39 ini sering menyebabkan petambaknelayan terperangkap dengan hutang yang
berkelanjutan Rarung, 1997. Ditambahkan Sidik 2000, hubungan antara petambak dan ponggawa atau tengkulak merupakan ikatan kerjasama yang sudah
berakar dari budaya masyarakat dan berlangsung sejak lama. Ponggawa ponggawa besar atau kecil adalah sebutan dalam bahasa
daerah suku bugis, yaitu pemilik lahan luas yang melakukan usaha budidaya tambak secara tidak langsung menyewakanmenyakapkan, atau meminjamkan
modal udang dan saprotan pada petambak, atau pedagang pengumpul yang memasarkan hasil produksi ketangan eksportir atau melakukan seluruh peran
tersebut Purnamasari, 2002. Seperti halnya ponggawa, sebutan tengkulak dan rentenir biasanya ditujukan pada pemilik modal dan pembelipedagang
pengumpul tapi mereka umumnya tidak berpartisipasi langsung sebagai pembudidaya sedangkan para ponggawa merupakan pembudidaya usaha tambak.
3.4. Kerangka Pemikiran Operasional
Secara umum masalah utama yang perlu dipikirkan sehubungan dengan usaha tambak udang di Muara Badak adalah ketersediaan modal, penggunaan
input dan harga jual rendah sehingga berdampak pada rendahnya produksi, dan keuntungan yang dihasilkan petambak. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara
berupaya mengidentifikasi permasalahan tersebut melalui solusi penyaluran modal bergulir bunga nol persen sebagai salah satu sumber permodalan pilihan bagi
petambak, sementara selain modal bergulir yang digunakan petambak dalam usaha tambak udang terdapat pula sumber modal lainnya, yaitu modal sendiri,
ponggawa, dan modal bergulir.
40 Dalam hal ini, petambak dihadapkan pada permasalahan sumber modal
mana yang memberikan dampak peningkatan produksi dan keuntungan melalui proses mekanisme pinjaman yang mudah dan sesuai tingkat kepentingan
petambak. Dalam pelaksanaan proses mekanisme pinjaman dari masing-masing kelompok sumber modal pinjaman, terdapat hal penting yang harus diperhatikan,
yaitu 1 Bagaimana kinerja mekanisme penyaluran sumber modal pinjaman yang ada di Muara Badak, dan 2 Sejauhmana tingkat kepentingan mekanisme
penyaluran dana bagi petambak di Muara Badak. Analisis pendekatan, melalui Importance-Performance Analysis.
Persepsi petambak terhadap tingkat kepentingan dan kinerja mekanisme pinjaman masing-masing sumber modal berpengaruh pada keputusan penggunaan
sumber modal usaha yang digunakan petambak. Adapun masing-masing penggunaan sumber modal pinjaman akan menentukan tingkat penggunaan input
produksi dan tingkat harga jual output yang berbeda. Penggunaan input produksi optimal dan harga jual output yang lebih tinggi
diharapkan berdampak pada peningkatan produksi dan keuntungan usaha tambak udang. Adapun pendekatan model fungsi produksi dan keuntungan usaha tambak
udang tersebut melalui fungsi produksi Cobb-Douglas dan Fungsi Keuntungan yang dinormalisasikan, kemudian masing-masing model dibahas menurut kriteria
ekonometrika. Melalui pengetahuan tingkat produksi dan keuntungan usaha tambak
udang tersebut, maka dapat direkomendasikan pada pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara tentang implikasi kebijakan yang tepat untuk peningkatan
kesejahteraan petambak Muara Badak. Hasil evaluasi kebijakan tersebut
41 diharapkan dapat menjadi landasan penyusunan program modal bergulir
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun berikutnya. Adapun skematis kerangka pemikiran penelitian secara operasional ditunjukkan Gambar 4.
Gambar 4. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Operasional Ketersediaan Modal Rendah,
Penggunaan Input dan Harga Jual rendah
Tingkat Produksi dan Keuntungan Usaha Tambak Udang Rendah
Sumber Modal Pinjaman Lain:
- Modal Ponggawa
- Modal Kredit Bank
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara:
Program Modal Bergulir Bagi Petambak
Importance- Performance
Analysis
Peningkatan Penggunaan Input dan Harga Jual Output
Produksi: Analisis produksi
Keuntungan: Analisis Keuntungan
Peningkatan Kesejahteraan Petambak Muara Badak
42
IV. METODOLOGI PENELITIAN