Status produksi pada ikan madidihang Status produksi pada ikan

Pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang di Kabupaten Aceh Jaya dalam kurun waktu 2002-2004 belum mencapai titik maximum sustainable yield C MSY sebagai mana di sajikan pada Gambar 20 tetapi pada tahun 2007 produksi ikan pelagis sebesar 310,68 ton dan 2008 sebesar 280,33 ton, pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang pada tahun tersebut sudah melebihi batas titik maximum. Salah satu faktor tersebut diatas sangat dipengaruhi oleh adanya bantuan kapal di Kabupaten Aceh Jaya baik dari NGO dan Pemerintah. Sedankan dari sisi lain terdapatnya armada penagkapan yang melakukan penagkapan di perairan Aceh Jaya, sehingga hasil tangkapan dari armada tersebut sebagian besar diturunkan di TPI Kabupaten Aceh Jaya serta bertambah permitaan akan kebutuhan ikan bagi masyarakat sebagai Kabupaten baru di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Status produksi pada ikan madidihang

Berdasarkan hasil pendekatan empat model penduga ikan madidihang C MSY sebesar 195,51 tonthn dengan E MSY sebesar 9 unittahun. Hal ini berarti bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan madidihang di Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2008 memcapai 65.08 . Pemanfaatan sumberdaya ikan madidihang di Kabupaten Aceh Jaya dalam kurun waktu 2002-2006 belum mencapai titik catch Maximum Sustainable Yield C MSY Gambar 21 tetapi pada tahun 2007 produksi ikan pelagis besar yaitu 216,6 ton dan 2008 sebesar 332,88 ton, pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang pada tahun tersebut sudah melebihi batas titik maximum penangkapan. Salah satu faktor melebihi batas optimun pada tahun 2007 dan 2008 yaitu adanya bantuan armada penangkapan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan meningkatnya saran dan prasarana penangkapan di setiap Kabupaten akibat bencana tsunami oleh NGO dan Pemerintah.

3. Status produksi pada ikan

tongkol Pada ikan tongkol C MSY sebesar 174,15 tontrip dan E MSY sebesar 8 unittahun. Hasil tangkapan pada tahun 2008 sebesar 287,712 ton dan effot stndar sebesar 5,573 triptahun sedangkan tahun 2007 sebesar 243,79 tontahun dan effot standar sebsar 6,4 unittahun. Hal ini berarti bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar di Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2007 dan 2008 melebihi batas optimum. Pemanfaatan sumberdaya ikan tongkol di Kabupaten Aceh Jaya dalam kurun waktu 2002-2006 belum mencapai titik maximum sustainable yield C MSY Gambar 22, kondisi ikan pelagis besar di Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2002-2006 belum melebihi batas tangkap hal tersebut masih minimnya armada penangkapan, sarana dan prasarana penangkapan serta kurangnya perhatian Pemerintah Provinsi dalam hal pengembangan perikanan tangkap di setiap Kabupaten khususnya di Aceh Jaya yang merupakan Kabupaten pemekaran dari Meulaboh. Sedangkan tujuan di lakukan pendekatan dari empat model penduga dalam mengetahui status ikan pelagis besar adalah agar data yang ada dengan hasil analisis tersebut lebih mendekati kebenaran.

5.4.4 Kriteria Keunggulan Unit Penangkapan 1 Aspek biologi

Keunggulan unit penangkapan dari aspek biologi fokus penilaian pada, komposisi jenis hasil tangkapan, hasil tangkapan utama, produksi tangkapan, lama musim ikan dan lama musim penangkapan ikan maupu ukuran ikan tertangkap Tabel 22 dan 23 . Berdasarkan penilaian aspek biologi unit penangkapan ikan dengan menggunkan fungsi nilai purse seine menempatkan sebagai prioritas utama jaring insang gill net pada posisi kedua dan pancing tonda pada urutan ketiga. Komposisi hasil tangkapan pancing tonda menjadi proiritas utama. Hal ini berkaitan dengan kondisi fisik daerah penangkapan berada pada zona Samudera Hindia, dimana perairan tersebut terdapat banyaknya karang-karang yang merupakan daerah produktifitas ikan-ikan kecil yang menjadi bahan makanan bagi ikan pelagis besar. Dari sisi lain pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar di Kabupaten Aceh tidak menggunakan alat bantu penangkapan yang berupa rumpon, sehingga komposisi ikan yang tertangkap lebih besar dengan alat tangkap pancing tonda, faktor lain yang mendukung daerah penangkapan tersebut merupakan jalur migrasi jenis ikan pelagis