Sumbat Jurang Bronjong Silinder

64 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Kerentanan tinggi seluas 2.135,99 ha atau 0,86 dari total luas kabupaten. Secara administrasi kecamatan Palupuh merupakan lokasi dengan kerentanan tinggi yang terluas yaitu 656,38 ha atau 0.26 dari total luas kabupaten, diikuti dengan kecamatan Palembayan seluas 474,04 ha atau setara dengan 0,19 dari total luas kabupaten. Hal ini karena Palupuh merupakan lokasi dimana terdapatnya jumlah bangunan yang padat ketika mengalami kerusakan terhadap bencana longsor maka tingkat kerentanan longsor menjadi lebih tinggi. Diikuti dengan nilai PDRB kecamatan palupuh yang tergolong tinggi. 2. Lokasi dengan tingkat risiko tinggi terluas terdapat di kecamatan Palupuh yaitu 4.390,66 ha atau 1,77 dari total luas kabupaten. Diikuti oleh kecamatan Palembayan 1.492,32 atau 0,60 dari total luas kabupaten. Hal ini disebabkan oleh nilai bahaya dan kerentanan longsor Kecamatan Palupuh tergolong tinggi. 3. Arahan mitigasi bencana longsor dilokasi risiko sedang dan tinggi diperlukan beberapa tindakan baik secara vegetatif maupun teknik sipil. Dimana pada upaya vegetatif masih disarankan pada lokasi dengan tingkat bahaya sedang seperti menanam tanaman tahunan, membiarkan semak, dan menanam rerumputan, namun pada tingkat bahaya tinggi tidak dianjurkan dalam melakukan tindakan ini, melainkan hanya dilakukan upaya teknik sipil berupa Pembuatan Bangunan Penguat Tebing, Bronjong, Sumbat jurang bronjong silinder. Saran 1. Disarankan pada penelitian lebih lanjut untuk membuat peta bahaya longsor dengan skala lebih besar atau detail terutama pada daerah permukiman, dengan memasukkan beberapa parameter lain seperti: sesarpatahan dan pengaruh getaran dari kendaraan. 2. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai risiko longsor dengan menghitung jumlah kerugian dalam bentuk konversi besaran rupiah dan jumlah jiwa. 3. Disarankan untuk melakukan penelitian hingga kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana longsor. 4. Disarankan untuk mempertimbangkan kembali metode dari BNPB sesuai dengan kajian mitigasi bencana. 5. Disarankan untuk menambahkan parameter kapasitas hasil perhitungan risiko nantinya lebih berkorelasi. 65 DAFTAR PUSTAKA Alhasanah. 2006. Pemetaan dan analisa daerah rawan tanah longsor serta upaya mitigasinya menggunakan SIG. [tesis]. Bogor ID : Institute Pertanian Bogor. Arsyad. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor Asdak, C. 2003. Faktor Hutan, Geomorfologi, dan Anomali Iklim pada Bencana Longsor di Hulu DAS Cimanuk. Prosiding Semiloka Mitigasi Bencana Longsor Di Kabupaten Garut. Pemerintah Kabupaten Garut. [BAKORNAS PB] Badan Koordinasi Nasional Penanggulan Bencana. 2007. Pengenalan karateristik bencana dan upaya mitigasinya di Indonesia. Jakarta ID: BAKORNAS PB. [Bappenas-Bappeda Provinsi DIY-UNDP] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - United Nations Development Programme. 2008. Metode Pemetaan Risiko Bencana Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta ID. Bappeda Provinsi DIY. Barus, B. 1999. Pemetaan bahaya longsoran berdasarkan klasifikasi statistik peubah tunggal menggunakan SIG studi kasus daerah ciawi-puncak- pacet jawa barat. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 2: 7-16 Jurusan Ilmu Tanah, In Press April 1999. [BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2012. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Jakarta ID. BNPB. Bollin, C., Cardenas, C., Hahn, H., Vatsa. 2003. Disaster Risk Management By Communities and Local Government. Inter-America Development Bank. New York Avenue. Cardona, O. D, Aalst, Maarten K. Van. 2012. Determinants of risk : exposure and vulnerability. Cambridge University Press, Cambridge, UK, and New york, NY, USA, pp.65-108. Carter, W.N. 1λλβ. Disaster Managementμ A Disaster manager’s Handbook. Asian Development Bank. Manila. Dibyosaputro S. 1999. Longsor Lahan di Kecamatan Samigaluh kabupaten Kulon Progo. Majalah Geografi Indonesia. 1323:13-34. Yogyakartaa ID. Universitas Gadjah Mada. Direktorat Geologi Tata Lingkungan. 1981. Gerakan Tanah di Indonesia. Direktorat Jenderal Pertambangan Umum. Departemen Pertambangan dan Energi. Jakarta. [DVMBG] Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2005. Manajemen Bencana Tanah Longsor [Internet]. [diunduh 14 Juli 2007]. Tersedia pada: http:www.pikiranrakyat.comcetak20050305220802. Efendi AD. 2008. Identifikasi Kejadian Longsor dan Penentuan Faktor-Faktor Utama Penyebabnya di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Fransiska, Lusy. 2014. Studi Geomorfologi Dan Analisis Bahaya Longsor Di Kabupaten Agam, Sumatera Barat [skripsi]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor.