Jumlah Penduduk Analisis Risiko Dan Arahan Mitigasi Longsor Di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat

38 71 desa digunakan dalam penelitian sebagai data referensi yang tersebar dan tersedia pada 14 kecamatan. Dari hasil-hasil perhitungan RMSE rata-rata diperoleh kesalahan sebesar 2075 orang dimana kesalahan minimum sebesar 504 orang terdapat di Kecamatan Palupuh, dan kesalahan maksimum sebesar 5502 orang terdapat di Kecamatan Tanjung mutiara. Adapun berdasarkan perhitungan PDE rata-rata diperoleh kesalahan sebesar 15.20 dimana kesalahan minimum sebesar 1.50 dan kesalahan maksimum sebesar 45.52. Estimasi distribusi jumlah penduduk disajikan pada Gambar 25 dan Tabel 13. a b Gambar 25. a Zonasi Pemetaan Dasymetric Jumlah Penduduk di Daerah Penelitian b Zoom in lokasi yang diberi kotak 39

b. Rasio Jenis Kelamin

Rasio jenis kelamin merupakan perbandingan antara jenis kelamin perempuan terhadap jumlah penduduk dalam satu wilayah. Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah data jenis kelamin dari BPS Kabupaten Agam Dalam Angka Tahun 2013 dan peta permukiman wilayah penelitian. Informasi jenis kelamin kemudian diolah di MS. Exel dan dilakukan skoring serta join dengan menggunakan data polygon permukiman. Dari hasil analisis spasial untuk rasio jenis kelamin menunjukkan bahwa nilai rasio jenis kelamin di Kabupaten Agam hampir merata tinggi, yang berarti penduduk yang berjenis kelamin wanita lebih banyak sehingga lebih rentan terhadap bencana. Wilayah-wilayah yang memiliki nilai rasio jenis kelamin tertinggi adalah di Kecamatan Tilatang Kamang, Kamang Magek, Baso, Banuhampu, sedangkan yang memiliki rasio jenis kelamin rendah yaitu Kecamatan Malalak, IV Koto, Matur, Palupuh, Palembayan, Tanjung Raya, IV Nagari. Peta rasio jenis kelamin pada dari hasil analisis disajikan Gambar 26. a b Gambar 26. a Zonasi Pemetaan Dasymetric Rasio Jenis Kelamin di Daerah Penelitian b Zoom in lokasi yang diberi kotak 40 Rasio ini menggambarkan bahwa berbagai macam bencana membawa dampak dan beban yang dirasakan secara berbeda oleh laki-laki dan perempuan, sebagaimana dampak bencana dirasakan secara berbeda oleh kalangan lansia dan juga orang cacat. Perbedaan pengaruh itu bisa dilihat dari aspek kerentanan, kapasitas, hambatan dan peluang antara laki-laki dan perempuan. Rasio jenis kelamin digunakan untuk melihat perbandingan jumlah penduduk perempuan di daerah penelitian dengan jumlah penduduk wilayah penelitian. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa, jika jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada penduduk laki-laki, maka kemampuan menghadapi bencana maupun proses evakuasi menjadi sedikit rendah. Asumsi ini digunakan karena penduduk perempuan cenderung membutuhkan penduduk laki- laki untuk menghadapi proses evakuasi. Hal ini dikarenakan secara fisik penduduk laki-laki dianggap mempunyai kemampuan fisik yang lebih baik Yulianto, 2014. Relasi gender juga terlihat dalam kehidupan keseharian antara laki-laki dan perempuan, baik dalam situasi sebelum, ketika dan setelah bencana terjadi. Laki-laki, karena konstruksi perannya di wilayah publik memiliki peluang dan akses yang lebih besar terhadap berbagai sumberdaya. Sebaliknya, perempuan karena konstruksi sosial yang menempatkan dirinya di wilayah domestik, maka membuat perempuan memiliki lebih sedikit akses terhadap sumberdaya, mobilitas individu, jaminan tempat tinggal dan pekerjaan. Dalam peristiwa tsunami Aceh tahun 2004 silam, korban meninggal lebih banyak pada pihak perempuan dibandingkan laki-laki karena umumnya para perempuan di dalam rumah saat kejadian tersebut, yaitu untuk bekerja atau merawat anak. Sementara banyak laki- laki yang sedang menangkap ikan di laut sehingga perahu mereka tetap aman di laut. Selain itu perempuan tidak dibiasakantidak diajari untuk berenang, berlari maupun memanjat dan biasa memakai rok panjang sehingga membuat mereka sulit untuk melarikan diri. Begitu pula saat terjadi gempa Jogja tahun 2006, korban meninggal lebih banyak pada pihak perempuan. Pada saat kejadian bencana, banyak perempuan yang sedang dalam kondisi reproduksi hamil, melahirkan, dan menyusui, berada di dapur, atau sedang menyiapkan anak-anaknya untuk berangkat sekolah. Konstruksi bangunan dapur yang dibangun seadanya juga menyumbang kepada banyaknya korban yang meninggal. Jika pun berhasil keluar rumah, biasanya para perempuan ini teringat kepada anggota keluarganya yang masih berada di dalam rumah, sehingga mereka mengambil inisiatif untuk menyelamatkan keluarganya, namun tidak berhasil keluar lagi karena terlanjur tertimpa bangunan yang runtuh. Pembagian peran dan perilaku yang diilustrasikan dalam dua kasus di atas membuat perempuan memikul peran dan tanggung-jawab yang lebih besar dalam hal keselamatan terhadap anggota keluarga yang lain. Bahkan kadangkala, ini dilakukan dengan mengorbankan keselamatan dirinya sendiri WELFARE,2013.

c. Rasio Penduduk Cacat

Yang dimaksud dengan rasio penduduk cacat merupakan perbandingan antara jumlah orang cacat terhadap jumlah penduduk dalam satu wilayah. Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah data penduduk cacat dari BPS Kabupaten Agam dalam angka 2013 dan peta permukiman wilayah penelitian. 41 Informasi dari data BPS tersebut diolah di MS. Exel kemudian dilakukan skoring dan selanjutnya join dengan menggunakan data polygon permukiman. Dari hasil analisis spasial rasio penduduk cacat menunjukkan bahwa pada umumnya nilai rasio orang cacat di Kabupaten Agam tergolong rendah yang berarti hampir semua Kecamatan memiliki nilai rasio orang cacat yang rendah. Hal ini juga terlihat meskipun di wilayah-wilayah padat penduduk. Peta rasio penduduk cacat disajikan pada Gambar 27. a b Gambar 27. a Zonasi Pemetaan Dasymetric Rasio Cacat di Daerah Penelitian b Zoom in lokasi yang diberi kotak Upaya evakuasi yang selama ini diberlakukan oleh pemerintah dalam menghadapi bencana adalah lebih banyak menekankan pada ke arah mana mereka harus menyelamatkan diri, namun tidak memperhatikan mengenai cara penyelamatan bagi kelompok rentan, khususnya penyandang cacat. Aksesabilitas jalur evakuasi juga dinilai tidak representatif bagi kepentingan dan kebutuhan penyandang cacat. Kondisi panik saat bencana juga membuat orang lain kurang