kembali zat aktif tertentu yang sukar larut atau yang diserap melalui transport aktif akan sangat berkurang.
Lamanya waktu suatu zat dalam usus akan berbeda tergantung dari jenis makanan dan subjek yang diteliti. Perkiraan kinetik perpindahan waktu tinggal
usus yaitu di duodenum berlangsung selama 5 – 15 menit, jejunum selama 2 – 3,5 jam dan di ileum berlangsung selama 3 – 6 jam disertai penyumbatan yang cukup
lama sebelum memasuki usus besar Desissaguet dan Aiache, 2003.
2.5 Ileum
Ileum merupakan 35 bagian usus halus. Disinilah proses absorpsi yang besar terjadi, pada bagian ini sari-sari makanan hasil proses pencernaan diserap.
Asam amino dan glukosa, vitamin, garam mineral akan diangkut oleh kapiler darah, sedangkan asam lemak dan gliserol akan diangkut oleh pembuluh getah
bening usus menuju ke pembuluh balik besar bawah selangka Irianto, 2004.
2.6 Otot Polos
Otot polos terdiri dari sel-sel otot polos. Sel otot ini bentuknya seperti gelendong, di bagian tengah terbesar dan kedua ujungnya meruncing. Otot polos
memiliki serat yang arahnya searah dengan panjang sel disebut miofibril. Serat miofibril terdiri dari miofilamen dan masing-masing miofilamen terdiri dari
protein otot yaitu aktin dan miosin. Sel otot polos dilapisi oleh selaput yang disebut sarkolema, dan
protoplasmanya disebut sarkoplasma. Otot polos memiliki inti, letaknya ditengah dengan miofibril yang homogen, panjangnya 15-500 mikron dengan diameter 20
Universitas Sumatera Utara
mikron. Otot polos merupakan otot tak sadar, karena bekerja diluar kesadaran kita, dan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Otot polos bergerak secara lambat dan teratur, dan tidak cepat lelah. Walaupun kita tidur, otot polos mampu bekerja. Otot polos terdapat pada dinding
alat-alat tubuh dalam, misalnya pada dinding usus, dinding pembuluh darah, pembuluh limfe, dinding saluran pencernaan, trakhea dan cabang tenggorokan,
pada iris dan muskulus sirliaris mata, otot polos dalam kulit, saluran kelamin, dan saluran ekskresi Irianto, 2004.
2.7 Saraf Kolinergik
Neurotransmitter yang memperantarai penghantaran sinaptik antara saraf preganglion dan postganglion pada sistem saraf parasimpatik adalah asetilkolin,
dan kemudian berinteraksi dengan reseptor asetilkolin nikotinik atau muskarinik pada sel organ efektor. Sistem saraf parasimpatik dinamakan juga sistem saraf
kolinergik karena neurotransmitter utamanya adalah asetilkolin Nugroho, 2012. Ada berbagai reseptor kolinergik, yakni reseptor nikotinik dan reseptor
muskarinik dan berbagai subtipenya Setiawati dan Gan, 2007. Reseptor
nikotinik adalah saluran ion bergerbang ligan dan aktivitasnya selalu menyebabkan peningkatan yang cepat dalam milidetik dalam permeabilitas
selular terhadap Na
2+
dan Ca
2+
, depolarisasi dan eksitasi. Sebaliknya, reseptor muskarinik termasuk golongan reseptor yang dikopelkan dengan protein G.
Respons terhadap agonis muskarinik lambat, respons tersebut dapat berupa pengeksitasian atau penghambatan dan tidak selalu berkaitan dengan perubahan
permeabilitas ion Brunton, et al., 2011.
