5.3.3 Analisis BC ratio
Hasil analisis terhadap parameter BC ratio menunjukkan bahwa usaha penangkapan purse seine, gill net, pancing tonda mempunyai BC ratio yang besar.
Dimana analisis BC ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya, Semakin besar BC ratio maka akan semakin besar pula keuntungan yang
diperoleh. Terkait dengan ini, maka dapat dikatakan bahwa ketiga usaha penagkapan ini memberikan manfaat lebih dari biaya yang dikeluarkan yaitu masing-masing pada
unit penangkapan purse seine sebesar 2.0, unit penangkapan gill net 2,32 dan Pancing tonda sebesar 1.97 maka dengan demikian bahwa nilai keuntungan manfaat tersebut
menunjukkan lebih besar dari pada jumlah pembiayaan yang dikeluarkan selama waktu pengoperasian usaha tersebut, artinya setiap biaya yang dikeluarkan melebihi
dari satu. Usaha penangkapan pancing tonda merupakan usaha unit penangkapan dengan
BC ratio terendah dibandingkan dengan purse seine dan gill net di Kabupaten Aceh Jaya, hal tersebut disebabkan karena cara penangkapan dari alat tangkap tersebut
dengan cara mengejar terhadap gerombolan ikan, disamping itu penggunaan jenis bahan bakar yang digunakan adalah bensin dan minyak tanah serta pada kondisi saat
itu adanya kenaikan BBM.
5.3.4 Analisis IRR
Usaha unit penangkapan purse seine, gill net, pancing tonda termasuk usaha perikanan tangkap dengan nilai IRR masing-masing unit penangkapan purse seine
sebesar 124.142 ,
Gill net
119,974 ,
dan pancing tonda sebesar
267,163 . Hasil
analisis dari ketiga unit penangkapan tersebut menujukkan bahwa menginvestasikan uang pada usaha penangkapan purse seine, gill net, pancing tonda, akan
mendatangkan keuntungan yang relatif besar dan lebih tingi daripada disimpan di bank dengan suku bunga hanya 9,5 per tahun,
yaitu masing-masing 124.142 ,
119,974 ,
dan
267,163 per tahunnya
. Oleh karena itu, menginvestasi di bank
sebaiknya lebih mengusahakan usaha perikanan purse seine, gill net dan pancing tonda di Kabupaten Aceh Jaya.
5.3.5 Analisis ROI
Hasil analisis terhadap parameter ROI sesuai pada Tabel 34 menunjukkan bahwa
usaha penangkapan purse seine, gill net, pancing tonda termasuk usaha penangkapan
yang mempunyai tingkat pengembalian investasi ROI yang lebih baik yaitu masing- masing unit penangkapan purse seine 17,02, gill net 15,86, dan pancing tonda 48,21,
karena ROI merupakan parameter finansial yang paling dalam menyeleksi tingkat pengembalian investasi dari suatu usaha.
5.3.6 Analisis RTO dan RTL
Berdasarkan hasil analisis RTO dan RTL menunjukkan usaha penangkapan pancing tonda
paling tinggi ROI-nya, bahwa usaha ini dapat mengembalikan investasi sebesar 48,21 kali dari investasi yang ditanam. Selajutnya hasil analisis terhadap
parameter RTO menunjukkan bahwa usaha penangkapan purse seine, gill net, pancing tonda yang diterima masing-masing pemilik pada unit penangkapan purse seine
sebesar 2,353,680,000, gill net 299,272,000, dan pancing tonda sebesar 217,880,000
. dimana kondisi ini
sangat layak dan sangat perlu dikembangkan terhadap ketiga alat tangkap di Kabupaten Aceh Jaya.
Dan parameter RTL terhadap penerimaan buruh selama tujuh tahun operasional terhadap ABK menunjukkan bahwa usaha penangkapan purse seine sebesar
207,677,647, gill net 149,636,000, dan pancing tonda sebesar 163,410,000 .
maka dengan demikian perlu dikembangkan dan layak diusahakan. Untuk hasil finansial
tiga alat tangkap dapat dilihat pada Lampiran 7, 8 dan 9. 5.4 Pembahasan
5.4.1 Perkembangan perikanan ikan pelagis besar
Kabupaten Aceh Jaya memiliki perairan laut yang luas dimana nelayan dalam memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis besar berada pada perairan zona 9 sembilan
atau yang disebut dengan Wilayah perairaan Samudera Hindia. Penangkapan ikan pelagis besar yang ada di Kabupeten Aceh Jaya masih terbatas baik dari segi jenis alat
tangkap yang digunakan, ukuran kapal, alat bantu penangkapan, sarana dan prasarana perikanan tangkap, serta jumlah nelayan maupun tingkat smberdaya nelayan dalam
memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis besar di wilayah Samudera Hindia masih sangat rendah.
