63 lebih murah dari sistem bronjong. Pembuatan dan Pemeliharaan : Kawat dianyam
berbentuk seperti sosis atau silinder dan diisi dengan batu. Bronjongan berbentuk sosis ini disusun memotong jurang. Ikatkan beberapa bronjongan satu sama
lainnya. Jika bagian atas bronjongan silinder sudah penuh dengan sedimen, ditambahkan susunan bronjongan berikutnya.
Gambar 44. Bronjong Silinder
d. Trap-trap Terasering Trap-trap terasering Gambar 45 berfungsi sebagai penahan longsoran
tanah pada tebinglahan yang curam, memperkuat lahan berteras, agar bidang olah dan tampingan teras lebih stabil dan melengkapi dan memperkuat cara vegetatif.
Pembuatannya adalah lahan dibuat berbentuk teras-teras. Tampingan teras diperkuat dengan semen atau batu yang disusun bisa dalam anyaman kawat.
Untuk mengalirkan kelebihan air memperlancar drainase, dilengkapi dengan lubang-lubang dari paralon pada bagian tampingannya. Pada bidang olah ditanami
pepohonan untuk memperkuat dan membantu meresapkan air ke lapisan tanah yang lebih dalam.
Gambar 45. Trap-trap terasering dari batu
64
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Kerentanan tinggi seluas 2.135,99 ha atau 0,86 dari total luas kabupaten. Secara administrasi kecamatan Palupuh merupakan lokasi
dengan kerentanan tinggi yang terluas yaitu 656,38 ha atau 0.26 dari total luas kabupaten, diikuti dengan kecamatan Palembayan seluas 474,04
ha atau setara dengan 0,19 dari total luas kabupaten. Hal ini karena Palupuh merupakan lokasi dimana terdapatnya jumlah bangunan yang
padat ketika mengalami kerusakan terhadap bencana longsor maka tingkat kerentanan longsor menjadi lebih tinggi. Diikuti dengan nilai PDRB
kecamatan palupuh yang tergolong tinggi.
2. Lokasi dengan tingkat risiko tinggi terluas terdapat di kecamatan Palupuh yaitu 4.390,66 ha atau 1,77 dari total luas kabupaten. Diikuti oleh
kecamatan Palembayan 1.492,32 atau 0,60 dari total luas kabupaten. Hal ini disebabkan oleh nilai bahaya dan kerentanan longsor Kecamatan
Palupuh tergolong tinggi.
3. Arahan mitigasi bencana longsor dilokasi risiko sedang dan tinggi diperlukan beberapa tindakan baik secara vegetatif maupun teknik sipil.
Dimana pada upaya vegetatif masih disarankan pada lokasi dengan tingkat bahaya sedang seperti menanam tanaman tahunan, membiarkan
semak, dan menanam rerumputan, namun pada tingkat bahaya tinggi tidak dianjurkan dalam melakukan tindakan ini, melainkan hanya
dilakukan upaya teknik sipil berupa Pembuatan Bangunan Penguat Tebing, Bronjong, Sumbat jurang bronjong silinder.
Saran
1. Disarankan pada penelitian lebih lanjut untuk membuat peta bahaya longsor dengan skala lebih besar atau detail terutama pada daerah
permukiman, dengan memasukkan beberapa parameter lain seperti: sesarpatahan dan pengaruh getaran dari kendaraan.
2. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai risiko longsor dengan menghitung jumlah kerugian dalam bentuk konversi
besaran rupiah dan jumlah jiwa. 3. Disarankan untuk melakukan penelitian hingga kapasitas masyarakat
dalam menghadapi bencana longsor. 4. Disarankan untuk mempertimbangkan kembali metode dari BNPB sesuai
dengan kajian mitigasi bencana. 5. Disarankan untuk menambahkan parameter kapasitas hasil perhitungan
risiko nantinya lebih berkorelasi.