Hasil pengukuran terhadap tiga pasangan dan satu ekor jantan menunjukkan bahwa ukuran tubuh dan berat katak betina jauh lebih
besar daripada katak jantan Tabel 4. Tabel 4. Ukuran panjang tubuhSVL Snout Vent Lenght dan berat
badan pasangan katak yang kawin. ♂
♀ No Kode
SVL mm
Berat gram SVL
mm Berat
gram 1 P.1. 43.42 17.00 72.46 34.25
2 P.2. 46.30 17.75 72.76 32.00 3 P.3. 46.32 17.50 73.60 32.00
4 Jantan
lain 50.20 18.00
- -
∑ 186.24 70.25 218.82 98.25 µ 46.56
17.5625 72.94 32.75
Rata-rata ukuran tubuh katak betina adalah 72,94 mm dengan berat 32,75 g sedangkan katak jantan berukuran 46,56 mm dengan berat
17,56 g. Hal ini memang umum pada kebanyakan amfibi Shine, 1979. Mengingat bahwa rasio antara jantan dan betina tidak seimbang,
dimana jumlah betina jauh lebih sedikit diduga bahwa katak betina mampu kawin beberapa kali dengan jantan yang berbeda poliandri.
b. Lokasi Berbiak
Pada periode berbiak Katak pohon hijau mendatangi lokasi berbiak untuk melakukan perkawinan. Katak pohon hijau di Kampus IPB
Darmaga memiliki 2 tempat berbiak yang berbeda, di Arboretum Fahutan lokasi tempat berbiak adalah parit disebelah selatan
Arboretum Fahutan sedangkan di Lab. Konservasi Tumbuhan berupa atap bangunan yang berupa kolam persegi yang menampung air saat
musim hujan. Pada kedua lokasi pengamatan, penempatan telur dilakukan pada model habitat yang berbeda. Kelompok populasi yang
ada di Arboretum Fahutan meletakkan telur diatas permukaan tanah yang kemudian ditutupi oleh dedaunan yang kering, sedangkan
populasi yang di Laboratorium Konservasi Tumbuhan bertelur pada daun tumbuhan yang berada di atas badan air. Penggunaan tanah dan
daun oleh katak pohon hijau untuk berbiak dapat dilihat pada Gambar
13. Hal ini berbeda dengan pernyataan Iskandar 1998 yang menyebutkan bahwa Katak pohon hijau hanya meletakkan telur pada
tumbuhan ranting atau daun di atas air berupa gumpalan busa, yang
kadang-kadang ditutup dengan daun.
Gambar 13. Busa telur yang diletakkan di atas tanah di Arboretum Fahutan a dan c; dan busa telur yang diletakkan di atas
daun di laboratorium Konservasi Tumbuhan b dan d.
Strategi Katak pohon hijau dalam melakukan perkembangbiakan berhasil mempertahankan keberadaannya di Arboretum Fahutan dan
Lab. Konservasi Tumbuhan. Sejak tahun 2000 Yuliana, 2000 sampai saat ini Katak pohon hijau masih dapat ditemukan di Arboretum
Fahutan. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Kadadevaru Kanamadi 2000 bahwa jenis Rhacophorus malabaricus dapat
melakukan adaptasi pada daerah yang penutupan tajuknya telah hilang. Adaptasi yang dilakukan dengan meletakkan telur pada lokasi dimana
jika hujan turun akan tergenang oleh air hujan. Katak pohon hijau di Arboretum Fahutan tidak meletakkan telurnya pada tanah yang
tergenang, akan tetapi meletakkan telur pada sisi miring parit yang ada di sebelah selatan Arboretum Fahutan Gambar 14. Telur diletakkan
a
c b
d
diantara serasah dan rumput kemudian ditutupi dengan dedaunan kering yang ada disekitarnya. Jika hujan deras, telur yang sudah
berkembang menjadi berudu akan terbawa oleh aliran atas run off menuju ke dalam parit. Parit biasanya tergenang dengan ketinggian air
sekitar 2-5 cm dengan substrat dasar berupa lumpur dan daun yang telah membusuk.
Gambar 14. Lokasi sarang yang diketahui sebagai tempat telur diletakkan di Arboretum Fahutan.
Jarak antara
telur foam nest dengan badan air berbeda pada
masing-masing lokasi. Telur di Arboretum Fahutan diletakkan pada kisaran 0,74-2,34 m dari badan air. Sedangkan telur di Lab. Konservasi
Tumbuhan diletakkan pada ketinggian 0,30-3,00 m dari permukaan air.
C. Percumbuan dan Amplexus