yang amplexus dari empat pasang yang ditemukan di Lab. Konservasi Tumbuhan.
D. Suara Vocalizations
Suara merupakan salah satu faktor yang dapat menstimulasi terjadinya perkawinan. Suara yang ditampilkan oleh katak jantan dapat merangsang
betina dan jantan lain untuk melakukan reproduksi. Menurut Obert 1977 dalam
Duellman dan Trueb 1994 suara dapat menstimulasi aktivitas endokrin pada testis sehingga dapat membawa situasi kepada kondisi puncak
untuk melakukan reproduksi. Oldham 1975 berpendapat bahwa suara dapat menyebabkan terjadinya ovulasi pada betina jenis katak tertentu.
Suara merupakan hal yang paling utama dalam perkembangbiakan bagi jenis- jenis amfibi terutama katak. Pada periode berbiak, jantan Katak pohon hijau
mengeluarkan suaranya untuk memanggil betina dan memberitahu jantan lain tentang keberadaannya. Jenis pohon tempat memanggil yang paling banyak
digunakan di Arboretum Fahutan adalah Burahol Stelechocarpus burahol, Angsana Pterocarpus indicus, dan Kaliandra Caliandra callothyrsus.
Sedangkan jenis pohon yang paling banyak digunakan di Laboratorium Konservasi Tumbuhan adalah Matoa Pometia pinnata. Menurut Stebbins
Cohen 1995, volume dan kepadatan suara dalam mengeras dan merambat sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat bersuara, batang dan cabang pada
vegetasi, frekuensi suara dan pantulan permukaan Tabel 6. Pemilihan substrat untuk bersuara
Jumlah individu Substrat
Lab KT Arboretum
Ranting 25 32
Pohon 19
16 Tanah 0
6 Dll kabel listrik
1 TOTAL 44
55
Substrat yang paling banyak digunakan untuk melakukan panggilan pada saat periode berbiak adalah ranting. Penggunaan ranting dinilai lebih efisien
karena katak jantan dapat melihat dengan jelas posisi katak betina dan katak
jantan dapat dengan cepat bergerak untuk melompat jika hendak berpindah tempat. Selain itu pemilihan ranting sebagai tempat bersuara diduga agar suara
yang dihasilkan dapat lebih keras karena pantulan dan rambatan sedikit berkurang jika dibandingkan dengan bersuara diatas daun. Ranting yang
digunakan juga umumnya lebih dari 2 m dari permukaan tanah sehingga pemilihan lokasi bersuara dapat menentukan volume dan kepadatan suara
yang dihasilkan. Suara direkam pada cabang yang sama selama beberapa malam, namun
suara yang didapatkan tidak dapat dipastikan berasal dari individu yang sama, karena jantan yang ada tidak dapat ditandai secara khusus. Suara yang di dapat
dipisahkan berdasarkan tipe suara yang dihasilkan dan aktivitas katak saat suara dikeluarkan.
Suara panggilan yang dikeluarkan selama waktu berbiak ada bermacam- macam, hal ini bergantung pada jenis katak Pombal dan Haddad, 1992 dalam
Abrunhosa dan Wogel, 2004, umur dan situasi yang dihadapi Abrunhosa dan
Wogel, 2004. Saat ini sangat sedikit sekali laporan mengenai suara katak di Indonesia, satu-satunya data yang tersedia adalah mengenai suara panggilan
dari katak Rana arathooni dari Sulawesi Brown dan Iskandar, 2000 sementara laporan mengenai katak pohon dari Indonesia tidak ada. Berbeda
misalnya untuk jenis-jenis katak pohon di Amerika tengah sudah banyak penelitian yang dilakukan.
Menurut Abrunhosa dan Wogel 2004, Katak pohon Phyllomedusa burmeisteri
mengeluarkan 4 tipe suara selama periode perkembangbiakannya. Empat tipe tersebut adalah suara panggilan pendek, suara panggilan panjang,
suara pertahanan untuk teritori dan suara berantai berurutan. Suara yang dikeluarkan oleh Katak pohon hijau selama periode berbiak
sangat beragam. Beberapa macam suara yang dikeluarkan oleh Katak pohon hijau selama periode berbiak di Kampus IPB Darmaga dapat dilihat pada
Gambar 21-26.
