Rasio Penduduk Cacat Analisis Risiko Dan Arahan Mitigasi Longsor Di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat

42 peduli dengan kaum ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa perhatian terhadap penyandang disabilitas dinilai masih kurang, mulai dari aspek pendidikan, sarana prasarana, kesehatan, pekerjaan, hingga penanggulangan bencana alam. Selain itu kepedulian pemerintah terhadap kaum ini juga masih rendah, terlihat dari sedikitnya peraturan perundangan terkait disabilitas. Indonesia memiliki Undang-undang Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dan UU RI Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang ditujukan untuk memberikan perlindungan hukum terhadap kedudukan, hak, kewajiban, dan peran para penyandang cacat dalam rangka mewujudkan kesejehteraan sosial. Disayangkan, dalam undang-undang tersebut, tidak satupun pasal yang menyinggung masalah aksesibilitas penyandang cacat terhadap pengurangan risiko bencana, baik itu sebelum, pada saat, maupun sesudah bencana itu terjadi. Padahal disebutkan dalam Penjelasan Undang-Undang Penyandang Cacat, bahwa kesempatan untuk mendapatkan kesamaan kedudukan, hak,dan kewajiban bagi penyandang cacat hanya dapat diwujudkan jika tersedia askesibilitas, yaitu suatu kemudahan bagi penyandang cacat untuk mencapai kesamaan kesempatan. Probosiwi, 2013. d. Rasio Kelompok Umur Rasio kelompok umur merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang berusia 0-14 dan usia lebih dari 50 tahun terhadap jumlah penduduk dalam satu wilayah. Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah data kelompok umur dari BPS Kabupaten Agam Dalam Angka tahun 2103 dan peta permukiman wilayah penelitian. Data dari BPS tersebut diolah di MS. Exel kemudian dilakukan skoring dan selanjutnya dilakukan join dengan menggunakan data polygon pemukiman. Hasil analisis spasial untuk rasio kelompok umur menunjukkan bahwa nilai rasio kelompok umur di Kabupaten Agam tergolong tinggi di lokasi Agam bagian timur. Hampir semua Kecamatan memiliki nilai rasio kelompok umur yang tinggi. Hal ini berarti tingginya jumlah penduduk pada usia anak dan usia lanjut menyebabkan kondisi ini lebih rentan dalam menghadapi bencana yang akan datang. Wilayah-wilayah yang memiliki nilai rasio kelompok umur tertinggi seperti di Kecamatan-kecamatan Banuhampu, Candung, Tilatang Kamang, Kamang Magek, dan Baso. Peta rasio kelompok umur disajikan pada Gambar 28. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase penduduk usia tua dan anak-anak di Kabupaten Agam tergolong tinggi pada bagian timur Kabupaten Agam. Hal tersebut menggambarkan bahwa kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana serta proses evakuasi saat terjadinya bencana relatif rendah. Hal ini dikarenakan pada kelompok usia tersebut cenderung masih mempunyai ketergantungan kepada penduduk usia produktif. Semakin tinggi pesentase penduduk usai tua dan anak, maka peluang jatuhnya korban jiwa akibat bencana akan semakin tinggi. 43 a b Gambar 28. a Zonasi pemetaan dasymetric Rasio Umur di Daerah Penelitian b Zoom in lokasi yang diberi kotak Untuk mendapatkan nilai kerentanan sosial secara keseluruhan Gambar 29, maka dilakukan skoring dan pembobotan berdasarkan pendapat para ahli yang kemudian dibuat kelas interval untuk mengetahui nilai selang tiap kelasnya. Dari hasil pembobotan nilai kerentanan sosial didapatkan bahwa jumlah penduduk memiliki bobot paling penting bobot tertinggi, dengan nilai 0.43 pada skala maksimal 1. Selanjutnya, rasio kelompok umur, rasio cacat, dan rasio jenis kelamin berturut-turut mempunyai nilai bobot 0.20, 0.09, dan 0.08. Berdasarkan mekanisme pembobotan tersebut, maka analisis Kerentanan Sosial di daerah penelitian dapat diperhitungkan dengan menggunakan formula VS = 0.43 JP + 0.20 RU + 0.09 RC + 0.08 JK dan hasil tersebut secara spasial disajikan 44 dalam Gambar 20 dan Tabel 14. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa semakin besar nilai absolut mendekati 1, maka konstribusi terhadap Kerentanan Sosial akan semakin tinggi. a b Gambar 29. a Zonasi perhitungan total Kerentanan Sosial VS Kabupaten Agam dari Penggabungan Total Indikator Jumlah Penduduk, Rasio Cacat, Rasio Jenis Kelamin dan Rasio Kelompok Umur b Zoom in lokasi yang diberi kotak 45 Table 14. Matriks penilaian komposit pada bobot indikator Kerentanan Sosial di daerah penelitian JP JK RC RU Bobot JP 1 5.00 3.97 3.00 0.43 JK 0.20 1 0.98 0.33 0.08 RC 0.25 1.02 1 0.46 0.09 RU 0.33 3.00 2.19 1 0.20 Keterangan: JP: jumlah penduduk, JK: rasio jenis kelamin, RC: rasio cacat, RU: rasio kelompok umur. 3. Kerentanan Ekonomi VE Parameter yang digunakan untuk menilai kerentanan ekonomi adalah luas lahan produktif dalam rupiah sawah, perkebunan, lahan pertanian dan PDRB. Luas lahan produktif dapat diperoleh dari data penggunaan lahan dan data pertanian dari Kabupaten atau Kecamatan Dalam Angka 2014 dan dikonversi kedalam rupiah, sedangkan data PDRB dapat diperoleh dari data Kabupaten Agam Dalam Angka 2014.

