2.1.2 Nama daerah
Nama daerah dari tumbuhan ini adalah pugun tanoh, pugun tana, pogon tanoh Dairi, tamah daun kukurang, raheut Sunda, daun kukurang Maluku dan
papaita Ternate Proseanet, 2009.
2.1.3 Morfologi tumbuhan
Pugun tanoh merupakan herba tahunan, tinggi lebih dari 40 cm, batang dengan cabang yang jarang, tegak atau melata, segiempat, berakar di buku-buku,
berbulu halus yang padat Lampiran 2 halaman 61. Daun tunggal berhadapan, bundar telur, pangkal daun membaji sampai membundar, ujung daun agak
melancip, tepi daun beringgitan, berbulu halus. Pembungaan berupa tandan di ujung atau di batang, jumlah bunga 2-16, daun gagang kecil, melanset, mahkota
bunga menabung, berbibir rangkap, gundul bagian luar, bagian dalam ada kelenjar bulu, bibir atas berwarna coklat kemerah-merahan, bibir bagian bawah berwarna
putih. Buah kapsul lonjong, padat, berkatup dua, dengan beberapa biji. Biji membulat, diameter sekitar 0,6 mm Proseanet, 2009.
2.1.4 Khasiat tumbuhan
Tumbuhan ini digunakan sebagai obat cacing untuk anak-anak, mengobati kolik mulas mendadak dan hebat, malaria, menyembuhkan gatal-gatal dan
penyakit kulit lainnya, mengatasi batuk dan rasa sesak di dada serta sebagai tonik untuk menguatkan badan dan meningkatkan nafsu makan Proseanet, 2009.
2.2 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
Universitas Sumatera Utara
bahan alam yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral Ditjen POM, 1979.
Simplisia tumbuhan obat merupakan bahan baku proses pembuatan ekstrak, baik sebagai bahan obat atau sebagai produk. Ekstrak tumbuhan obat
dapat berfungsi sebagai bahan baku obat tradisional atau sebagai produk yang dibuat dari simplisia Ditjen POM, 1979.
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Ditjen
POM, 2000. Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak yaitu sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai.
Ada beberapa metode ekstraksi Ditjen POM, 1986 yaitu:
a. Cara dingin Ekstraksi dengan menggunakan pelarut terdiri dari 2 cara yaitu:
i. Maserasi Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut
melalui beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Cairan penyari akan menembus dinding sel simplisia dan akan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel,
sehingga larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut terjadi secara
Universitas Sumatera Utara
berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang bersifat lunak seperti daun dan bunga tetapi banyak juga yang menggunakan metode ini untuk
menyari simplisia yang keras seperti akar dan korteks karena cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diperoleh. Pada penyarian
dengan cara maserasi perlu dilakukan pengadukan untuk menghomogenkan konsentrasi larutan di luar serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan
tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan kosentrasi yang sekecil- kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel.
Maserasi dapat dilakukan dengan cara menurut Farmakope Indonesia Edisi III 1979 yaitu sebanyak 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok
dimasukkan kedalam sebuah bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya,
sambil sering diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas dan dicuci dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Sari
dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya selama 2 hari. Dienaptuangkan dan disaring.
Maserasi dilakukan juga secara umum dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama 3-5 hari pada temperatur kamar
terlindung dari cahaya, sambil diaduk berulang-ulang lalu filtrat disaring dan diuapkan. Demikian seterusnya dilakukan sampai filtrat jernih.
Universitas Sumatera Utara
ii. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru
sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dari sel-sel
yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh adanya kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan
gaya kapiler yang cenderung untuk menahan. Untuk menentukan akhir perkolasi, dilakukan pemeriksaan zat aktif secara kualitatif pada perkolat
terakhir. Proses perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak,
terus menerus sampai diperoleh ekstrak. b. Cara panas
i. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur titik
didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Keuntungan dari metode ini adalah digunakan
untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut
yang besar.
Universitas Sumatera Utara
ii. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu umumnya pada temperatur 40-50 ºC.
iii. Infundasi Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air bejana infus tercelup dalam
penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 ºC selama waktu tertentu 15-20 menit. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama
≥30 menit dan temperatur sampai titik didih air.
iv. Sokletasi Sokletasi adalah penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan
untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung, pelarut yang digunakan lebih sedikit dan pemanasannya dapat
diatur.
2.4 Usus Halus