air. Sedangkan senyawa-senyawa yang tidak larut dalam air dan larut dalam etanol akan tersari oleh etanol.
Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral internal yang terdapat didalam simplisia yang diteliti serta senyawa organik yang
tersisa selama pembakaran. Abu total terbagi dua yang pertama abu fisiologis adalah abu yang berasal
dari jaringan tumbuhan itu sendiri dan abu non fisiologis adalah sisa setelah pembakaran yang berasal dari bahan-bahan dari luar yang terdapat pada
permukaan simplisia. Kadar abu tidak larut asam untuk menentukan jumlah silika, khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam
asam klorida WHO, 1998. Penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam ditetapkan untuk
melihat kandungan mineral ekstrak. Zat-zat ini dapat berasal dari senyawa oksida- oksida anorganik. Kadar abu total yang tinggi menunjukkan adanya zat anorganik
logam-logam Ca, Mg, Fe, Cd dan Pb yang sebahagian mungkin berasal dari pengotoran. Kadar logam berat yang tinggi dapat membahayakan kesehatan, oleh
sebab itu perlu dilakukan penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu
melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya toksik bagi kesehatan.
4.3 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak
Skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun Pugun Tanoh dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa
Universitas Sumatera Utara
metabolit sekunder yang terdapat di dalamnya. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun Pugun Tanoh dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak daun Pugun Tanoh
Simplisia Ekstrak
1. Alka loida
- -
2. Flavonoida
+ +
3. Tanin
+ -
4. Glikos ida
+ +
5. Antrakinon
- -
6. Saponin
+ +
7. SteroidaTriterpenoida
+ +
No. Golongan senyawa
Hasil
Keterangan: + positif: mengandung golongan senyawa - negatif: tidak mengandung golongan senyawa
Hasil skrining menunjukkan bahwa simplisia daun Pugun Tanoh mengandung senyawa golongan flavonoida, tanin, glikosida, saponin dan
steroidatriterpenoida. Hasil skrining ekstrak etanol daun Pugun Tanoh mengandung senyawa flavonoida, glikosida, saponin dan steroidatriterpenoida.
4.4 Hasil Pengujian Kontraksi Seri Konsentrasi Asetilkolin Terhadap Otot
Polos Ileum
Kontraksi yang dipicu oleh asetilkolin dapat diamati melalui pengamatan terhadap perubahan respons kontraksi otot polos ileum terisolasi terhadap
penambahan seri konsentrasi asetilkolin 10
-8
– 3 x 10
-3
M pada organ ileum. Persentase kontraksi maksimal otot polos ileum diperoleh pada konsentrasi
asetilkolin 3 x 10
-3
M dan konsentrasi submaksimal pada konsentrasi asetilkolin 2,28 x 10
-5
M Lampiran 18 halaman 78. Pemberian secara bertingkat seri konsentrasi asetilkolin menghasilkan terjadinya kontraksi bertingkat otot polos
ileum marmut terisolasi Gambar 4.1 dan Lampiran 30. Pengujian kontraksi
Universitas Sumatera Utara
bertingkat dengan asetilkolin dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi submaksimal atau Effective Concentration EC
80
asetilkolin yang selanjutnya akan digunakan untuk pengujian efek relaksasi ekstrak etanol daun Pugun Tanoh.
Asetilkolin merupakan agonis kolinergik yang berarti obat yang memacu atau meningkatkan aktivitas syaraf kolinergik. Asetilkolin akan berinteraksi
dengan reseptor asetilkolin muskarinik pada sel organ efektor syaraf kolinergik misalnya sel perietal lambung, otot jantung, dan otot polos saluran pencernaan.
Pada ileum, asetilkolin akan berinteraksi dengan reseptor muskarinik yang akan menimbulkan peningkatan motilitas otot polos Nugroho, 2012.
Gambar 4.1 Grafik kontraksi otot polos organ ileum terisolasi yang
dikontraksi dengan pemberian seri konsentrasi asetilkolin 10
-8
– 3 x 10
-3
M. Data yang disajikan adalah nilai rata-rata ± SEM, n = 3.
4.5 Hasil Pengujian Efek Relaksasi Ekstrak Etanol Daun Pugun Tanoh