Ikan pelagis besar merupakan hasil tangkapan yang paling dominan tertangkap oleh nelayan di Kabupaten Aceh Jaya dengan menggunakan unit penangkapan pukat
cincin purse seine, jaring insang permukaan gill net, dan pancing tonda. Dilihat dari produksi hasil tangkapan dari ketiga jenis ikan pelagis besar seperti ikan cakalang
pada tahun 2002 mencapai 239,160 ton pertahun dan meningkat pada tahun 2004 sebesar 283,260 tontahun. Kondisi ini dipengaruhi oleh adanya kapal lain yang
melakukan penangkapan di wiliyah perairan Aceh Jaya sehingga kapal tersebut menurunkan hasil tangkapannya, selanjutnya adanya permintaan masyarakat tentang
kebutuhan ikan di Kabupaten Aceh Jaya yang merupakan Kabupaten baru Aceh Jaya pemekaran dari Kabupaten Meulaboh di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Pada tahun 2005 produksi menurun drastis akibat adanya bencana tsunami dan pada tahun 2006 sampai 2008 meningkat disebabkan karena sarana dan parasarana
perikanan tangkap berupa kapal, alat tangkap dan kebutuhan pendukung lainya yang ada di Kabupaten Aceh Jaya, dari sisi lain sudah normalny roda pemerintah sehingga
masyarakat sudah kembali melakukan aktivitasnya dilaut, begitu juga terhadap jenis ikan madidihang pada tahun 2002 sebesar 173,22 ton pertahun dan tahun 2005
menurun, selajutnya pada tahun 2006-2008 setelah adanya bantuan kapal maupun alat tangkap di Kabupaten Aceh Jaya produksi hasil tangkapan meningkat sebesar 332,88
tontahun, kondisi ini terjadi juga seperti pada ikan tongkol dari tahun 2002 sebesar 157,50 ton dan menurun sampai tahun 2004 menjadi 127,80 ton sedangkan tahun
2005 menurun drastis kondisi ini sama yang terjadi pada jenis ikan cakalang dan madidihang akibat bencaa stunami, namun pada tahun 2006 sampai tahun 2008
mengalami peningkatan. Peningkatan produksi dari tiga jenis ikan pelagis besar tesebut sangat
dipengaruhi oleh faktor cuaca, musim ikan dan sumberdaya ikan, daerah penangkapan, dan jumlah alat tangkap yang ada di Kabupaten Aceh Jaya.
Dilihat dari perkembangan jenis unit penangkapan ikan pelagis besar di Kabupaten Aceh Jaya unit penangkapan purse seine pada tahun 2002 sebesar 4 unit
dan tahun 2006 sampai 2008 sebesar 2 unit. kondisi ini lebih rendah di bandingkan dengan alat pacing tonda dan giil net, karena unit penangkapan purse seine
membutuhkan biaya lebih besar dari pada pancing tonda dan gill net. Selanjutnya unit penangkapan purse seine di wilayah Kabupaten Aceh Jaya belum memiliki fasilitas
tambat labuh pelabuhan untuk bongkar muat hasil tangkapan, pengisian BBM, dan bahan kebutuhan logistic melaut. Sehingga kapal-kapal purse seine tersebut harus
berlabuh jangkar lebih jauh dari daratan. Pada unit penangkapan pancing tonda pada
tahun 2002 sebesar 67 unit sedangkan pada tahun 2005 menurun akibat bencana tsunami, pada tahun 2008
sebesar 96 unit .
Perkembangan pancing tonda di Aceh Jaya karna adanya bantuan dari
BRR dan NGO internasiaonal, unit penangkapan pancing tonda dengan menggunakan mesin tempel dalam menangkap ikan pelagis besar lebih efektif dari segi bentuk alat
tangkap maupun mesin yang digunakan oleh nelayan di daerah tersebut, karena nelayan pada saat selesai melaut kapal langsung dinaikkan kedarat agar lebih mudah
dalam menjaga dan merawat. Pancing tonda yang digunakan Kabupaten Aceh Jaya
sudah merupakan tradisi turun temurun dalam menangkap jenis ikan pelagis besar seperti cakalang, madidihang, tongkol dan jenis ikan pelagis lainnya. Penggunaan
kapal motor stempel di Aceh Jaya juga dipengaruhi oleh faktor kondisi perairan dan geografi maupun topografi dari wilayah tersebut.
Sedangkan unit penangkapan gill net pada tahun 2002 sebesar 32 unit dan menurun pada tahun 2004 menjadi 28 unit, tahun 2005 menurut drastis, namum tahun
2005 sampai 2008 terjadi peningkatan karena adanya bantuan dari BRR dan NGO international. Peningkatan armada pancing tonda maupun gill net sangat berbeda
disebabkan oleh biaya kapal, alat tangkap yang cukup mahal sehingga masyarakat lebih memilih alat tangkap pancing tonda dan gill net, selanjutnya bantuan BRR
maupun NGO yang ada di Kabupoaten Aceh Jaya lebih banyak mengalokasi jenis bantuan pancing tonda dan gill net di banding alat tangkap purse seine.
Unit penangkapan pelagis besar yang ada di Kabupaten Aceh Jaya baik dilihat dari waktu penangkapan, alat bantu penangkapan, kapal maupun produksi hasil
tangkapan sangat diperlukan pengembangan tentang teknologi penangkapan, penyediaan sarana dan prasarana perikanan tangkap, penggunaan rumpon sebagai
tempat berkumpulnya ikan, dan perlengkapan alat bantu penangkapan navigasi maupun fish faider dalam memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis besar di wilayah
Samudera Hindia, sehingga sumberdaya tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal mungkin dengan tanpa menggangu kelestarian sumberdaya, maka perlu mengetahui
informasi tentang status tingkat pemanfaatan sumberdaya yang tersedia, kemampuan alat tangkap, teknologi yang digunakan dan sumberdaya manusia. Nikijuluw 2001
mengatakan bahwa pemamfaatan sumberdaya ika perlu kehati-hatian agar tidak sampai pada kondisi kelebihan penangkapan ikan over fishing.
5.4.2 Standarisasi alat