28 diri sendiri tentang model atau peta mental diri yang baik dan jujur, dan mampu
belajar dari pengetahuan tersebut Efendi 2005: 83. Definisi kecerdasan lain dikemukakan oleh Piaget yang mengatakan
bahwa “Intelligence is what you use when you don’t know what to do”. Yang
artinya kecerdasan adalah apa yang kita gunakan pada saat kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan.
Sedangkan D. Wechsler dalam Soeparwoto 2007: 83 mengartikan bahwa intelegensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak
terarah atau bertujuan, berpikir secara rasional, serta dapat menghadapi lingkungannya dengan efektif.
Menurut Sternberg dalam Efendi 2005: 86 menjelaskan kecerdasan sebagai serangkaian keterampilan berfikir dan belajar yang digunakan dalam
memecahkan masalah akademis dan sehari-hari, yang secara terpisah dapat di diagnosa dan diajarkan.
Dari urain diatas, dapat disimpulkan kecerdasan merupakan serangkaian kemampuan yang dimiliki seseorang dalam berpikir, bertindak dan dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya.
2.1.4.2 Pengertian Emosi
Para psikolog menyebutkan bahwa emosi merupakan salah satu dari trilogi mental kognisi, emosi, dan motivasi. Akar kata emosi adalah movere,
kata kerja Bahasa Latin yang berarti “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalam “e” untuk memberi arti “bergerak menjauh”. Artinya bahwa kecenderungan
bertindak merupakan hal yang mutlak dalam emosi Efendi 2005:176.
29 Oxfort English Dictionary mendefinisikan emosi sebagai setiap kegiatan
atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Menurut Goleman 2005: 411 menganggap emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Ada ratusan emosi, bersama
dengan campuran perasaan, variasi, mutasi, dan nuansanya. Menurut Chaplin dalam Safaria dan Saputra 2012: 12, emosi
didefinisikan sebagai suatu keadaan terangsang dari organisme, mencakup pengalaman yang disadari yang bersifat mendalam, dan memungkinkan terjadinya
perubahan perilaku. Sedangkan menurut James dalam Safaria dan Saputra 2012: 11 emosi adalah keadaan jiwa yang menampakkan diri dengan sesuatu perubahan
yang jelas pada tubuh. Definisi lain menurut Poerbakawatja dalam Ri
fa’i dan Chatharina 2011: 51, menyebutkan bahwa emosi adalah suatu respon reaksi terhadap suatu
perangsang yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis, disertai dengan perasaan yang kuat, biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus.
Emosi berhubungan dengan motif. Emosi dapat berfungsi sebagai motif yang dapat memotivasi atau menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar
individu dapat berbuat atau bertingkahlaku. Tingkah laku yang ditimbulkan emosi tersebut bisa bersifat positif maupun negatif. Misalnya timbul rasa simpati, terharu
terhadap korban bencana alam ataupun timbulnya rasa marah, jengkel saat grup sepakbola yang diidolakan kalah dalam pertandingan.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi merupakan suatu respon yang kuat dari luar, perasaan dan pikran-pikiran khasnya, suatu keadaan
30 biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk melakukan suatu
tindakan yang perubahannya tampak jelas pada tubuh, biasanya keadaan seperti ini dapat merangsang keadaan mental yang kuat dan meluap-luap.
Safaria dan Saputra 2012: 16-7 menjelaskan bahwa emosi mempunyai keunggulan, di antaranya sebagai berikut:
1 Emosi adalah bentuk komunikasi yang dapat memengaruhi orang lain. Guratan ekspresi yang terlihat pada raut muka seseorang adalah bagian dari
emosi. Sejak dahulu sampai sekarang guratan ekspresi merupakan bentuk komunikasi seperti kata-kata, bahkan lebih cepat dari kata-kata.
2 Emosi dapat mengorganisasi dan memotivasi tindakan.Emosi secara teoritis dapat memotivasi perilaku. Pada situasi tertentu, emosi dapat bereaksi
mempersiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi situasi tersebut. Emosi akan mempersiapkan segala sesuatunya untuk melewati rintangan yang ada
dalam pikiran kita.
2.1.4.3 Golongan Emosi