Universitas Sumatera Utara
Semua serabut saraf postganglion parasimpatis menghasilkan asetilkolin yang kemudian berinteraksi dengan reseptor asetilkolin muskarinik pada sel organ
efektor. Berdasarkan fungsi dan sinyal transduksi yang dihasilkan, terdapat lima tipe reseptor asetilkolin muskarinik M
1
, M
2
, M
3
, M
4
dan M
5
. Reseptor M
1
ditemukan dalam sistem saraf pusat SSP, sistem saraf perifer dan sel perietal lambung. Reseptor ini memperantarai efek eksitatori sehingga mampu
meningkatkan eksitasi sistem saraf pusat SSP dan sekresi lambung. Reseptor M
2
terdapat di organ jantung. Reseptor M
3
, seperti M
1
berefek eksitatori, terdapat pada beberapa organ antara lain otot polos sistem pencernaan dan mata,
endotelium pembuluh darah, kelenjar eksokrin. Aktivasi pada reseptor ini akan menstimulasi sekresi produk kelenjar eksokrin keringat, saliva, kontraksi otot
saluran pencernaan dan pernafasan, pelepasan NO nitric oxide yang menghasilkan relaksasi otot pembuluh darah Nugroho, 2012; Brunton, et al.,
2011; Setiawati dan Gan, 2007. Reseptor M
4
mirip M
2
, sedangkan M
5
mirip M
1
Setiawati dan Gan, 2007. Perangsangan tipe reseptor M
3
oleh asetilkolin mengakibatkan kontraksi otot polos usus Nugroho, 2012; Setiawati dan Gan, 2007. Pendudukan reseptor
M
3
oleh senyawa agonis mengakibatkan terjadinya peningkatan afinitas kompleks reseptor M
3
terhadap protein Gq heterotrimer αβγ yang terikat pada guanosin difosfat GDP, menghasilkan kompleks reseptor M
3
-protein G heterotrimer melalui ikatan pada termin C protein Gq subunit α. Terbentuknya kompleks ini
menyebab kan GDP yang terikat pada protein G subunit α terlepas dan digantikan
oleh guanosin trifosfat GTP yang banyak terdapat dalam sitosol. Ikatan dengan GTP menginduksi perubahan konformasi pada struktur protein Gq subunit α
Universitas Sumatera Utara
sehingga terjadi disosiasi. Gqα-GTP terpisah dari heterodimer Gqβγ. Gqα-GTP bebas kemudian mengaktifkan PLC phospholipase C. Aktifnya PLC akan
meningkatkan hidrolisis fosfoinositol bifosfat phosphoinositol 4,5- bisphosphatePIP
2
menjadi inositol 1,4,5-triposfat IP
3
dan 1,2-diasilgliserol DAG. Kedua senyawa hasil hidrolisis ini merupakan second messenger, IP
3
akan menduduki reseptor IP
3
pada calcium store di retikulum sarkoplasma menghasilkan pembukaan kanal kalsium. Kalsium kemudian dilepas ke dalam
sitosol sehingga kadar kalsium intraseluler meningkat. Kalsium dari calcium store retikulum sarkoplasma merupakan faktor utama dalam kontraksi otot polos selain
kalsium dari influks. Kalsium intraseluler kemudian terikat dengan kalmodulin, membentuk kompleks kalsium-kalmodulin yang akan mengaktifkan myosin light
chain kinase MLCK. MLCK akan memfosforilasi myosin light chains MLC dan mengaktifkan miosin ATPase yang diperlukan untuk terjadinya ikatan silang
antara aktin-miosin yang menghasilkan kontraksi otot polos usus Billington dan Penn, 2003; Junqueira dan Carneiro, 2007.
Sementara itu second messenger DAG tetap terikat pada membran sel dan akan mentranslokasi protein kinase C PKC dari sitosol menuju membran sel.
PKC lalu terikat pada substrat di kanal kalsium membran sel dan menghasilkan pembukaan kanal kalsium sehingga terjadi influks Ca
2+
Billington dan Penn, 2003; Oancea dan Meyer, 1998. Aktivasi PKC merupakan hasil kombinasi antara
pengaktifan oleh Ca
2+
intraseluler yang bersifat cepat dan oleh DAG yang menjaga kesinambungan aktivasi PKC Oancea dan Meyer, 1998.
Universitas Sumatera Utara
2.8 Antagonis Muskarinik