besar yang datang dari wilayah zona satu selat malaka maupun dari zona tiga yaitu dari laut jawa. Hasil tangkapan utama dari ketiga alat tangkap yang paling dominan dan kemampuan tangkap lebih besar dalam menangkap jenis ikan pelagis besar yaitu purse seine menempatkan pada urutan proritas utama, karena purse seine dalam mengoperasikan alat tangkap harus mengetahui jenis ikan yang ditangkap dalam bentuk bergerombol dengan species yang sama, sedangkan gill net pada urutan proiritas kedua , dan pancing tonda pada urutan ketiga. Unit penangkapan pada kriteria produksi hasil tangkapan dari ketiga alat tangkap purse seine menempatkan pada ururtan prioritas utama, karena purse seine memiliki alat tangkap yang panjang maupun kedalaman yang cukup, serta memiliki kemampuan tangkap lebih besar dan mampu beroperasi siang maupun malam, sehingga jenis ikan-ikan yang berbentu bergerombol dalam jumlah banyak dapat tertangkap semaksimal mungkin. Gill net pada urutan proiritas kedua sedangkan pancing tonda berada pada urutan ketiga. Pada unit penangkapan gill net dioperasikan setiap saat karena daerah penangkapan yang dijangkau tidak terlalu jauh dari fishing base lebih kurang 10-15 mill laut sehingga kebutuhan BBM, kebutuhan es, bahan makanan tidak membutuhkan biaya yang besar. Daerah penangkapan yang mejadi tujuan penangkapan bagi alat tangkap tersebut cukup luas sehingga alat tangkap dapat dioperasikan lebih maksimal. Salah satu faktor kendala pada pengorasian dengan alat tangkap gill net yaitu diantaranya adalah bulan terang dan gelombang karena gill net dioperasikan pada malam hari. Sehingga gill net pada kriteria ini mendapat prioritas utama pada lama musim ikan. Selanjutnya pada unit penangkapan pancing tonda tidak jauh berbeda fator-faktor yang menjadi kendala dalam mengoperasikan alat tangkap, namun pada pancing tonda operasi penangkapan dilakukan pada siang hari. Unit penangkapan purse seine walaupun memiliki kontruksi kapal yang besar, memiliki lampu pengumpul ikan, kebutuhan es, bahan makanan , BBM, dan memiliki kapasitas palkah yang cukup, karena purse seine dalam melakukan penangkapan tidak menggunakan alat bantu rumpon, sehingga sangat berpengaruh pada kondisi keadaan laut, bulan terang maupun biaya yang dikeluarkan untuk operasi penangkapan. Pada kriteria lama musim ikan purse seine dan pancing tonda menjadi proiritas kedua pada lama musim ikan. Musim penangkapan merupakan kurun waktu tertentu ada tidaknya hasil tangkapan pada waktu proses penangkapan. Musim penangkapan berhubungan erat dengan aktifitas penangkapan sehingga musim dapat berpengaruh terhadap jumlah tangkapan. Oleh karena itu musim menjadi salah satu faktor yang berpengaruhi produktifirtas unit penangkapan. Unit penangkapan yang menjadi unggulan utama pada kriteria ini adalah purse seine menempatkan pada prioritas utama karena alat tangkap tersebut mampu beroperasi pada siang hari maupun malam hari sehingga waktu penangkapan lebih banyak, selanjutnya pancing tonda pada urutan kedua. Masing-masing unit penangkapan tersebut dioperasikan selama 11 bulan pertahun. Dilihat dari musim penangkapan ikan rata-rata 4-6 bulan pertahun kondisi ini sangat dipengaruhi oleh keadaan musim barat dan musim timur yang selama ini peralihan musim tersebut tidak sesuia dengan kondisi sehingga perubahan tersebut selalu berubah-rubah. Faktor utama karena desakan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dari ketiga alat tangkap ukuran ikan yang tertangkap berbeda-beda karena masing-masing alat tangkap memiliki karakteristik alat tangkap yang berbeda-beda, baik dilihat dari cara pengoprasian alat tangkap, daerah penangkapan, maupun ukuran mata jaring. Pada ukuran ikan yang tertangkap dengan purse seine terdapat ukuran yang lebih baik karena daerah penagkapan ikan purse seine lebih jauh dari alat tangkap gill net dan pancing tonda, sehingga alat tangkap purse seine menjadi prioritas utama pada kriteria ukuran ikan yang tertangkap, sedangkan pada pancing tonda pada urutan kedua dan gill net pada urutan ketiga . 