan seribu rupiah upah tenaga kerja akan menyebabkan besarnya total biaya
dan akhirnya mengurangi jumlah keuntungan Rp. 574, dengan syarat input lain tetap, ceteris paribus. Untuk variabel harga pakan adalah -0.872, parameter
dugaan bertanda negatif dan signifikan pada taraf nyata 20 persen. Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan seribu rupiah harga pakan akan menyebabkan
besarnya total biaya dan akhirnya mengurangi jumlah keuntungan Rp. 874, dengan syarat input lain tetap, ceteris paribus.
Untuk variabel harga bahan bakar adalah -0.520, parameter dugaan bertanda negatif dan signifikan pada taraf nyata 20 persen. Hasil analisis
menunjukkan bahwa kenaikan seribu rupiah harga bahan bakar akan menyebabkan besarnya total biaya dan akhirnya mengurangi jumlah keuntungan
Rp. 520, dengan syarat input lain tetap, ceteris paribus. Secara keseluruhan, kondisi ini mengindikasi bahwa dalam keadaan di
mana teknologi adalah netral, maka peranan harga benur, harga pakan, dan harga bahan bakar adalah semakin besar. Dengan kata lain, andaikan pada waktu
tertentu tidak terjadi perubahan teknologi tetapi terjadi kenaikan keuntungan, maka kenaikan tersebut disebabkan karena peranan harga benur, harga pakan, dan
harga bahan bakar.
100
6.2.3. Penggunaan Input Optimal