Gambar 17. Perilaku menunggu Katak pohon hijau di Arboretum Fahutan Perilaku menunggu umumnya dilakukan pada lokasi yang penutupan
tajuknya lebih rapat dari lokasi lainnya disekitar pohon Burahol. Selama pengamatan perilaku menunggu selalu terjadi dengan melibatkan dua ekor
individu betina secara bersamaan.
2. Tata urutan kawin Katak pohon hijau di Laboratorium Konservasi
Tumbuhan.
Katak jantan melakukan panggilan terhadap katak betina. Panggilan dilakukan pada vegetasi yang ada di dalam Lab. Konservasi Tumbuhan
Gambar 18a. Betina yang tertarik kemudian melakukan komunikasi secara visual pada kolam yang dapat dilihat oleh semua jantan Gambar
18b. Jantan yang tertarik akan bersaing untuk mendapatkan betina yang siap
kawin Gambar 18c. Katak pohon hijau yang saling tertarik akan amplexus diatas daun Gambar 18d dan Gambar 18e kemudian turun
melompat ke sisi kolam yang ada di depan pohon Matoa Pometia pinata selanjutnya kembali lagi melompat ke pohon yang ada di depan kolam.
Memanjat dan melewati rintangan adalah hal yang harus dilakukan oleh pasangan jika lompatannya gagal maka pasangan tersebut jatuh dan harus
memanjat kembali sampai ke bagian atas pohon matoa Gambar 18f dan 18g. Setelah masuk masa bertelur maka pasangan akan mencari lokasi
bertelur Gambar 18h dan 18i.
Gambar 18. Urutan perkawinan Katak pohon hijau di Laboratorium Konservasi Tumbuhan.
Pada awalnya pasangan katak terlebih dahulu membuat busa, setelah busa terbentuk kemudian katak betina mengeluarkan telurnya kedalam
busa yang telah disiapkan Gambar 18j, 18k dan 18l. Sekitar 1 jam kemudian katak jantan yang sudah selesai kawin lalu meninggalkan betina
dan betina menutup telur dengan menempelkan daun yang ada disekitar busa Gambar 18m dan 18n setelah tertutup maka betina kembali
melompat ke sisi kolam Gambar 18o dan masuk ke dalam vegetasi tumbuhan bawah di Lab. Konservasi Tumbuhan.
Dari uraian diatas terlihat bahwa perilaku kawin baik di Arboretum maupun di Lab Tumbuhan tidak berbeda jauh. Urutan perkembangbiakan
Katak pohon hijau dimulai dari a Panggilan suara acoustical communication
oleh katak jantan, b Pertunjukkan gerakan display; visual communication
oleh jantan dan betina, c Amplexus, d Pelepasan telur dan e Penutupan telur. Perbedaan hanya terletak di lokasi tempat
meletakkan telur bersarang. Setelah berhasil kawin dan membuat sarang, maka telur akan
berkembang menjadi berudu dalam waktu 5-7 hari, telur akan jatuh ke
dalam genangan air ketika hujan turun. Berudu akan tumbuh berkembang didalam genangan air sampai berudu memiliki kaki belakang dan kaki
depan. Waktu yang dibutuhkan untuk menjadi berudu berkaki adalah 30- 60 hari bergantung pada ketersediaan pakan. Berudu yang telah berkaki
akan menjadi katak muda dan ekor akan menghilang dalam waktu 3-4 hari.
Tahapan yang paling rentan akan kematian adalah saat Katak pohon hijau masih menjadi berudu, karena pada tahap ini berudu sangat
bergantung terhadap pakan dan keberadaan badan air. Kurangnya pakan dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat dan tidak dapat berkembang
menjadi berudu berkaki sedangkan akibat dari hilangnya badan air maka akan menyebabkan kematian secara langsung bagi berudu. Kegagalan
dalam tumbuh dan berkembang sering terjadi pada berudu yang ada di parit Arboretum Fahutan. Penyebab yang paling serius adalah hilangnya
badan air akibat penguapan dan tidak turunnya hujan. Pembuatan bendungan kecil di parit Arboretum Fahutan diharapkan nantinya dapat
memecahkan permasalahan ini sehingga kematian berudu dapat dikurangi.