2 Aspek teknis Aspek teknis merupakan aspek yang berhubugan dengan pengoperasian alat tangkap ikan, purse seine sebagai unit penangkapan yang paling produktif menangkap ikan dan layak untuk dikembangkan. Keunggulan purse seine pada beberapa kriteria panjang kapal, lebar, GT, bahan kapal, perlengkapan kapal dan alat bantu penangkapan. Haluan dan Nurani 1988 menyatakan unit penangkapan purse seine adalah unit penangkapan ikan pelagis yang paling produktif. Lebih lanjut Dahuri 2003 mengatakan salah satu ciri teknologi penangkapan ikan modern adalah memiliki produktifitas yang tinggi. Keunggulan lain pada purse seine adalah karakteristik alat tangkap penangkapan ikan alasan nelayan mengoprasikan alat tangkap, dimana alat tangkap tersebut dapat diopersikan pada siang hari maupun malam hari sehingga nelayan dapat memancing ikan pada malam hari untuk mencari tambahan diluar penghasilan tetap pada alat angkap purse seine. Rendahnya persepsi nelayan terhadap pengembangan alat penangkapan ikan disebabkan karena alat tangkap tersebut membutuhkan biaya investasi yang sangat mahal diantara jenis alat tangkap yang dioperasikan di Kabupaten Aceh Jaya. Investasi yang demikian tinggi berdampak pada terhadap kemampuan dan jumlah kepemilikan alat tangkap dimana hanya pada pengusaha perikanan tertentu yang dapat menjangkau investasi tersebut. Oleh karena itu kepemilikan alat tangkap purse seine tanpa dukungan pemerintah sangat sulit bagi nelayan skala kecil dapat berinvestasi pada usaha penangkapan purse seine. 3 Aspek sosial Secara umum pada aspek sosial pancing tonda sebagai prioritas unggulan utama pada fokus kriteria tingkat pendidikan, pengalaman kerja sebagai nelayan, kemungkinan kepemilikan dan pendapatan nelayan. Karena pancing tonda merupakan alat tangkap yang paling dominan diterima oleh nelayan di Kabupaten Aceh Jaya secara turun temurun serta secara teknis mudah dioperasikan. Hal yang terpenting salah satu faktor yang membuat pancing tonda lebih menonjol dari alat tangkap lain yaitu unit penangkapan tersebut dapat digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar, tetapi juga dapat dialihkan berbagai jenis alat tangkap yang dapat dioperasikan dengan kapal tersebut seperti tramel net, hand line, rawai dasar, dan gil net sehingga mengakibatkan tingginya angka kepemilikan pada pancing tonda. Disamping hal tersebut kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap pengembangan perikanan tangkap seperti sarana dan prasarana yang mendukung perikanan tangkap di Kabupaten Aceh Jaya, baik bentuk kapal maupun jenis alat tangkap yang lebih efektif dan sesuai dengan alat tangkap yang digunakan, sehingga pemamfaatan sumberdaya ikan di perairan aceh jaya dapat dimanfaatkan secara optimal. Hasil standarisasi fungsi nilai pada kriteria aspek sosial pancing tonda sebagai prioritas utama kriteria kedua pada unit penangkapan gill net dan ketiga pada unit penangkapan purse seine. 4 Aspek Finansial Fokus utama pada kriteria finansial secara umum meliputi biaya invstasi kapal, alat tangkap, biaya operasional, biaya perawatan, pendapatan per tahun, pendapatan kotor per tenaga kerja. Berdasarkan hasil pada Tabel 28 pancing tonda merupakan unit penangkapan yang paling unggul dan menjadi prioritas utama. Hal ini dapat dipahami karena pancing tonda merupakan unit penangkapan yang paling efektif dari segi biaya-biaya yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan unit penangkapan lainnya. Pada unit penangkapan gill net kriteria-kriteria yang unggul dari unit penangkapan pancing tonda yaitu hanya kriteria harga BBM dilokasi, selanjutnya kriteria yang lainnya hampir mendekati kriteria yang unggul pada unit penangkapan pacing tonda. Sedangkan pada unit penangkapan purse seine kriteria yang lebih unggul yaitu kriteria pendapatan kotor, pendapatan perjam, dan harga BBM dilokasi. Berdasarkan hasil standarisasi fungsi nilai pada kriteria aspek finansial pancing tonda sebagai prioritas utama sedangkan pada kriteria kedua pada unit penangkapan gill net dan prioritas ketiga pada unit penangkapan purse seine. Untuk hasil analisis skoring secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 10. Berdasarkan hasil surplus produksi terhadap ikan pelagis besar yaitu cakalang, madidihang dan tongkol memiliki jumlah effot yang berbeda-beda baik yang tertangkap dengan unit penangkapan purse seine, gill net dan pancing tonda. Pada analisis surplus produksi dengan pendekatan empat model penduga purse seine merupakan unit penangkapan yang standar, selanjutnya terhadap unit