Lahan Usaha Tambak Udang Responden

76 mencurahkan tenaganya bekerja ditambak bersama-sama walaupun tidak sebanyak curahan kerja pekerjanya. Contoh bentuk kerja sama antara petambak pemilik dan pekerjanya dalam pengelolaan tambak ialah perbaikan dan menambal kebocoran tanggul, buka tutup pintu tambak saat air pasang dan surut, membuat parit, menaikkan lumpur, pembasmian hama ular, kepiting, siput, trisipan, lumut, ikan-ikan buas dan lain-lain. Kadang-kadang apabila curahan tenaga kerja tidak memenuhi pekerjaan yang harus dilakukan maka dipanggil buruh kerja lain yang diupah dengan perhitungan harian atau borongan untuk membantu bekerja.

5.5.2. Lahan Usaha Tambak Udang Responden

Usaha tambak responden di lokasi penelitian termasuk dalam ciri dan katagori tambak yang tradisional atau ekstensif, yakni pengelolaan air dengan menggantungkan pasang surut-air tanpa pompa dan aerasi, tidak menggunakan pakan formula lengkap atau pakan tambahan yang tepat seperti pelet, ukuran petak tambak yang luas ada yang melebihi lima hektar dan produktivitasnya relatif rendah kurang dari 500 kg setahun. Umumnya penggunaan lahan usaha responden seluruhnya dibangun untuk lahan tambak. Luas setiap petak tambak berukuran 2 sampai 10 hektar dengan jarak tanggul dan bibir alur anak sungai Mahakam pertemuan air tawar dan air laut antara 10 sampai 20 meter. Bahan tanggul adalah tanah dan memiliki satu pintu air setiap petak tambak. 77 Faktor yang menyebabkan terjadinya pembukaan lahan tambak yang terpola dalam tingkah laku responden di bidang pertambakan tersebut, diantaranya adalah: 1. Adanya kemudahan pemerintah dalam perizinan bangunan tambak di lahan Delta Mahakam, padahal seperti diketahui bahwa lahan Delta Mahakam termasuk lahan yang labil. Secara ekologi, wilayah ini mempunyai keunggulan komparatif yang sangat dipengaruhi oleh ekosistem darat dan laut yang sama kuatnya. 2. Adanya insentif harga udang pada saat krismon, dimana udang windu dapat mencapai harga tertinggi Rp. 200 ribukg terutama pada pengalaman empiris tahun 19971998 yang diikuti masuknya teknologi eksavator beko sehingga mempercepat pembukaan lahan. Di areal lahan tambak responden umumnya dilengkapi sebuah pondok atau rumah kecil yang berfungsi sebagai tempat beristirahat dan tempat tinggal para buruh tambak kepercayaan pemilik tambak. Tata letak tambak umumnya tidak beraturan, pembangunannya disesuaikan dengan lahan yang dimiliki petambak. Jenis tanah yang ada di hamparan pertambakan termasuk tanah aluvial. Tanah ini terbentuk endapan hasil erosi dari aliran sungai Mahakam yang secara morfologi berlapis-lapis dan tampak jelas, serta mengandung cukup banyak unsur hara. Sistem irigasi di pertambakan pada wilayah ini mengandalkan alur anak sungai alami dan muara-muara, dengan memanfaatkan daerah perairan tersebut sebagai sumber air tambak. 78 Tebel 12 menunjukkan luas lahan masing-masing KSM setiap responden, yaitu 13.6 hektar dari KSM I, 7 hektar untuk KSM II, 8 hektar untuk KSM III, dan 3 hektar untuk KSM IV. Adapun rata-rata luas lahan tambak yang dimiliki setiap responden adalah 7 hektar. Data sampling menunjukkan lahan tambak terluas adalah terletak di desa Saliki, yaitu 230.3 hektar, 38 hektar terdapat di desa Tanjung Limau dan 66.2 hektar Muara Badak Ulu. Luas lahan tambak yang dimanfaatkan responden di tiga desa tersebut ialah 334.5 hektar. Jika dibandingkan dengan data luas lahan yang difungsikan menurut data Dinas Perikanan dan Kelautan di kecamatan Muara Badak tahun 2005 menunjukkan 14 persen lahan tambak telah dimanfaatkan 50 responden pada penelitian sedangkan luas lahan tambak yang terdapat di kecamatan Muara Badak, yaitu 2.40 ribu hektar. Tabel 12. Rata-Rata Luas Lahan Tambak Udang Setiap Responden di Desa Saliki, Tanjung Limau dan Muara Badak Ulu Hektar Luas Lahan Tambak Desa KSM Jumlah orang Saliki Tanjung Limau Muara Badak Ulu Jumlah Persentase Rata- Rata Luas Lahan Tambak I 12 62.3 2 53.2 117.5 35.1 13.6 II 22 144.5 10 4.0 158.5 47.4 7.0 III 6 13.5 16 6.0 35.5 10.6 8.0 IV 10 10.0 10 3.0 23.0 6.9 3.0 Jumlah 50 230.3 38 66.2 334.5 100.0 7.0 Sumber: Data Primer diolah, 2007 Keterangan: KSM I : Kelompok Sumber Modal Sendiri KSM II : Kelompok Sumber Modal Ponggawa KSM III : Kombinasi Kelompok Sumber Modal Bank dan Sendiri KSM IV : Kombinasi Kelompok Sumber Modal Bergulir dan Sendiri 79

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Kondisi Permodalan dan Sumber Modal Usaha Tambak Udang