Kegagalan lainnya dalam perkembangbiakan adalah kegagalan dalam amplexus. Beberapa penyebab yang diketahui dapat menggagalkan
amplexus antara lain: gangguan dari predator ular dan turunnya hujan lebat pada saat amplexus terjadi. Tidak adanya prestasi telur yang
dihasilkan menyebabkan kegagalan pula dalam proses berbiak. Kegagalan akibat gangguan predator dapat lebih merugikan karena individu yang
aktif berbiak bisa mati akibat serangan predator dan tidak dapat berbiak lagi, sedangkan gangguan karena hujan hanya mengakibatkan terlepasnya
pelukan saat amplexus, akan tetapi individu tersebut masih memiliki kesempatan untuk kembali melakukan perkawinan.
Selama periode perkembangbiakan, Katak pohon hijau memiliki beberapa perilaku yang jarang terjadi. Selain perilaku menunggu, jenis ini
juga memiliki perilaku lainnya, perilaku tersebut adalah kesalahan dalam memilih pasangan missmatch. Pasangan yang dikawini bukan berasal
dari jenis yang sama seperti pada Gambar 19.
Gambar 19. Perilaku salah kawin pada katak pohon hijau di Arboretum Fahutan
Dua individu jantan dari Katak pohon hijau memperebutkan satu ekor betina dari jenis Katak pohon bergaris Polypedates leucomystax.
Kejadian ini tidak berlangsung lama karena Katak pohon bergaris menolak untuk melakukan perkawinan sehingga kedua katak langsung terjatuh ke
dalam parit dan keduanya langsung terpisah. Persaingan dan gangguan dari intruder jantan pengganggu juga
merupakan kejadian menarik yang terjadi pada pasangan katak di Lab. Konservasi Tumbuhan. Gangguan dari intruder terjadi ketika pasangan
telah amplexus dimana ada jantan lain yang ingin ikut kawin dan berusaha untuk naik ke tubuh pasangan. Gangguan oleh jantan lain dapat dilihat
pada Gambar 20. Perilaku kawin yang seperti ini belum pernah ada laporannya di
Indonesia namun di Kosta Rika beberapa jenis katak pohon juga mengalami gangguan yang sama seperti ini, namun gangguan berasal dari
jenis yang berbeda Mattison, 2005.
Gambar 20. Gangguan yang terjadi selama perkembangbiakan di lokasi Laboratorium Konservasi Tumbuhan.
Pasangan yang diganggu sebelum bertelur masih dapat mempertahankan diri dan biasanya terjadi perkelahian yang berakhir
dengan jatuhnya jantan pengganggu ke tanah Gambar 20a dan 20d. Gangguan yang datang pada saat pasangan bertelur tidak dapat dicegah
oleh pasangan tersebut Gambar 20c. Fenomena gangguan dari jantan lain ini umum terjadi pada hewan yang betinanya melakukan perkawinan
ganda dimana kompetisi sperma terjadi untuk memastikan keberhasilan reproduksi Vieites et al., 2004; Goin et al., 1978. Hal lain yang unik
adalah katak jantan pengganggu lainnya statusnya sama intruder menjadi tidak memiliki teritori khusus dalam periode perkembangbiakan tersebut
Gambar 20a dan 20b. Dengan kata lain terdapat proses sosial yang terjadi karena jantan pengganggu intruder yang memiliki tujuan sama
saling bekerjasama. Kejadian ini terlihat jelas pada tiga pasangan katak
yang amplexus dari empat pasang yang ditemukan di Lab. Konservasi Tumbuhan.
D. Suara Vocalizations