36 Selain memaksimumkan keuntungan, dalam UOP-Cobb-DouglasProfit
Function juga berlaku asumsi lainnya, yaitu:
1. Fungsi keuntungan adalah menurun bersama dengan bertambahnya jumlah
fixed variable faktor produksi tetap.
2. Masing-masing individu sampel memperlakukan harga input yang bervariasi
sedemikian rupa dalam usaha memaksimumkan keuntungan. 3.
Walaupun masing-masing individu petani atau pengusaha mempunyai fungsi produksi yang sama tetapi fungsi tersebut menjadi berbeda kalau ada
perbedaan penggunaan input tetap yang berbeda jumlahnya.
3.3. Peran Permodalan Bagi Petambak
Menurut Dahuri 2003, modal memiliki peranan penting dalam memperbesar kapasitas produksi. Besarnya potensi sumberdaya perikanan dan
kelautan membutuhkan investasi untuk pembentukan modal. Berdasarkan pendekatan ekonomi, bahwa setiap output dalam setiap kegiatan satu unit modal
akan memperbesar satu satuan output dalam kegiatan produksi, terutama dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Hadirnya modal dalam kegiatan perikanan akan
mendorong kehadiran teknologi maju, pembentukan overhead sosial dan ekonomi, pembentukan jaringan bisnis perikanan pemasaran, pengendalian mutu seperti
benur, efisiensi dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kapital merupakan faktor produksi vital yang harus
dipenuhi petambak dalam proses usahataninya. Besarnya modal usaha tambak umumnya bervariasi antar petambak yang satu dengan yang lain. Menurut hasil
penelitian Haqiqiansyah 1999, ketersediaan modal usaha petambak di Kabupaten Kutai Kartanegara bervariasi antara Rp. 1.5 juta sampai Rp. 45 juta
37 permusim panen, tergantung pada luas lahan usaha yang digarap. Ketersediaan
sumber modal tersebut berasal dari modal sendiri, modal nonformal dan modal formal seperti lembaga keuangan.
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui konsepsi Gerbang Dayaku dan strategi pembangunan perwilayahan berupaya membantu
permasalahan modal usaha tersebut melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat. Salah satunya melalui penyaluran kredit bunga nol persen atau modal bergulir
kepada masyarakat dan petambak Muara Badak khususnya. Program ini diharapkan berdampak kepada percepatan pengembangan ekonomi dan dapat
mempercepat proses pembangunan secara menyeluruh Renstra Kabupaten Kutai Kartanegara, 2003.
Visi program modal bergulir Gerbang Dayaku ialah terwujudnya masyarakat madani yang sejahtera, mandiri dan berkualitas dengan
pemberdayaan sumberdaya pembangunan yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah dan lestari, sedangkan misinya ialah:
1. Menyelenggarakan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab.
2. Melaksanakan amanat perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah secara adil untuk kemakmuran masyarakat. 3.
Mengatur, membagi dan memanfaatkan sumber daya alam secara proporsional sesuai dengan prinsip-prinsip kelestarian, demokrasi, keadilan dan pemerataan.
4. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dengan memberikan perhatian
utama pada terpenuhinya kebutuhan dasar pada golongan masyarakat berpenghasilan rendah.
38 5.
Memberdayakan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi dengan mengembangkan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar
dan berbasis pada SDA dan sumber daya manusia SDM yang produktif, maju, mandiri, mempunyai daya saing berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan. 6.
Mewujudkan kehidupan sosial budaya yang berahlak mulia, dinamis, kreatif dan mempunyai daya tahan terhadap pengaruh global.
7. Meningkatkan SDM yang menguasai IPTEK dan IMTAQ menuju era
globalisasi. 8.
Menyediakan infrastruktur dalam rangka peningkatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat.
9. Mewujudkan aparatur pemerintah kabupaten yang profesional untuk melayani
masyarakat dan bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme KKN. 10.
Menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi. Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan formal lainnya
mempunyai fungsi sebagai penghimpun dan penyalur kredit kepada masyarakat untuk kegiatan-kegiatan produktif, sehingga perbankan mempunyai peranan
strategis dalam perekonomian dan pembangunan serta dalam distribusi pendapatan masyarakat. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa bank-bank
umum di Indonesia belum dapat menjangkau masyarakat kecil baik yang berada di perkotaan maupun perdesaan Haryanto, 2001.
Persyaratan atau prosedur yang ketat menyebabkan petambaknelayan sering melirik lembaga perkreditan nonformal seperti tengkulak dalam hal ini
ponggawa karena prosedur dan mekanismenya dianggap lebih mudah. Keadaan
39 ini sering menyebabkan petambaknelayan terperangkap dengan hutang yang
berkelanjutan Rarung, 1997. Ditambahkan Sidik 2000, hubungan antara petambak dan ponggawa atau tengkulak merupakan ikatan kerjasama yang sudah
berakar dari budaya masyarakat dan berlangsung sejak lama. Ponggawa ponggawa besar atau kecil adalah sebutan dalam bahasa
daerah suku bugis, yaitu pemilik lahan luas yang melakukan usaha budidaya tambak secara tidak langsung menyewakanmenyakapkan, atau meminjamkan
modal udang dan saprotan pada petambak, atau pedagang pengumpul yang memasarkan hasil produksi ketangan eksportir atau melakukan seluruh peran
tersebut Purnamasari, 2002. Seperti halnya ponggawa, sebutan tengkulak dan rentenir biasanya ditujukan pada pemilik modal dan pembelipedagang
pengumpul tapi mereka umumnya tidak berpartisipasi langsung sebagai pembudidaya sedangkan para ponggawa merupakan pembudidaya usaha tambak.
3.4. Kerangka Pemikiran Operasional