Kecerdasan Emosional pada Guru

36 mengendalikan emosi, 2 individu mampu memotivasi diri sendiri untuk terus memperbaiki kualitas diri, hal ini diwujudkan dengan sikap ulet, optimis, dan motivasi tinggi, 3 mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain.

2.1.6 Kecerdasan Emosional pada Guru

Guru adalah profesi mulia yang dipercaya masyarakat untuk mencerdaskan manusia. Oleh karena itu, guru harus memiliki seperangkat kompetensi dasar sebagai bekal dalam menjalankan profesinya. Guru tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik anak didiknya untuk menjadi manusia seutuhnya. Hal ini yaitu melalui pembelajaran yang diajarkannya. Pembelajaran diupayakan sedemikian rupa dengan suasana nyaman dan kondusif bagi peserta didik. Dengan suasana yang efektif sudah tentu tujuan pembelajaran akan tercapai. Dalam pembelajaran yang dilakukan guru terkadang timbul gangguan yang menjadikan suasana kelas tidak lagi kondusif. Guru perlu mengembalikan suasana tersebut. Namun, terkadang guru harus ekstra sabar mengahdapi peserta didiknya terutama siswa yang memang dikategorikan hiperaktif. Menurut Mulyasa 2011: 48 ujian terbesar guru yaitu rangsangan yang memancing emosi. Guru sangat memerlukan kestabilan emosi, menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan. Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik menjadi takut dan kurang minatnya untuk mengikuti pembelajaran. Elizabeth B. Hurlock dalam Suyanto dan Asep Jihad 2013: 17 menjelaskan bahwa salah satu kepribadian guru yang sehat adalah dapat mengontrol emosi. Selain itu, dalam penangani berbagai permasalahan peserta didik di kelas yang paling penting adalah adanya hubungan baik antara guru dan peserta didik. Seperti yang dijelaskan Baharuddin 2014: 196 ada lima faktor 37 yang memengaruhi kualitas perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya, salah satunya yaitu hubungan guru dan murid-muridnya. Apabila guru menciptakan hubungan yang baik dengan peserta didiknya maka peserta didik akan lebih mudah memperhatikan guru dan akan lebih tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan guru tersebut. Guru harus menciptakan iklim sosial dan emosional yang baik. Asumsi ini mengharuskan wali atau guru kelas berusaha menyusun program kelas dan pelaksanaannya yang didasari oleh hubungan manusiawi yang diwarnai sikap saling menghargai dan saling menghormati antarpersonal di kelas. Setiap personal diberi kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan kelas sesuai dengan kemampuan masing-masing, sehingga timbul suasana sosial dan emosional yang menyenangkan pada setiap personal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing Djamarah dan Zain 2010: 182. Sesuai dengan pendapat Uno 2008: 71 yang menjelaskan kecerdasan emosional menuntut seseorang belajar mengakui dan menghargai dirinya dan orang lain. Dalam hal ini guru harus mengerti dan menghargai kemampuan peserta didiknya. Menurut Anne Craight 2008: 26 orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, mereka dapat mempertahankan hubungan antar pribadi dengan sangat baik dan memiliki rasa humor dan senang bergaul. Dengan demikian, jika guru memiliki kecerdasan emosional yang tinggi maka terlihat dalam pembelajaran yang menyenangkan. Guru memasukkan unsur humor dalam pembelajarannya, sehingga akan mendorong siswa untuk tetap mengikuti pembelajarannya. Dengan begitu, guru dikatakan berhasil dalam mengelola kelasnya, dan yang paling penting adalah hasil pembelajaran tercapai dengan baik. 38

2.2 Hubungan Antar Variabel

Penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu pengelolaan kelas Y, dan kecerdasan emosional X. Pengelolaan kelas dalam penelitian ini yaitu pengelolaan peserta didik. Guru perlu memiliki kepribadian yang matang dan sehat. Salah satu cirinya yaitu dengan dapat mengontrol emosinya Suyanto dan Asep Jihad 2013: 16-7. Seorang guru harus terus meningkatkan pembelajarannya, yaitu dengan terus memperbaiki diri dan memperbaiki pembelajaran. Selain itu, Mulyasa 2011: 161 menjelaskan bahwa untuk mendongrak kualitas pembelajaran, antara lain dengan mengembangkan kecerdasan emosional, mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran, mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang, membangkitkan nafsu belajar, dan melibatkan masyarakat dalam pembelajaran. Menurut Peter Salovey dan John Mayer dalam Soeparwoto 2007: 101 “kualitas-kualitas emosional di anggap penting bagi keberhasilan seseorang. Kualitas itu antara lain empati, mengungkapkan dan memahami perasaan orang lain, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan, menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat kepada orang lain”. Dengan demikian, kecerdasan emosional mempengaruhi pembelajaran yang dilakukan guru. Dalam melaksanakan pembelajaran guru harus mengontrol emosi dengan baik sehingga menciptakan pembelajaran yang nyaman bagi peserta didik. Kondisi nyaman seperti ini akan membuat pembelajaran menjadi efektif sehingga peserta didik mampu menyerap materi yang disampaikan. Dengan