penangkapan unggulan pancing tonda merupakan unit penangkapan yang layak untuk dikembangnkan di Kabupaten Aceh Jaya berdasarkan beberapa aspek tersebut diatas. Sedangkan untuk pengembangan unit penangkapan terhadap ikan pelagis besar berdasarkan analisis tersebut dapat dikembangkan pancing tonda sebesar 117 unit, gill net 19 unit dan purse seine 3 unit. 5.4.5 Kelayakan Usaha Unit Penangkapan Ikan Hasil kelayakan pengembangan setiap usaha perikanan tangkap yang banyak dilakukan di Kabupaten Aceh Jaya setelah dilakukan analisis terhadap beberapa parameter kelayakan disajikan pada Tabel 34 Berdasarkan tiga unit penangkapan dari usaha perikanan tangkap tersebut layak dikembangkan di Kabupaten Aceh jaya. Dari tiga usaha perikanan tangkap yang layak tersebut usaha perikanan gill net dan merupakan usaha perikanan yang sangat bagus kelayakan finansialnya. Ketiga usaha unit penangkapan ikan pelagis besar nilai sebagai berikut pancing tonda yaitu NPV Rp 375,453,615 dan IRR Rp 267,163 untuk BC ratio, 1,97, selanjutnya untuk ROI 48,21, dan RTO 217,880,000 RTL 163,410,000 dengan jumlah ABK 2 orang. Pada analisis NPV nilai yang didapat dari unit penangkapan pancing tonda manfaat investasi 0 artinya usaha penangkapan pada pancing tonda layak dilanjutkan. Sedangkan pada IRR tingkat suku bunga yang dibebankan 9,5 pada pancing tonda mampu mengembalikan tingkat suku bunga sebesar 124,142 . Pada unit penangkapan pancing tonda BC ratio yang diterima selama operasi penangkapan sebesar 1,97, hal tersebut layak dan menguntungkan karena nilai BC ratio tersebut lebih besar dari satu, kondisi ini sangat baik dikembangkan bagi usaha pancing tonda dari pada uang tersebut disimpan di Bank. Ada beberapa kemungkinan besar pancing tonda untuk dimasa akan datang tidak layak untuk dijadikan unit penangkapan pelagis besar karena bahan bakar yang digunakan pancing tonda menggunakan bahan bakar bensin dan minyak tanah, serta terkait dengan harga BBM semakin tinggi, sedangkan dari sisi teknis unit penangkapan tersebut dalam melakukan penangkapan bahan bakar lebih banyak terserap untuk mencari gerombolan ikan. Selanjutnya pada analisis ROI tingkat pengembalian dari investasi sebesar 48,21 selama operasi penangkapan berarti usaha pada unit penangkapan tersebut mampu mengembalikan selama lebih kurang 3 bulan. Dan penerimaan pemilik RTO yang diterima selama operasi penangkapan memberikan nilai yang baik sebesar 217,880,000 kondisi ini lebih besar nilai yang diterima dari pada nilai yang dikeluarkan. Sedangkan pada penerimaan buruh RTL pada unit penangkapan pancing tonda juga memberikan nilai sebesar 163,410,000 nilai tersebut cukup layak diterima oleh buruh selama operasi penangkapan berjalan sebesar 1,945,350 per bulan. Sedangkan untuk unit penangkapan gill net NPV Rp 505,226,479, IRR 119,974 , BC ratio 2,32, selanjutnya untuk ROI 15,86 dan RTO 299,272,000, selanjutnya RTL 149,636,000 dengan jumlah ABK 2-4 ABK. Sedangkan pada unit penangkapan gill net BC ratio sebesar 2,32 kondisi ini lebih tinggi dibandingkan dengan pancing tonda dan purse seine, hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi daerah penangkapan dari gill net lebih dekat dengan fishing base yaitu lebih kurang 8-12 mill laut dengan waktu tempuh 1-1.5 jam, sehingga bahan bakar yang dikeluarkan lebih sedikit. Sedangkan dari metode penangkapan gill net alat tangkap yang sudah di turunkan setting dibiarkan sehingga bahan bakar yang digunakan lebih sedikit, dalam operasi penagkapan gill net bahan bakar digunakan lebih besar digunakan untuk menuju ke daerah penangkapan dan kembali ke fishing base, dari sisi lain bahan makanan lebih sedikit karena unit penangkapan tersebut tidak melakukan penangkapan berhari-hari. Selanjutnya pada unit penangkapan purse seine NPV Rp 4,021,356,705, IRR 124,142 , BC ratio 2,00, selanjutnya untuk ROI 17,02 dan RTO 2.353,680,000, RTL 207,677,647 dengan jumlah ABK 17-20 orang. Ketiga usaha perikanan tangkap ini terandalkan dan sangat menguntungkan di Kabupaten Aceh Jaya. Salah satu faktor tersebut diantaranya adalah fishing ground dari unit penangkapan gill net, pancing tonda yang luas dan tidak jauh dari fishing base. Selanjutnya minimnya alat tangkap purse seine di Kabupaten Aceh Jaya. 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1 Kesimpulan