27
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Konsep Fungsi Produksi
Output keluaran dari suatu sistem produksi usaha merupakan fungsi dari
input masukan yang digunakan dalam sistem produksi. Hubungan fisik antara masukan dan keluaran dikenal dengan fungsi produksi. Menurut Debertin 1986,
fungsi produksi adalah hubungan teknis yang mentransformasi input menjadi output.
Dua faktor produksi yang paling penting adalah modal dan tenaga kerja. Modal adalah seperangkat sarana yang dipergunakan para pekerja, sedangkan
tenaga kerja adalah waktu yang dihabiskan orang untuk bekerja. Fungsi produksi dapat mencerminkan teknologi yang digunakan untuk mengubah modal dan
tenaga kerja menjadi output, sehingga perubahan teknologi mempengaruhi fungsi produksi Mankiw, 2003.
Gambar 1 menunjukkan penggunaan tenaga kerja yang sama bila teknologi berubah, sehingga produksi akan naik dari Y
ke Yi. Dalam penggunaan teknologi diperlukan tambahan modal. Menurut Sudarsono 1983 bila modal
ditambah, produktivitas satuan tenaga kerja akan naik sehingga kuantitas produksi yang dihasilkan akan naik pula. Pengaruh penambahan modal terhadap tingkat
produktivitas tenaga kerja dan produksi dapat dilihat pada Gambar 2.
28
Gambar 1. Perubahan Teknologi
Gambar 2. Tambahan Modal dan Produksi
29 Soekartawi 2003 menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
produksi dapat dibedakan dua kelompok, yaitu: 1. Faktor produksi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat
kesuburannya, bibit benur, nener, varitas, pupuk, obat-obatan, gulma dan sebagainya.
2. Faktor sosial-ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat pedapatan, risiko dan ketidakpastian, kelembagaan,
tersedianya kredit dan sebagainya. Faktor-faktor produksi input tersebut dikorbankan untuk menghasilkan
produksi output. Hubungan antara input dan output disebut dengan ”factor relationship
” yang ditulis:
n i
X X
X X
f Y
..... ,
...... ,
,
2 1
= ......................................................... 3. 1
dimana: Y = Produksi atau variabel yang mempengaruhi X, dan
X
i
= Input produksi i
= 1, 2, 3, ..........n Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan menjadi
dua macam, yaitu modal tetap dan tidak tetap biasanya disebut modal variabel. Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh modal tersebut.
Faktor produksi seperti tanah, bangunan dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. Dengan demikian, modal tetap dapat didefinisikan
sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut. Sebaliknya modal tidak tetap atau modal variabel
adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali
30 proses produksi, misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih
benur, pupuk, obat-obatan, atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relatif pendek short term dan tidak
berlaku untuk jangka panjang long term. Soekartawi, 2003. Deskripsi yang ditunjukkan Gambar 3 dan tiga tahapan dalam kurva
produksi neoklasik, meliputi: Tahap I
: Increasing AP Average Product Tahap II
: Decreasing AP saat MP Marginal Product adalah positif; dan Tahap III
: MP negatif Bentuk operasi tahap kedua merupakan keadaan memaksimumkan
keuntungan, sedangkan tahap I dan III menunjukkan ketidakefisienan proses produksi. Non efisiennya tahap III karena adanya tambahan unit input X
i
yang berlebihan sehingga terjadi penurunan output, sedangkan ketidakefisiennya tahap
I ialah tambahan unit input X
1
masih dapat terus ditingkatkan ditambah. Pada tahap II tidak saja pengetahuan teknologi produksi yang optimal untuk mencapai
keuntungan maksimum profit maximising namun informasi pengetahuan harga input dan output juga perlu diketahui dan diperlukan Coeli, et al ,1998.
Dengan mengaitkan TP, MP dan AP maka hubungan antara input dan output dapat diketahui, baik elastisitas produksi maupun proses produksi yang
sedang berjalan dalam keadaan elastisitas produksi rendah atau sebaliknya. Pada tahapan pertama terjadi peristiwa tambahan input yang menyebabkan tambahan
output yang semakin menaik increasing rate kemudian menurun decreasing rate
sampai MP yang negatif. Tahap I, II dan III masing-masing mewakili daerah
31 I, II dan III, yaitu suatu daerah yang menunjukkan elastisitas e produksi yang
besarnya berbeda-beda Soekartawi, 2003.
Gambar 3. Fungsi Produksi Neoklasik dan Tiga Tahapan Proses Produksi
e = 0
e = 1
inflection Point
Y
X
AP AP,
MP
MP STAGE I
STAGE II STAGE III
32 Elastisitas produksi E
p
adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari persentase perubahan dari input. E
p
ini dapat dituliskan:
Y X
X Y
E
p
. ∆
∆ =
.............................................................................. 3. 2 Karena
Y X adalah MP, maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MP dari suatu input misalnya input X
1
dan rata-rata produk AP. Menurut Soekartawi 2003, fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi
atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan, Y, dan yang lain
disebut variabel independen, yang menjelaskan, X. Fungsi produksi Cobb- Douglas biasa disebut juga fungsi produksi eksponensial. Karena ada bilangan
berpangkat maka penyelesainnya diperlukan bantuan logaritma, adapun beberapa persyaratan yang harus dipenuhi:
1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol karena logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui infinite.
2. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan non-neutral difference in the respective technologies.
Ini artinya, kalau fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan; dan bila diperlukan analisis yang memerlukan labih dari
satu model katakanlah dua model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis slope model tersebut.
3. Berlaku asumsi tambahan hasil yang semakin berkurang diminishing returns untuk semua variabel X, yakni koefisien X harus positif dan lebih kecil dari
satu.
33 4. Perbedaan lokasi pada fungsi produksi seperti iklim adalah sudah tercakup
pada faktor kesalahan, µ. Ada tiga alasan pokok mengapa fungsi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai:
1. Penyelesaian Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain, seperti fungsi kuadratik fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah
ditransfer ke bentuk linier. 2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan
koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas. 3. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return to
scale .
3.2. Prinsip Keuntungan