a. Lahan Produktif

Lahan produktif yang dimaksud adalah lahan ‐lahan yang menghasilkan sesuatu bernilai ekonomi yaitu : kehutanan hutan produksi, perikanan, tanaman bahan pangan, tanaman perkebunan, dan pertambangan. Dalam penelitian ini lahan produktif hanya diambil dari informasi bahan pangan dan perkebunan. Informasi nilai rupiah dari masing ‐masing jenis komoditi per Kabupaten didapat dari data Kabupaten Dalam Angka 2104, atau data BPS pada bagian PDRB. Untuk mendapatkan masing ‐masing nilai rupiahha dari tipe lahan produktif maka dilakukan dengan cara membagi nilai rupiah dari masing ‐masing tipe lahan produktif seluruh kabupaten dengan luasan lahan produktif seluruh kabupaten tersebut. Setelah itu, untuk mendapatkan nilai rupiah per kecamatan dari masing- masing tipe lahan produktif maka dilakukan dengan mengalikan nilai rupiah dari masing-masing tipe per ha dengan luasan kecamatan. Dengan ketersediaan data spasial penggunaan lahan tersebut, yang ditambahkan dan dikombinasikan dengan data luas panen, produksi, dan rata-rata produksi, maka dapat dilakukan analisis untuk melihat secara spasial distribusi estimasi produksi lahan produktif yang ada pada tiap-tiap kecamatan di daerah penelitian Gambar 30. Perhitungan nilai lahan produktif pada masing-masing komoditas diperhitungkan berdasarkan data produksi Ton dan luas panen Ha untuk mendapatkan nilai estimasi rata-rata produksi di setiap hektar lahan produktif TonHa. 46 a b Gambar 30. Estimasi Luas Lahan Produktif a Tanaman Perkebunan b Tanaman Pangan Kabupaten Agam 47

b. PDRB

Pertumbuhan ekonomi setiap tahun merupakan agregat dari pertumbuhan sektor-sektor dan sub sektor ekonomi atau lapangan usaha. Untuk melihat kinerja masing-masing sektor atau sub sektor ekonomi dapat dilihat perkembangan Produk Domestik Regional Bruto PDRB sektoral. PDRB merupakan hasil penjumlahan dari seluruh nilai tambah produk barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah tertentu dalam waktu tertentu. Perkembangan yang terjadi di masing-masing sektor ekonomi dapat lebih pesat atau lebih lambat dibandingkan dengan perkembangan PDRB secara total. Artinya pertumbuhan nilai tambah masing-masing sektor atau sub sektor yang terjadi selama satu periode tertentu akan menunjang pertumbuhan ekonomi suatu wilayah secara keseluruhan pada periode tersebut. Data PDRB yang digunakan dalam penelitian ini yaitu PDRB Kabupaten Agam Tahun 2010- 2013 atas dasar harga berlaku yang secara spasial disajikan pada Gambar 31. PDRB atas dasar harga berlaku adalah PDRB yang menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada tahun bersangkutan harga yang terjadi setiap tahunnya. Gambar 31. Indikator Produk Domestik Regional Bruto PDRB Untuk mendapatkan PDRB per kecamatan di Kabupaten Agam tersebut maka dilakukan dengan cara membagi nilai rupiah PDRB seluruh kabupaten dengan luasan kabupaten dikali dengan luas kecamatan. Selanjutnya secara umum hasil perhitungan terkait estimasi nilai luas lahan produktif dan PDRB di wilayah Kabupaten Agam disajikan dalam Tabel 15. Standarisasi nilai perhitungan konversi ke dalam nilai absolut, menunjukkan bahwa semakin besar nilai luas