Rumusan Masalah PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5 mulai digulirkan pada tahun anggaran 20012002, yang diwujudkan melalui pemberian dana Rp. 2 Milyar pada setiap desa, dengan alokasi 35 persen untuk pengembangan ekonomi masyarakat yakni pemberdayaan kegiatan ekonomi masyarakat di wilayah perdesaan dengan mengembangkan penyaluran kredit dengan bunga nol persen sebagai pengembangan kegiatan sosial ekonomi produktif unggulan. Alokasi dana lainnya adalah untuk peningkatan Sumber Daya Manusia SDM perdesaan sebanyak 30 persen dan 35 persen sisanya untuk pembangunan infrastruktur perdesaan Lenggono, 2004.

1.2. Rumusan Masalah

Menurut isi Renstra Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2003, Kecamatan Muara Badak merupakan basis kawasan pengembangan budidaya tambak Kutai Kartanegara Wilayah Pengembangan Terpadu I. Namun permasalahan muncul, bahwa tambak udang di Kecamatan Muara Badak sebagian terhenti berproduksi, sebagian tetap bertahan proses produksinya, dan ada yang mengalami penurunan produksi sehingga berdampak pada penerimaan dan keuntungan berbeda sementara kegiatan pertambakan merupakan mata pencaharian utama masyarakat setempat. Terbatasnya penggunaan jumlah input produksi dan perbedaan harga jual output antar petambak diindikasi mempengaruhi kondisi tingkat produksi, penerimaan dan akhirnya keuntungan petambak. Data dari Dinas Perikanan Tenggarong Kabupeten Kutai Kartanegara menjelaskan produksi tambak udang Muara Badak relatif mengalami penurunan yaitu dari 845.4 ton pada tahun 2004 turun menjadi 845.4 ton pada tahun 2005. Angka ini menunjukkan prosentase penurunan sebanyak 40.8 persen, sedangkan untuk penurunan produktivitas usaha tambak udang yaitu dari 0.18 ton ha 6 menjadi 0.14 tonha, dengan persentase penurunan 22.2 persen, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Adapun pada tahun 2001 sampai 2003 produksi dan produktivitas usaha tambak udang relatif bertahan. Tabel 3. Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Budidaya Tambak Udang Kecamatan Muara Badak Tahun 2001-2005 Tahun Uraian Satuan 2001 2002 2003 2004 2005 Produksi Ton 934.50 997.20 1 027.20 845.40 500.60 Luas Produksi Hektar 4 792.00 4 792.00 4 793.00 4 798.00 3 640.00 Produktivitas Tonha 0.19 0.20 0.21 0.18 0.14 Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Kutai Kartanegara, 2005 Berbagai identifikasi masalah dan upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas udang di Muara Badak telah dilakukan pemerintah Kabupaten setempat, diantaranya melalui penyaluran kredit bunga nol persen yang disebut modal bergulir sebagai program pengembangan ekonomi kerakyatan. Upaya ini diharapkan berdampak pada peningkatan produksi, penerimaan dan keuntungan petambak Muara Badak dimasa depan. Respon Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui penyaluran modal bergulir ini menunjukkan bahwa masalah sumber modal yang digunakan petambak berdampak pada tingkat produksi dan keuntungan usaha tambak udang. Observasi awal menginformasikan, selain modal bergulir Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat pula modal sendiri, pinjaman dari ponggawa dan kredit bank sebagai sumber modal usaha tambak udang di Muara Badak. Namun, bagi petambak keberadaan modal bergulir lebih diminati karena jumlah pinjaman modal bergulir tersebut dapat dijadikan tambahan modal kerja. Modal bergulir sebagai salah satu sumber modal dari lembaga keuangan pemerintah yang dianggap petambak pengembaliannya relatif lebih ringan dan 7 tidak mengurangi tingkat keuntungan petambak dibandingkan sumber modal pinjaman lainnya, walaupun terbatas pada kalangan petambak yang