Gambar 21. Oscillogram, spectogram dan power spectrum suara panggilan kawin pendek jantan Katak pohon hijau. Frekuensi Hz: 477
+- 3,0 dan spectrum level dBHz:55. Direkam pada tanggal 9 Januari 2006, suhu udara: 24,0 ºC.
Frekuensi Dominan
Gambar 22. Oscillogram, spectogram dan power spectrum suara panggilan kawin panjang jantan Katak pohon hijau. Frekuensi Hz: 1830
+- 38 dan spectrum level dBHz:58. Direkam pada tanggal 9 Januari 2006, suhu udara: 24,0 ºC.
Frekuensi Dominan
Gambar 23. Oscillogram, spectogram dan power spectrum suara jantan Katak pohon hijau saat amplexus. Frekuensi Hz: 1374 +- 54 dan
spectrum level dBHz:44. Direkam pada tanggal 9 Januari 2006, suhu udara: 24,0 ºC.
Frekuensi Dominan
Gambar 24. Oscillogram, spectogram dan power spectrum suara teritori jantan Katak pohon hijau. Frekuensi Hz: 1412 +- 43 dan spectrum
level dBHz:49. Direkam pada tanggal 9 Januari 2006, suhu udara: 24,0 ºC.
Frekuensi Dominan
Gambar 25. Oscillogram, spectogram dan power spectrum suara perkelahian jantan Katak pohon hijau. Frekuensi Hz: 1129 +- 18 dan
spectrum level dBHz:45. Direkam pada tanggal 9 Januari 2006, suhu udara: 24,0 ºC.
Frekuensi dominan
Gambar 26. Oscillogram, spectogram dan power spectrum suara gabungan antara suara perkawinan dan suara teritori jantan Katak pohon
hijau. Frekuensi Hz: 2108 +- 8,4 dan spectrum level dBHz:55. Direkam pada tanggal 9 Januari 2006, suhu udara:
24,0 ºC. Frekuensi dominan
Katak pohon hijau memiliki 6 tipe suara selama periode berbiak yaitu panggilan kawin pendek; Gambar 21, panggilan kawin panjang; Gambar
22, suara jantan saat amplexus Gambar 23, suara untuk menyatakan teritori Gambar 24, suara katak jantan saat berkelahi dengan pasangan amplexus
Gambar 25 dan gabungan antara beberapa tipe contoh: suara panggilan kawin dan teritori; Gambar 26. Frekunsi dominan berkisar antara 477-2108
Hz dengan spectrum level berkisar antara 44-58 dBHz. Suara panggilan kawin memiliki beberapa tipe yaitu tipe pendek dan tipe
panjang. Selain itu, panggilan kawin juga memiliki beberapa variasi dalam hal jumlah gelombang yang dihasilkan. Beberapa individu jantan juga memiliki
perbedaan kualitas suara yang kemungkinan diduga bergantung pada umur dari katak jantan.
Katak pohon hijau jantan mengeluarkan suara ketika amplexus. Suara yang dikeluarkan sangat pelan. Suara ini merupakan suatu perintah terhadap
katak betina, dimana betina akan melakukan pergerakan saat jantan mengeluarkan suara ini. Pergerakan dapat berupa lompatan, jalan pendek,
tanda akan dimulainya proses bertelur, bahkan perintah serangan terhadap katak jantan lain yang merupakan pengganggu intruder.
Panggilan teritori teritorial call dilakukan jika ada katak jantan lain yang berada di sekitar jantan penetap dan hendak mendekat. Tipe suara ini banyak
terjadi jika betina sudah diketahui keberadaannya oleh katak jantan. Suara perkelahian juga dikeluarkan oleh katak jantan pada saat terjadi
serangan oleh katak jantan lain intruder Gambar 20d. Tidak diketahui secara pasti apakah terjadi perbedaan tipe suara antara katak jantan penyerang
dan katak jantan pasangan yang sedang amplexus. Namun dalam suatu periode penyerangan tipe suara yang dikeluarkan adalah seperti pada Gambar
26. Menurut Wells 1997 katak memiliki evolusi dalam pengembangan suara
yang dihasilkan. Suara katak pada awalnya hanya beberapa tipe dan dapat berkembang menjadi gabungan suara yang lebih kompleks. Katak pohon hijau
pada saat berbiak diketahui memiliki beberapa pola suara gabungan. Dari hasil
analisis diketahui salah satu gabungan yang dihasilkan adalah antara suara panggilan kawin mating call dan teritori teritorial call Gambar 26.
E. Upaya Konservasi