memenuhi syarat. Selanjutnya, petambak Muara Badak ada yang telah menggunakan modal sendiri secara keseluruhan untuk proses produksinya dan sebagian ada yang belum mampu memenuhi kebutuhan usaha tambak udang karena terkait biaya produksi yang relatif tinggi, terbukti petambak mengkombinasi modal sendiri dengan modal lainnya dan ada petambak yang keseluruhan modal usahanya adalah dari pinjaman. Petambak yang mampu menggunakan modal sendiri dalam proses produksi ialah petambak yang berhasil memperoleh dan menghimpun modal dari surplus usaha tambak atau lainnya dan tabungan. Sejak lama, lembaga nonformal perorangan seperti ponggawa merupakan sumber menggantungkan pinjaman modal mayoritas petambak Muara Badak, baik berupa uang tunai, input produksi ataupun dalam bentuk benur. Fasilitas kemudahan dan mekanisme penyaluran dana yang diberikan ponggawa pun menjadi daya tarik petambak untuk meminjam modal karena prosedur peminjamannya tidak berbelit-belit dan tidak dilengkapi syarat-syarat seperti halnya proses peminjaman di perbankan. Namun, konsekuensinya petambak harus menjual produksinya kepada ponggawa yang memberikan modal. Kondisi ini berdampak pada tingkat profitabilitas rendah bagi petambak, karena petambak hanya berposisi menerima harga yang ditetapkan ponggawa secara sepihak dan tidak memiliki pilihan lain untuk menjual produknya ke pedagang lain dengan harga yang lebih tinggi. 8 Lembaga keuangan seperti bank pada hakekatnya lembaga keuangan yang fungsinya sebagai penyedia jasa keuangan, sehingga mampu memobilisasi dana dari masyarakat dan kemudian disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Namun, fungsi bank sebagai penyalur kredit kurang populer di kalangan masyarakat petambak Muara Badak, diduga karena proses mekanisme peminjamannya dianggap petambak berbelit-belit dan relatif panjang sehingga tidak banyak petambak memanfaatkan lembaga keuangan ini. Kalaupun ada yang meminjam, terbatas pada petambak yang memiliki pengetahuan dan yang mampu memenuhi komponen mekanisme pinjaman dana bank. Kenyataan menunjukkan bahwa bank-bank umun swasta masih belum dapat menjangkau kebutuhan permodalan masyarakat kecil di perdesaan menyeluruh. Sulitnya lembaga keuangan seperti bank memberikan dana bantuan kepada petambak menurut hasil penelitian Asrial 2001 dikarenakan 1 belum tersedianya paket kredit perbankan untuk kegiatan produksi perikanan, khususnya budidaya udang, 2 kebijakan perbankan yang memberikan bantuan dana hanya pada pedagang hasil perikanan, 3 terdapatnya kesan dimasyarakat bahwa usaha tambak udang mempunyai resiko tinggi, 4 sistem jaminanagunan fisik seperti tanah, bangunan dan lain-lain yang diterapkan perbankan, 5 pengalaman menunjukkan para petambak sulit mengembalikan dana pinjaman sesuai kesepakatan bersama karena belum mampu berproduksi secara sinambung dan menguntungkan, dan 6 petambak memiliki tanah tambak yang belum dan tidak bersertifikat yang menjadikan nilai. 9 Dari uraian di atas, perlu upaya pengkajian dampak berbagai sumber modal terhadap produksi dan profitabilitas usaha tambak udang di Muara Badak, sehingga beberapa masalah yang selanjutnya menjadi fokus penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kondisi permodalan dan sumber modal bagi petambak udang di Muara Badak Kutai Kartanegara? 2. Bagaimana dampak berbagai sumber modal terhadap produksi dan profitabilitas tambak udang di Muara Badak? 3. Bagaimana persepsi petambak Muara Badak atas mekanisme berbagai sumber modal yang ada di Muara Badak, termasuk program bergulir pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara? 1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian